Kiev (ANTARA News) - Sekelompok pemrotes anti-pemerintah, Minggu (8/12), merobohkan patung Vladimir Lenin di Ibu Kota Nasional negeri itu, Kiev.

Pemrotes menyalurkan kemarahan mereka terhadap keputusan pemerintah guna mengupayakan hubungan lebih erat dengan Rusia, bukan dengan Uni Eropa.

Tindakan tersebut dilakukan setelah pertemuan terbuka anti-pemerintah di Kiev dihadiri oleh ratusan ribu orang, demikian laporan Xinhua.

Kantor berita Itar-Tass melaporkan pegiat dari Partai Svoboda (Kemerdekaan) merobohkan patung tersebut dengan alat seperti palu dan tambang, lalu mereka mulai melantunkan lagu kebangsaan nasional mereka.

Dinas Keamanan Ukraina, Minggu, menyatakan sedang memeriksa pemimpin oposisi yang dicurigai berusaha merebut kekuasaan di tengah protes anti-pemerintah --yang telah melanda negeri itu sejak penghujung November.

"Pada 8 Desember, pendaftaran pemeriksaan pra-pengadilan dilengkapi dengan data yang berkaitan dengan tindakan tidak sah yang dilakukan oleh politisi tertentu untuk merebut kekuasaan," kata Dinas Keamanan Ukraina di dalam satu pernytaaan.

Namun pernyataan itu tidak menyebutkan nama politisi tersebut, yang akan menghadapi ancaman hukuman penjara dari lima sampai 10 tahun jika terbukti bersalah.

Arseniy Yatsenyuk, pemimpin oposisi Partai Batkischchina (Tanah Air), di "Peoples Veche (Majelis)" di Bundaran Kebebasan, menyatakan bahwa pemerintah akan mempertimbangkan pemberlakuan keadaan darurat di Ukraina.

Ia berkeras upaya lain mesti dilakukan untuk melanjutkan protes, termasuk menghalangi satu lagi gedung pemerintah setiap hari sampai pemerintah "melakukan tindakan nyata untuk memenuhi tuntutan kami", kata kantor berita Interfax.

Ribuan warga pro-pemerintah yang dikerahkan oleh Partai Wilayah, yang memerintah, juga mengadakan pertemuan terbuka di sekitar Bundaran Konstitusi di dekat gedung paarlemen.

Polisi telah mengelilingi kedua pertemuan terbuka itu, dan tak ada bentrokan yang telah dilaporkan antara kedua kelompok pemrotes tersebut.

(C003)