Horja Bius-Israel Varela kolaborasi dukung Jakarta jadi kota global
1 Mei 2024 22:20 WIB
Penampilan kolaborasi antara Horja Bius dengan musisi Italia Israel Vareli yang diselenggarakan di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta pada Rabu (1/5/2024). (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)
Jakarta (ANTARA) - Kelompok musik etnis Batak-Toba Horja Bius berkolaborasi dengan musisi flamenco-jazz Israel Varela dalam pertunjukan musik bertaraf internasional guna mendukung promosi kebudayaan bagi Jakarta menuju kota global (global city).
“Semoga hal-hal yang berbau asli dan original (di kebudayaan kita) itu tetap terjaga dan kita mampu mengembangkannya untuk seni ke depannya,” kata Vokalis Horja Bius sekaligus komposer Mogan Pasaribu di Jakarta, Rabu.
Dalam acara yang digelar di Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (PKJ TIM) diselenggarakan oleh Komite Musik Dewan Kesenian Jakarta yang bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta itu, Horja Bius dan Varela membawakan sejumlah nomor komposisi musik tanpa lirik lagu.
Baca juga: Lagu Batak Sik Sik Sibatumanikam jadi musik pengiring Indonesia Menari
Baca juga: Keindahan Danau Toba dipromosikan dalam festival musik internasional
Selama setahun terakhir, Mogan secara khusus menciptakan empat nomor komposisi musik tanpa lirik lagu bersama personil Horja Bius, antara lain Anna Febiola Bethania Hutapea (taganing/hesek), Dheo Zambulan L. Gaol (sulim), Didit Alamsyah (sarune), Goldy Nathaniel Langitan (Garantung/hesek), Rachmansyah (hasapi), Oniel Abednego Mangoli (Taganing), Andrey George foreman (Taganing/garantung), dan Artdo Sitohang (sarune/sulim).
Empat nomor komposisi musik akustik (non elektrik) yang merupakan album terbaru Horja Bius ini akan disuguhkan dalam kolaborasinya dengan Israel Varela.
Adapun nomor musik yang ditampilkan berjudul Portibi I dan Portibi III yang bercerita tentang dunia, lengkap dengan berbagai suasana, senang, sedih, damai, keributan, isu-isu yang sedang ramai dibicarakan yang mungkin bisa menimbulkan chaos atau perang.
Kemudian ada pula Haminjon atau Kemenyan. Lagu ini diciptakan dengan suasana yang berbeda. Bercerita soal hutan adat di tanah Batak yang memproduksi getah haminjon.
Sayangnya, hutan tersebut hampir punah karena terkena eksploitasi dari sebuah perusahaan bernama Toba Pulp Lestari.
Lewat musik Haminjon, Horja Bius memberikan gambaran bahwa masyarakat setempat tetap berjuang membela hutan sampai hingga saat ini agar kebudayaan mereka tetap terjaga.
Ditampilkan juga performing art dari komunitas seni Dapunta dengan pemain Exan Zen, Vita Serenada Smaraloka, Lucky Moniaga, Iwan Singa, Lili Sudraba, dan Lolita Piala Dewi.
Lebih lanjut, Musisi Israela Varela menyatakan dirinya tertarik untuk berkolaborasi karena merasa terpikat dengan kekuatan ritus mantra khas Batak.
Dalam kolaborasinya dengan Horja Bius, Varela ingin warna flamenco-jazz berpadu menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan atmosfer ritus-mantra Batak.
“Musik bagiku adalah cinta, dan itu berkah bagiku karena dapat berada di sini untuk membagikan keindahan musik yang kumiliki bersama Horja Bius,” ucap Varela.
Menanggapi penampilan tersebut, Ketua Komite Musik Dewan Kesenian Jakarta M. Arham Aryadi mengatakan keduanya berhasil menyuguhkan pertunjukan yang segar dan baru karena dapat menggabungkan ritme musik khas Batak-Toba dengan kemampuan Varela bermain drum.
“Sebelumnya, Horja Bius sudah pernah tampil di berbagai program internasional musik yang etnikal, dan ini merupakan kelanjutan dari bentuk hubungan kerja sama kami untuk terus mengembangkan ide dan kreativitas di bidang musik,” ucap Arham.
Horja Bius adalah kelompok musik etnik yang sangat kental dengan mitologi dan ritus masyarakat Batak Toba. Sejak berdirinya tahun 2013 hingga sekarang, kelompok musik yang dimotori Mogan Pasaribu tersebut konsisten mengkhidmati turi-turian, petatah-petitih, umpama dan umpasa, yang dituturkan para leluhur Batak secara turun-temurun, sejak berabad-abad yang lampau.
Tidak hanya di Indonesia, kelompok musik etnik Batak ini juga telah melakukan road show ke beberapa kota penting di Eropa antara lain Rotterdam, Amsterdam dan Den Haag di Belanda, Berlin di Jerman, Stockholm di Swedia, Brussels di Belgia, Bastille di Perancis, Sevilla dan Granada di Spanyol.
Selanjutnya, Israel Varela merupakan musisi flamenco-jazz asal Italia yang pernah mengikuti Java Jazz Festival di Jakarta dan Bali Live International Jazz Festival di Pulau Dewata.
Drummer, penyanyi, komposer dan produser kelahiran Tijuana Meksiko ini sangat ahli dalam ritme Amerika Latin yang kompleks dan Flamenco.
