Bandung (ANTARA News) - Panglima TNI, Marsekal TNI Djoko Suyanto, mengatakan bahwa bom yang meledak di Bireun, Nangroe Aceh Darussalam (NAD), Minggu (27/8), yang menewaskan seorang penduduk dan lima orang lainnya terluka, ada kemungkinan sisa dari kegiatan darurat militer di masa lalu. "Sementara ini kejadian itu masih diselidiki forensik dari sisa-sisa ledakan tersebut," katanya usai memberikan ceramah umum Perkuliahan Angkatan 2 Program Studi Pembangunan Alur Studi Pertahanan, Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan di Institut Teknologi Bandung (ITB), Senin. Ia menyatakan, sangat prihatin atas terjadinya kejadian tersebut, karena seharusnya anak-anak atau siapa pun yang menemukan bahan peledak jangan menjadikannya mainan, melainkan segera melaporkan kepada aparat berwajib, TNI dan polisi. Ketika ditanya pers, apakah penyisiran bahan peledak yang dilakukan pihak TNI tidak berjalan efektif, ia mengatakan, bahan peledak itu berukuran kecil dan bisa saja berada di semak-semak atau ditanam. "Penyisiran tersebut masih dilakukan baik oleh Polri maupun TNI, seperti apakah ada tempat-tempat lain yang masih menyimpan bahan peledak yang tertinggal berupa mortir," katanya. Dikatakannya, pencarian itu dilakukan di berbagai lokasi yang menjadi markas Gerakan Aceh Merdeka (GAM), pos-pos TNI dan tempat adanya kontak senjata. "Mungkin mereka masih ingat lokasi terjadinya kontak senjata itu," demikian Djoko Suyanto. Seorang anak berusia 11 tahun tewas dan lima orang lainnya dilaporkan terluka saat bom meledak di satu kebun kawasan Desa Meunasah Dayah, Kecamatan Kota Juang, Kabupaten Bireun, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Minggu (27/8) sekira pukul 16.00 WIB. (*)