Bangkok (ANTARA) - Aktivitas sektor manufaktur Thailand pada April kembali mengalami kontraksi, yang telah berlangsung selama sembilan bulan berturut-turut, seiring dengan terus menurunnya pesanan baru hingga mengakibatkan output kembali turun dan aktivitas pembelian mencatatkan penurunan paling tajam sejak pandemi,

Berdasarkan hasil survei S&P Global yang dirilis Kamis (2/5), indeks manajer pembelian (purchasing managers' index/PMI) manufaktur negara Asia Tenggara itu berada di angka 48,6 pada bulan lalu atau turun dari 49,1 pada Maret sekaligus menandai laju penurunan yang sedikit lebih tajam namun tidak terlalu besar.

Angka PMI di atas 50 mengindikasikan ekspansi dalam sektor manufaktur, sementara angka di bawah 50 mencerminkan kontraksi.

Meskipun angka pada April turun jauh di bawah indikator statis (no-change mark) 50,0, penurunan tersebut harus dilihat dalam konteks kenaikan tertinggi kedua dalam delapan bulan, menyusul salah satu kenaikan bulanan tertinggi yang pernah dicatat pada Maret, ujar Trevor Balchin, Direktur Ekonomi di S&P Global Market Intelligence.

Meskipun pesanan baru terus menurun pada awal kuartal kedua, harapan manufaktur Thailand tertuju pada pertumbuhan output dalam proyeksi selama 12 bulan, dengan sentimen yang berada di atas tren sebelum pandemi COVID-19. Hal ini tercermin dalam terhentinya fase pemutusan hubungan kerja baru-baru ini selama bulan yang disurvei, kata Balchin.