Dikarenakan bakatnya tersebut, ia pernah meraih hadiah bergengsi "Orang Meksiko Terhormat" yang diberikan oleh Kedutaan Besar Meksiko.
Baca juga: Musisi Batak tampilkan musik tradisional di Spanyol
Baca juga: Indonesia-Spanyol akan tampilkan kerja sama musik
“Semoga hal-hal yang berbau asli dan original (di kebudayaan kita) itu tetap terjaga dan kita mampu mengembangkannya untuk seni ke depannya,” kata Vokalis Horja Bius sekaligus komposer Mogan Pasaribu di Jakarta, Rabu.
Dalam acara yang digelar di Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (PKJ TIM) diselenggarakan oleh Komite Musik Dewan Kesenian Jakarta yang bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta itu, Horja Bius dan Varela membawakan sejumlah nomor komposisi musik tanpa lirik lagu.
Baca juga: Lagu Batak Sik Sik Sibatumanikam jadi musik pengiring Indonesia Menari
Baca juga: Keindahan Danau Toba dipromosikan dalam festival musik internasional
Selama setahun terakhir, Mogan secara khusus menciptakan empat nomor komposisi musik tanpa lirik lagu bersama personil Horja Bius, antara lain Anna Febiola Bethania Hutapea (taganing/hesek), Dheo Zambulan L. Gaol (sulim), Didit Alamsyah (sarune), Goldy Nathaniel Langitan (Garantung/hesek), Rachmansyah (hasapi), Oniel Abednego Mangoli (Taganing), Andrey George foreman (Taganing/garantung), dan Artdo Sitohang (sarune/sulim).
Empat nomor komposisi musik akustik (non elektrik) yang merupakan album terbaru Horja Bius ini akan disuguhkan dalam kolaborasinya dengan Israel Varela.
Adapun nomor musik yang ditampilkan berjudul Portibi I dan Portibi III yang bercerita tentang dunia, lengkap dengan berbagai suasana, senang, sedih, damai, keributan, isu-isu yang sedang ramai dibicarakan yang mungkin bisa menimbulkan chaos atau perang.
Kemudian ada pula Haminjon atau Kemenyan. Lagu ini diciptakan dengan suasana yang berbeda. Bercerita soal hutan adat di tanah Batak yang memproduksi getah haminjon.
Sayangnya, hutan tersebut hampir punah karena terkena eksploitasi dari sebuah perusahaan bernama Toba Pulp Lestari.
Lewat musik Haminjon, Horja Bius memberikan gambaran bahwa masyarakat setempat tetap berjuang membela hutan sampai hingga saat ini agar kebudayaan mereka tetap terjaga.
Ditampilkan juga performing art dari komunitas seni Dapunta dengan pemain Exan Zen, Vita Serenada Smaraloka, Lucky Moniaga, Iwan Singa, Lili Sudraba, dan Lolita Piala Dewi.
Lebih lanjut, Musisi Israela Varela menyatakan dirinya tertarik untuk berkolaborasi karena merasa terpikat dengan kekuatan ritus mantra khas Batak.
Dalam kolaborasinya dengan Horja Bius, Varela ingin warna flamenco-jazz berpadu menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan dengan atmosfer ritus-mantra Batak.
“Musik bagiku adalah cinta, dan itu berkah bagiku karena dapat berada di sini untuk membagikan keindahan musik yang kumiliki bersama Horja Bius,” ucap Varela.
Menanggapi penampilan tersebut, Ketua Komite Musik Dewan Kesenian Jakarta M. Arham Aryadi mengatakan keduanya berhasil menyuguhkan pertunjukan yang segar dan baru karena dapat menggabungkan ritme musik khas Batak-Toba dengan kemampuan Varela bermain drum.
“Sebelumnya, Horja Bius sudah pernah tampil di berbagai program internasional musik yang etnikal, dan ini merupakan kelanjutan dari bentuk hubungan kerja sama kami untuk terus mengembangkan ide dan kreativitas di bidang musik,” ucap Arham.
Horja Bius adalah kelompok musik etnik yang sangat kental dengan mitologi dan ritus masyarakat Batak Toba. Sejak berdirinya tahun 2013 hingga sekarang, kelompok musik yang dimotori Mogan Pasaribu tersebut konsisten mengkhidmati turi-turian, petatah-petitih, umpama dan umpasa, yang dituturkan para leluhur Batak secara turun-temurun, sejak berabad-abad yang lampau.
Tidak hanya di Indonesia, kelompok musik etnik Batak ini juga telah melakukan road show ke beberapa kota penting di Eropa antara lain Rotterdam, Amsterdam dan Den Haag di Belanda, Berlin di Jerman, Stockholm di Swedia, Brussels di Belgia, Bastille di Perancis, Sevilla dan Granada di Spanyol.
Selanjutnya, Israel Varela merupakan musisi flamenco-jazz asal Italia yang pernah mengikuti Java Jazz Festival di Jakarta dan Bali Live International Jazz Festival di Pulau Dewata.
Drummer, penyanyi, komposer dan produser kelahiran Tijuana Meksiko ini sangat ahli dalam ritme Amerika Latin yang kompleks dan Flamenco.
Dikarenakan bakatnya tersebut, ia pernah meraih hadiah bergengsi "Orang Meksiko Terhormat" yang diberikan oleh Kedutaan Besar Meksiko.
Baca juga: Musisi Batak tampilkan musik tradisional di Spanyol
Baca juga: Indonesia-Spanyol akan tampilkan kerja sama musik
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024
Tags: