Seoul (ANTARA) - Institut Populasi Semenanjung Korea untuk Masa Depan pada Senin menyampaikan bahwa populasi Korea Selatan yang aktif secara ekonomi atau usia kerja diperkirakan akan turun hampir 10 juta pada tahun 2044 di tengah tingkat kelahiran yang sangat rendah di negara tersebut.

Jumlah penduduk berusia 15 hingga 64 tahun yang berjumlah 36,57 juta pada tahun 2023, diproyeksikan menurun menjadi 27,17 juta pada tahun 2044, menurut laporan tersebut.

“Menurunnya jumlah penduduk yang aktif secara ekonomi akan merusak konsumsi sehingga berdampak pada jatuhnya pasar dalam negeri. Hal ini juga akan meningkatkan beban dalam mendukung penduduk lanjut usia, yang menyebabkan perlambatan ekonomi dan rendahnya pertumbuhan yang berkepanjangan,” kata lembaga tersebut.

Laporan itu juga menunjukkan jumlah siswa baru sekolah dasar yang mencapai 430.000 pada tahun lalu diperkirakan akan berkurang hampir setengahnya menjadi 220.000 pada tahun 2033.

Sementara itu, kematian diperkirakan akan mencapai 746.000 pada tahun 2060 dibandingkan dengan perkiraan kelahiran hanya 156.000, sehingga menyebabkan penurunan populasi alami sebesar 590.000.

Oleh karenanya, total populasi Korea Selatan yang diperkirakan sebesar 51,71 juta pada tahun 2023 diperkirakan akan turun menjadi 39,69 juta pada tahun 2065.

Adapun Korea Selatan sedang bergulat dengan tingkat kelahiran yang sangat rendah dengan tingkat kesuburan total atau jumlah rata-rata anak yang diperkirakan akan dilahirkan per wanita sepanjang hidupnya, mencapai rekor terendah sebesar 0,72 pada tahun 2023.

Angka tersebut jauh di bawah 2,1 kelahiran per perempuan yang dibutuhkan untuk mempertahankan populasi stabil tanpa imigrasi. Pada Februari 2024, hanya 19.362 bayi yang lahir yang merupakan jumlah terendah sepanjang bulan Februari sejak badan statistik mulai mengumpulkan data pada tahun 1981.

Sumber : Yonhap
Baca juga: Angka kelahiran terus menurun, banyak SD di Korsel terancam tutup
Baca juga: Tingkat kelahiran di Korea Selatan terus turun
Baca juga: Presiden Korsel serukan "tekad luar biasa" atasi krisis populasi