ASEAN dukung pembentukan Fasilitas Pembiayaan Cepat pada CMIM
5 Mei 2024 14:59 WIB
Ilustrasi - Siluet pegawai melintas di dekat refleksi logo ASEAN yang terpasang di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu (30/8/2023). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/tom.
Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan ASEAN mendukung pembentukan Fasilitas Pembiayaan Cepat (RFF) dengan memasukkan mata uang yang dapat digunakan secara bebas yang memenuhi syarat sebagai mata uang pilihan sebagai fasilitas baru di bawah Chiang Mai Initiative Multilateralisation (CMIM).
CMIM yang dibentuk pada 2010 merupakan kerjasama keuangan di antara negara-negara ASEAN+3 dalam bentuk fasilitas dukungan likuiditas bagi negara yang menghadapi masalah likuiditas jangka pendek atau kesulitan neraca pembayaran.
“Kami juga mendukung rencana kerja untuk menyetujui amandemen Perjanjian CMIM tentang RFF pada pertemuan berikutnya dengan mata yang yang dapat digunakan secara bebas yang memenuhi syarat,” kata pernyataan bersama Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN+3 ke-27 yang diterima di Jakarta, Minggu.
Melalui persetujuan tersebut, para petinggi keuangan di ASEAN menginstruksikan para deputi untuk menyelesaikan amandemen CMIM pada akhir tahun 2024 sembari meyakini bahwa pembentukan fasilitas baru di bawah CMIM akan secara signifikan meningkatkan ketahanan regional ASEAN+3.
“Hal ini akan dicapai dengan memungkinkan negara-negara anggota untuk mengakses pembiayaan darurat pada saat terdapat kebutuhan neraca pembayaran yang mendesak yang mungkin timbul dari guncangan luar yang terjadi secara tiba-tiba, termasuk pandemi dan bencana alam,” bunyi pernyataan tersebut.
Kemudian dalam rangka arah masa depan pengaturan pembiayaan regional (RFA), para menteri dan gubernur bank sentral sepakat bahwa reformasi RFA ASEAN+3 termasuk CMIM merupakan upaya penting untuk memperkuat jaring pengaman keuangan regional.
Semuanya sepakat bahwa manfaat dari struktur modal disetor yang dapat meningkatkan efektivitas jaring pengaman keuangan regional. Namun, di satu sisi juga menyadari biaya dan tantangannya termasuk perlunya kejelasan mengenai pengakuan cadangan devisa dan tata kelola dan kemampuan yang diperlukan untuk mengelola struktur tersebut.
Selain bertukar pandangan mengenai perkembangan terkini dan prospek perekonomian global dan regional, serta tanggapan kebijakan terhadap risiko dan tantangan, para delegasi ASEAN yang berkumpul Tbilisi, Georgia, tersebut turut sepakat untuk memperkuat kerja sama keuangan regional, termasuk melalui Asian Bond Markets Initiative (ABMI), Disaster Risk Financing (DRF), dan Inisiatif Masa Depan ASEAN+3.
Baca juga: Menteri Keuangan ASEAN tetapkan visi baru ASEAN Single Window
Baca juga: ASEAN akan perkuat sektor ekonomi dan keuangan regional
Baca juga: Negara-negara ASEAN gelar pertemuan untuk bahas kerja sama finansial
CMIM yang dibentuk pada 2010 merupakan kerjasama keuangan di antara negara-negara ASEAN+3 dalam bentuk fasilitas dukungan likuiditas bagi negara yang menghadapi masalah likuiditas jangka pendek atau kesulitan neraca pembayaran.
“Kami juga mendukung rencana kerja untuk menyetujui amandemen Perjanjian CMIM tentang RFF pada pertemuan berikutnya dengan mata yang yang dapat digunakan secara bebas yang memenuhi syarat,” kata pernyataan bersama Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN+3 ke-27 yang diterima di Jakarta, Minggu.
Melalui persetujuan tersebut, para petinggi keuangan di ASEAN menginstruksikan para deputi untuk menyelesaikan amandemen CMIM pada akhir tahun 2024 sembari meyakini bahwa pembentukan fasilitas baru di bawah CMIM akan secara signifikan meningkatkan ketahanan regional ASEAN+3.
“Hal ini akan dicapai dengan memungkinkan negara-negara anggota untuk mengakses pembiayaan darurat pada saat terdapat kebutuhan neraca pembayaran yang mendesak yang mungkin timbul dari guncangan luar yang terjadi secara tiba-tiba, termasuk pandemi dan bencana alam,” bunyi pernyataan tersebut.
Kemudian dalam rangka arah masa depan pengaturan pembiayaan regional (RFA), para menteri dan gubernur bank sentral sepakat bahwa reformasi RFA ASEAN+3 termasuk CMIM merupakan upaya penting untuk memperkuat jaring pengaman keuangan regional.
Semuanya sepakat bahwa manfaat dari struktur modal disetor yang dapat meningkatkan efektivitas jaring pengaman keuangan regional. Namun, di satu sisi juga menyadari biaya dan tantangannya termasuk perlunya kejelasan mengenai pengakuan cadangan devisa dan tata kelola dan kemampuan yang diperlukan untuk mengelola struktur tersebut.
Selain bertukar pandangan mengenai perkembangan terkini dan prospek perekonomian global dan regional, serta tanggapan kebijakan terhadap risiko dan tantangan, para delegasi ASEAN yang berkumpul Tbilisi, Georgia, tersebut turut sepakat untuk memperkuat kerja sama keuangan regional, termasuk melalui Asian Bond Markets Initiative (ABMI), Disaster Risk Financing (DRF), dan Inisiatif Masa Depan ASEAN+3.
Baca juga: Menteri Keuangan ASEAN tetapkan visi baru ASEAN Single Window
Baca juga: ASEAN akan perkuat sektor ekonomi dan keuangan regional
Baca juga: Negara-negara ASEAN gelar pertemuan untuk bahas kerja sama finansial
Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2024
Tags: