Kemenkes buka enam prodi di RS pendidikan atasi rasio dokter spesialis
4 Mei 2024 17:23 WIB
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat menyampaikan keterangan kepada wartawan usai memenuhi undangan rapat terbatas bersama Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (3/5/2024). ANTARA/Mentari Dwi Gayati/am.
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) berupaya memecahkan persoalan akut terkait pemenuhan rasio kebutuhan dokter spesialis di Indonesia dengan membuka enam program studi (prodi) di rumah sakit penyelenggara pendidikan utama.
"Salah satu masalah lagi yang ada di Indonesia adalah distribusi dokter spesialis. Hampir 80 tahun Indonesia merdeka belum pernah bisa terpecahkan," kata Menkes Budi Gunadi Sadikin dalam keterangannya melalui Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes di Jakarta, Sabtu.
Baca juga: Legislator nilai pemerintah perlu usut masalah peserta PPDS depresi
Untuk bisa memenuhi kebutuhan dokter spesialis sesuai rasio yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebanyak 0,28 berbanding 1.000 penduduk di Indonesia, Budi memperkirakan butuh 15 tahun bagi Indonesia untuk memenuhinya melalui keberadaan 117 fakultas kedokteran.
Merespons hal itu, Kemenkes melalui program Transformasi Kesehatan memfasilitasi rumah sakit pendidikan di 420 rumah sakit untuk mendidik lebih banyak dokter dan dokter spesialis di luar jalur universitas.
"Kita punya 3.000 rumah sakit, 420 rumah sakit sebagai rumah sakit pendidikan untuk mendidik lebih banyak dokter dan dokter spesialis. Dengan demikian, lebih cepat pemenuhan dokter dan dokter spesialis di seluruh Indonesia," katanya.
Peluncuran program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit diagendakan berlangsung pada Senin (6/5) di halaman RS Anak dan Bunda Harapan Kita, Jakarta Barat.
Baca juga: Jokowi ingin universitas hasilkan lebih banyak dokter spesialis
Dikatakan Budi, program tersebut akan memprioritaskan dokter-dokter putra daerah sebagai peserta pendidikan dokter spesialis di rumah sakit pendidikan.
"Nanti pemenuhan dokter spesialis ke seluruh daerah akan dilakukan bersama-sama, baik pendidikan melalui universitas, maupun pendidikan yang berbasis rumah sakit," katanya.
Pada tahap awal ini, kata Budi, terdapat enam program studi kedokteran spesialis di enam rumah sakit penyelenggara pendidikan utama, yakni spesialis mata, jantung, anak, saraf, orthopedi, dan ongkologi.
Adapun enam rumah sakit pendidikan yang dimaksud yakni RS Mata Cicendo, RS Ortopedi Soeharso, RS Pusat Otak Nnasional (PON), RS Kanker Dharmais, RSAB Harapan Kita, dan RSJPD Harapan Kita.
Dikonfirmasi secara terpisah, Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menyebut jumlah dokter spesialis di Indonesia saat ini berkisar 48.785 orang yang mayoritasnya terkonsentrasi di Pulau Jawa.
Sejumlah wilayah dengan jumlah dokter spesialis kurang dari 100 orang adalah Provinsi Papua Barat nol dokter spesialis, Maluku Utara 98 dokter spesialis, dan Sulawesi Barat 85 dokter spesialis.
Baca juga: FKKMK UGM pastikan perhatikan kesehatan mental calon dokter spesialis
"Salah satu masalah lagi yang ada di Indonesia adalah distribusi dokter spesialis. Hampir 80 tahun Indonesia merdeka belum pernah bisa terpecahkan," kata Menkes Budi Gunadi Sadikin dalam keterangannya melalui Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes di Jakarta, Sabtu.
Baca juga: Legislator nilai pemerintah perlu usut masalah peserta PPDS depresi
Untuk bisa memenuhi kebutuhan dokter spesialis sesuai rasio yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebanyak 0,28 berbanding 1.000 penduduk di Indonesia, Budi memperkirakan butuh 15 tahun bagi Indonesia untuk memenuhinya melalui keberadaan 117 fakultas kedokteran.
Merespons hal itu, Kemenkes melalui program Transformasi Kesehatan memfasilitasi rumah sakit pendidikan di 420 rumah sakit untuk mendidik lebih banyak dokter dan dokter spesialis di luar jalur universitas.
"Kita punya 3.000 rumah sakit, 420 rumah sakit sebagai rumah sakit pendidikan untuk mendidik lebih banyak dokter dan dokter spesialis. Dengan demikian, lebih cepat pemenuhan dokter dan dokter spesialis di seluruh Indonesia," katanya.
Peluncuran program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit diagendakan berlangsung pada Senin (6/5) di halaman RS Anak dan Bunda Harapan Kita, Jakarta Barat.
Baca juga: Jokowi ingin universitas hasilkan lebih banyak dokter spesialis
Dikatakan Budi, program tersebut akan memprioritaskan dokter-dokter putra daerah sebagai peserta pendidikan dokter spesialis di rumah sakit pendidikan.
"Nanti pemenuhan dokter spesialis ke seluruh daerah akan dilakukan bersama-sama, baik pendidikan melalui universitas, maupun pendidikan yang berbasis rumah sakit," katanya.
Pada tahap awal ini, kata Budi, terdapat enam program studi kedokteran spesialis di enam rumah sakit penyelenggara pendidikan utama, yakni spesialis mata, jantung, anak, saraf, orthopedi, dan ongkologi.
Adapun enam rumah sakit pendidikan yang dimaksud yakni RS Mata Cicendo, RS Ortopedi Soeharso, RS Pusat Otak Nnasional (PON), RS Kanker Dharmais, RSAB Harapan Kita, dan RSJPD Harapan Kita.
Dikonfirmasi secara terpisah, Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menyebut jumlah dokter spesialis di Indonesia saat ini berkisar 48.785 orang yang mayoritasnya terkonsentrasi di Pulau Jawa.
Sejumlah wilayah dengan jumlah dokter spesialis kurang dari 100 orang adalah Provinsi Papua Barat nol dokter spesialis, Maluku Utara 98 dokter spesialis, dan Sulawesi Barat 85 dokter spesialis.
Baca juga: FKKMK UGM pastikan perhatikan kesehatan mental calon dokter spesialis
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2024
Tags: