Layanan kesehatan korban KRL dinilai bagus
10 Desember 2013 03:36 WIB
ilustrasi Petugas berusaha mengevakuasi korban kecelakaan kereta rel listrik di Bintaro, Jakarta, Senin (9/12). KRL tujuan Stasiun Tanah Abang tersebut menabrak truk tangki bahan bakar minyak bermuatan 24.000 liter premium di perlintasan kereta api Bintaro. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari) ()
Jakarta (ANTARA News) - Wakil Menteri Kesehatan Ali Gufron menilai layanan kesehatan yang diberikan kepada korban tabrakan kereta rel listrik (KRL) dengan mobil tangki Pertamina di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan, sudah cukup bagus.
"Saya datang untuk mengecek kondisi korban dan layanan kesehatan untuk mereka. Ternyata pelayanannya bagus dan korban dilayani dengan baik," kata Wamenkes Ali Gufron seusai mengunjungi korban yang dirawat di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta Selatan, Senin.
Ali mengatakan bertemu dengan tiga pasien yang masih dirawat di rumah sakit tersebut, yaitu Chosimin (sopir mobil tangki), Mujiono (kenek) dan Iska Andini (penumpang KRL).
Menurut Ali, biaya perawatan Chosimin dan Mujiono sudah dijamin oleh perusahaan tempat mereka bekerja, yaitu PT Pertamina (Persero).
"Untuk korban yang penumpang, tidak memiliki jaminan kesehatan. Namun, saya sudah bicara dengan PT Kereta Api Indonesia. Menurut mereka para penumpang akan dijamin perawatannya," tuturnya.
Karena itu, Ali mengatakan para korban kecelakaan tersebut dan keluarganya tidak perlu khawatir mengenai biaya perawatan karena seluruhnya sudah dijamin.
Awalnya, ada lima orang korban yang dirawat di RSPP. Selain Chosimin, Mujiono dan Iska Andini sebelumnya Slamet dan Anieke Yolanda juga dirawat. Namun, mereka tidak perlu menjalani rawat inap sehingga diperbolehkan pulang.
Sebelumnya, terjadi kecelakaan antara KRL Commuter Line jurusan Serpong-Tanah Abang dengan mobil tangki Pertamina di pintu perlintasan Pondok Betung, Bintaro pada pukul 11.25 WIB.
Menurut informasi, tabrakan tersebut diduga terjadi karena pintu perlintasan mengalami malafungsi sehingga belum tertutup sempurna. Saat pintu baru tertutup setengah, mobil tangki terus berjalan dan tertabrak KRL.
Tabrakan tersebut mengakibatkan ledakan dan kebakaran. Korban saat ini dirawat di beberapa rumah sakit. Beberapa orang dilaporkan meninggal dunia, termasuk masinis dan petugas KRL.
(D018/I007)
"Saya datang untuk mengecek kondisi korban dan layanan kesehatan untuk mereka. Ternyata pelayanannya bagus dan korban dilayani dengan baik," kata Wamenkes Ali Gufron seusai mengunjungi korban yang dirawat di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta Selatan, Senin.
Ali mengatakan bertemu dengan tiga pasien yang masih dirawat di rumah sakit tersebut, yaitu Chosimin (sopir mobil tangki), Mujiono (kenek) dan Iska Andini (penumpang KRL).
Menurut Ali, biaya perawatan Chosimin dan Mujiono sudah dijamin oleh perusahaan tempat mereka bekerja, yaitu PT Pertamina (Persero).
"Untuk korban yang penumpang, tidak memiliki jaminan kesehatan. Namun, saya sudah bicara dengan PT Kereta Api Indonesia. Menurut mereka para penumpang akan dijamin perawatannya," tuturnya.
Karena itu, Ali mengatakan para korban kecelakaan tersebut dan keluarganya tidak perlu khawatir mengenai biaya perawatan karena seluruhnya sudah dijamin.
Awalnya, ada lima orang korban yang dirawat di RSPP. Selain Chosimin, Mujiono dan Iska Andini sebelumnya Slamet dan Anieke Yolanda juga dirawat. Namun, mereka tidak perlu menjalani rawat inap sehingga diperbolehkan pulang.
Sebelumnya, terjadi kecelakaan antara KRL Commuter Line jurusan Serpong-Tanah Abang dengan mobil tangki Pertamina di pintu perlintasan Pondok Betung, Bintaro pada pukul 11.25 WIB.
Menurut informasi, tabrakan tersebut diduga terjadi karena pintu perlintasan mengalami malafungsi sehingga belum tertutup sempurna. Saat pintu baru tertutup setengah, mobil tangki terus berjalan dan tertabrak KRL.
Tabrakan tersebut mengakibatkan ledakan dan kebakaran. Korban saat ini dirawat di beberapa rumah sakit. Beberapa orang dilaporkan meninggal dunia, termasuk masinis dan petugas KRL.
(D018/I007)
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013
Tags: