"Mungkin ke depan tren kuota pupuk bersubdisi melalui kebijakan PSO itu akan terus mengalami penurunan. Sebab kuota PSO PT Pusri pada 2014 menurun sekitar 50.000 ton," kata Musthofa setelah melakukan penanaman penghijauan bambu petung di bantaran Sungai Musi, Desa Mata Merah, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, Rabu.
PT Pusri pada 2013 ditetapkan pemerintah memproduksi kuota pupuk urea bersubsidi sebanyak 1.293.000 ton dan hingga kini penyaluran sudah terealisasi sekitar 98 persen.
Ia menjelaskan, berkurangnya permintaan pupuk urea bersubsidi itu selain disebabkan penjualan besar-besaran pupuk NPK (non-PSO) untuk mendongkrak produktifitas petani di dalam negeri juga adanya penurunan alokasi anggaran pemerintah.
Namun, katanya, jika permintaan pupuk urea bersubsidi meningkat, Pusri tetap akan mengeluarkannya dari pabrik sebagai penyimbang penjualan NPK.
PT Pusri juga saat ini terus meningkatkan penjualan NPK meski produknya tetap dikendalikan PT Petro Kimia Gresik, PT Pupuk Kaltim, dan PT Pupuk Kujang. PT Pusri hingga kini belum memproduksi pupuk NPK.
"Mudah-mudahan pada 2014 Pusri akan memproduksi pupuk NPK karena pabriknya masih dalam pengerjaan," katanya.
Menyinggung soal capaian ekspor pupuk urea yang diproduksi Pusri pada 2013 secara kuantum 190.000 ton dengan harga berfluktuasi atau tergantung proses tender (lelang) yang dilaksanakan PT Pupuk Indonesia.
Negara tujuan utama ekspor pupuk urea Pusri selama ini dominan ke Vietnam dan Myanmar, katanya.
(I016/Z002)