Seoul (ANTARA News) - Korea Utara pada Jumat, mengatakan paman pemimpin Korut Kim Jong-un, yang sebelumnya dianggap sebagai orang terkuat kedua di negara tertutup itu, telah diseksekusi mati karena berkhianat.

Eksekusi itu merupakan pergolakan terbesar sejak meninggalnya ayah Kim dua tahun lalu.

Kantor berita resmi Korea Utara, KCNA, mengatakan Jang Song Thaek telah dieksekusi setelah menjalani persidangan militer khusus yang menyatakan ia bersalah karena berkhianat.

Eksekusi berlangsung hanya beberapa hari setelah Jang dicopot dari semua jabatannya dan dikeluarkan dari Partai Pekerja yang berkuasa.

Kabar menyangkut eksekusi itu muncul setelah beredarnya laporan-laporan media yang belum dikonfirmasi bahwa satu atau lebih dari satu asisten Jang telah melarikan diri ke Korea Selatan.

Badan intelijen Korea Selatan mengatakan pihaknya tidak tahu apakah pembelotan memang terjadi.

Politik Korea Utara pada hakikatnya sulit ditembus dari luar dan alasan sebenarnya bisa jadi menyangkut Kim dan pamannya, atau bahkan dengan isteri Jang.

Jika benar, eksekusi itu merupakan kejatuhan luar biasa bagi sosok yang telah lama menjadi pelindung dalam kepemimpinan Korea Utara.

"Terdakwa Jang mengumpulkan kekuatan-kekuatan yang tidak diinginkan dan membentuk sebuah faksi sebagai pemimpin kelompok antar-faksi sekian lama dan dengan demikian melakukan kejahatan mengerikan itu, berupaya menggulingkan negara," kata KCNA.

"Persidangan militer khusus yang dilakukan oleh Kementerian Keamanan Negara DPRK (Korea Utara, red) ... menyatakan bahwa ia akan dijatuhi hukuman mati karena tindakan itu. Keputusan itu telah dijalankan segera," katanya.

Surat kabar resmi Rodong Sinmun pada Jumat juga memasang foto Jang dengan tangan terborgol dan terlihat dipegang oleh para penjaga berseragam ketika ia menjalani persidangan.

Tidak diketahui bagaimana hukuman itu dilakukan.

Jang sebelumnya merupakan wakil ketua Komisi Pertahanan Nasional yang berkuasa dan merupakan anggota politbiro Partai Pekerja.

Jang, yang menikah dengan saudara ayah Kim, Kim Jong Il, dianggap sebagai sosok yang dapat membantu keponakannya membangun kekuasaan namun pada saat yang sama menjadi ancaman terbesar bagi pemimpin muda yang belum berpengalaman itu.

"(Jang, red) adalah sosok yang memiliki kemampuan menjalankan kudeta di Korea Utara," kata Mike Madden.

Madden adalah pakar soal struktur kekuasan Korut serta penulis laman North Korea Leadership Watch dan jurnal.

"Ia (Jang, red) tahu bagaimana para penjaga pribadi bekerja, bagaimana pasukan keamanan di Pyongyang bekerja, bagaimana pengamanan negara bekerja -- orang ini (Jang) tahu banyak tentang simpul-simpul kendali paling penting di Korea Utara," kata Madden.

Sebelumnya pada pekan ini, Korea Utara melucuti kekuasaan dan jabatan Jang, menuduhnya melakukan kejahatan, termasuk kerusakan manajemen keuangan negara, main perempuan dan menyalahgunakan minuman keras.

"Sejak lama, Jang memiliki ambisi politik yang kotor. Ia tidak berani mengangkat kepalanya ketika Kim Il Sung dan Kim Jong Il masih hidup," kata KCNA, merujuk pada kakek dan ayah Kim, pemimpin sebelumnya di negara dinasti itu.

"Ia mulai memperlihatkan siapa dia sebenarnya, berpikir bahwa sudah waktunya untuk mewujudkan ambisi liarnya ketika generasi revolusi berganti," kata KCNA, sebagaimana dilaporkan AFP.
(T008)