KPK harus punya cara sendiri berantas korupsi
12 Desember 2013 12:33 WIB
Bekas anggota Komisi X DPR, Angelina Sondakh, saat dikawal setiba di Gedung KPK, Jakarta, Jumat (6/12). Bekas Puteri Indonesia itu diperiksa sebagai saksi kasus dugaan tindak pidana pencucian uang pembelian saham PT. Garuda Indonesia untuk tersangka M Nazaruddin. (ANTARA FOTO/Rosa Panggabean)
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, Abraham Samad, mengatakan, korupsi di Indonesia mengalami evolusi, metamorfosa, dan regenerasi secara signifikan, sehingga diperlukan cara lebih canggih lagi untuk memberantas korupsi dan koruptornya.
"Korupsi alami evolusi yang luar biasa, kalau dulu kita kenal korupsi secara sederhana, sekarang sudah lebih canggih," kata Abraham dalam seminar Pekan Politik Kebangsaan, di Jakarta, Kamis.
Samad memberi contoh kasus Bank Century sebagai kasus korupsi yang sudah berevolusi menjadi kejahatan kriminal kelas atas, sehingga diperlukan cara tidak kalah canggih membongkar dan menyelesaikan kasus itu.
Sementara untuk metamorfosa dan regenerasi, dia menyatakan, orang mengenal korupsi dilakukan oknum berusia 40 tahun ke atas, namun saat ini generasi muda sudah banyak melakukan tindak pidana korupsi.
"Pegawai pajak yang ditangkap KPK rata-rata berusia 29 tahun, Nazaruddin dan Angelina Sondakh usianya 30 tahunan. Ini 'khan kaum muda semua," kata Samad.
Melihat fenomena ini, dia menilai ada yang salah terhadap generasi muda masa kini, karena tidak cukup kuat untuk menangkal korupsi.
"Maka KPK harus punya cara tersendiri untuk meberantas korupsi," tegas dia.
Strategi pendekatan yang dilakukan KPK, dikatakan dia berupa penindakan represif diikuti pencegahan. Dari sisi pencegahan ada dua hal yang harus dicegah yaitu individu dan sistem yang ada di Indonesia.
"Individu harus ditanamkan moralitas dan integritas, sementara sistem di Indonesia juga harus dibenahi," ujar dia.
Dia menilai, sistem di Indonesia merupakan sistem yang dapat memproduksi korupsi, didukung pula dengan individu yang moral dan integritasnya tidak cukup kokoh.
"Itu harus dibenahi, atau KPK hanya serupa pemadam kebakaran yg kalau tidak membenahi sistemnya, maka korupsi bisa terjadi berulang-ulang," kata dia.
"Korupsi alami evolusi yang luar biasa, kalau dulu kita kenal korupsi secara sederhana, sekarang sudah lebih canggih," kata Abraham dalam seminar Pekan Politik Kebangsaan, di Jakarta, Kamis.
Samad memberi contoh kasus Bank Century sebagai kasus korupsi yang sudah berevolusi menjadi kejahatan kriminal kelas atas, sehingga diperlukan cara tidak kalah canggih membongkar dan menyelesaikan kasus itu.
Sementara untuk metamorfosa dan regenerasi, dia menyatakan, orang mengenal korupsi dilakukan oknum berusia 40 tahun ke atas, namun saat ini generasi muda sudah banyak melakukan tindak pidana korupsi.
"Pegawai pajak yang ditangkap KPK rata-rata berusia 29 tahun, Nazaruddin dan Angelina Sondakh usianya 30 tahunan. Ini 'khan kaum muda semua," kata Samad.
Melihat fenomena ini, dia menilai ada yang salah terhadap generasi muda masa kini, karena tidak cukup kuat untuk menangkal korupsi.
"Maka KPK harus punya cara tersendiri untuk meberantas korupsi," tegas dia.
Strategi pendekatan yang dilakukan KPK, dikatakan dia berupa penindakan represif diikuti pencegahan. Dari sisi pencegahan ada dua hal yang harus dicegah yaitu individu dan sistem yang ada di Indonesia.
"Individu harus ditanamkan moralitas dan integritas, sementara sistem di Indonesia juga harus dibenahi," ujar dia.
Dia menilai, sistem di Indonesia merupakan sistem yang dapat memproduksi korupsi, didukung pula dengan individu yang moral dan integritasnya tidak cukup kokoh.
"Itu harus dibenahi, atau KPK hanya serupa pemadam kebakaran yg kalau tidak membenahi sistemnya, maka korupsi bisa terjadi berulang-ulang," kata dia.
Pewarta: Maria Rosari
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013
Tags: