Jakarta (ANTARA News) - Walikota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan pencegahan korupsi dalam birokrasi bisa dimulai dari pendekatan lewat sistem elektronik sebagaimana telah terbukti berhasil diterapkan di Surabaya, Jawa Timur, melalui sistem e-Procurement.

"Pencegahan korupsi dimulai dari sistem. Siapapun kepala daerahnya bisa digunakan, karena sustainable (berkelanjutan). Sehingga kalau saya sudah tidak menjabat bisa terus digunakan," kata Risma, begitu ia akrab disapa, di sela-sela acara Pekan Antikorupsi 2013 di Istora Senayan, Jakarta, Senin.

Risma mengatakan lewat sistem e-procurement, Surabaya berhasil melakukan penghematan anggaran hingga 20-25 persen. Dari situ, Surabaya mampu memberikan subsidi secara cuma-cuma di sekolah, memberikan makanan gratis kepada anak yatim, orang tidak mampu, dan para penderita cacat.

"Kami memberi mereka makan gratis setiap hari, tiga kali sehari," ujar Risma.

Selain itu, lanjut Risma, Surabaya berhasil menjadi kota yang mandiri karena mampu melakukan pembangunan dengan biaya sendiri.

"Semua kita bisa bayar dan bangun sendiri karena kita bisa efisien. Pendapatan juga lebih banyak karena sistem perizinan kita cepat sekali (berkat sistem e-Procurement)," jelas Risma.

Risma menuturkan sistem e-Procurement diterapkan dalam berbagai kepentingan seperti e-budgeting dan e-controlling dan tidak hanya dalam pengelolaan uang tetapi juga sistem perizinan bahkan sampai penerimaan siswa baru di sekolah.

"Semua bisa dipantau prosesnya dan birokrasi semakin ramping," katanya.

Hal yang paling penting dari penerapan sistem tersebut, jelas Risma, meminimalisasikan kontak langsung antara penyedia barang atau jasa dengan panitia pengadaan sehingga proses bisa lebih transparan, selain lebih hemat waktu dan biaya.


Awal Yang Tidak Mudah

Nama Risma telah melambung hingga mancanegara berkat dedikasinya. Sepak terjang perempuan berusia 52 tahun itu bahkan ditulis oleh Stanley Weiss, seorang pengamat politik pemerintahan lokal dan internasional, dalam artikel di Huffington Post dengan judul "Surabayas Mrs. Mayor: Indonesias Best-Kept Secret".

Pada artikel tersebut, Risma disebut sebagai pahlawan karena mampu mengubah Surabaya yang sumpek menjadi kota ramah lingkungan yang banyak taman, rapi, dan bersih.

Dalam menerapkan e-Procurement ia mengaku bukan hal yang mudah. Pada tahun 2003 ketika ia mulai merintis sistem tersebut, Risma beserta keluarga kerap mendapat ancaman akan dibunuh.

"Saya dan sekeluarga diancam mau dibunuh," katanya.

Akan tetapi, ia tetap percaya diri untuk terus maju setelah mantan Kapolwiltabes Surabaya Ade Raharja bersedia melindungi dia dan keluarganya dari ancaman.

"Ancaman mulai berkurang, dari situ saya yakin dan percaya Tuhan akan melindungi," ungkapnya.

Ia menambahkan untuk menerapkan sistem tidak bisa memberikan hasil yang instan, termasuk upaya pemberantasan korupsi.

"Sistem tidak bisa langsung (kelihatan hasilnya), tetapi yang lainnya nanti akan terus mengikuti," ujar Risma. (M047)