Jakarta (ANTARA) - Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat meminta warga untuk semakin mewaspadai demam berdarah dengue (DBD) menyusul faktor cuaca dan kelembapan udara di wilayah tersebut yang potensial sebagai tempat perindukan nyamuk aedes aegypti.

Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Jakarta Barat, Dr Arum Ambarsari mengatakan bahwa pentingnya kewaspadaan warga akan penyebaran penyakit tersebut mengingat faktor cuaca dan kelembaban udara yang sulit dikendalikan manusia.

"Faktor cuaca dan kelembapan udara di Jakarta Barat sangat potensial sebagai tempat perindukan nyamuk aedes aigypti (vektor pembawa virus DBD), hal ini sulit untuk dihindari," kata Arum di Jakarta pada Rabu.

Baca juga: Jakbar catat 1.124 kasus DBD, Pemkot lakukan sejumlah upaya

Karena itu, dia meminta masyarakat setempat untuk melakukan antisipasi dengan pemberantasan sarang nyamuk melalui 3M, yakni menguras, menutup dan mengubur.

"Namun masyarakat bisa meminimalisasi tempat perindukan nyamuk dengan cara melakukan pemberantasan sarang nyamuk melalui 3M Plus," kata Arum.

Warga juga disarankam agar waspada apabila ada anggota keluarga yang demam lebih dari tiga hari untuk segera melakukan pemeriksaan darah.

"Jangan menunda-nunda karena penyakit DBD justru mencapai titik kritis saat demam sudah mulai turun (hari ke 4,5) dan bisa terjadi syok dan kematian," tutur Arum.

Baca juga: Pemkot Jakbar ajak warga lakukan PSN dua kali seminggu untuk cegah DBD

Meskipun jumlah kasus DBD di rumah sakit setempat cenderung menurun pada April 2024, jumlah tersebut masih terhitung tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2023.

Pada Januari 2024, kasus DBD di Jakarta Barat (Jakbar) berjumlah 94 kasus, kemudian meningkat drastis pada Februari dengan 249 kasus dan meningkat lagi pada Maret sebanyak 629 kasus.

"Kemudian sedikit menurun pada April dengan 572 kasus," katanya.

Sementara itu, pada tahun 2023, kasus DBD pada Januari berjumlah 132 kasus. Kemudian menurun pada Februari dengan 94 kasus, lalu kembali meningkat pada Maret dengan 105 kasus dan meningkat lagi pada April dengan 125 kasus.