Bandung (ANTARA News) - Media tampak jenuh memberitakan kasus korupsi karena koruptor tidak ada habis-habisnya, ditangkap satu tumbuh seribu.
"Akibatnya, media mencari angle lain dalam liputan korupsi, yaitu sisi hiburannya yang diutamakan, bukan substansinya. Makanya tersangka korupsi diberitakan bak selebriti," kata Direktur Pemberitaan LKBN Antara Akhmad Kusaeni dalam diskusi "Sinergi Kampanye Pendidikan Anti Korupsi" di Bandung, Jumat.
Selain Kusaeni, tampil sebagai narasumber diskusi Juru Bicara KPK Johan Budi dan Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika Freddy H Tulung.
Johan Budi dan Freddy Tulung membenarkan bahwa liputan media soal korupsi lebih berat kepada aspek penindakannya dari pada upaya pencegahannya.
Menurut Kusaeni, penindakan adalah sexy buat media, sementara pencegahan kurang menarik untuk diberitakan.
"Tetapi penangkapan-penangkapan terhadap tersangka ternyata tidak menimbulkan efek jera. Korupsi terus berlangsung dengan skala meningkat dari segi jumlah uang yang dikorupsi maupun tersangkanya," katanya.
"Dulu KPK menangkap bupati bisa jadi berita utama. Sekarang gubernur, anggota DPR, pimpinan partai, menteri, ketua MK kita tangkap, sudah biasa," kata Johan Budi.
Oleh karena jenuh, tambah Kusaeni, wartawan kini lebih suka memberitakan sisi menariknya, seperti berapa banyak mobil mewahnya, dan siapa saja wanita-wanita di sekitar tersangka.
Bahkan dalam kasus suap Pilkada Lebak yang dikaitkan dengan Gubernur Banten Ratu Atut diramaikan berapa biaya perawatan wajah, tas jinjing Hermes koleksi Atut, atau dimana sang gubernur belanja arloji mewah, katanya.
"Media sebaiknya tidak menjadikan liputan korupsi hanya dari segi penindakan, apalagi cuma yang terkait dengan hiburannya," ajak Freddy Tulung.
Berdasarkan pantau Kemenkominfo atas berita-berita media tentang korupsi, sebanyak 75 persen berita yang diteliti terkait dengan penindakan. Hanya 25 persen berita terkait dengan pencegahan dan pendidikan budaya anti korupsi.(*)
"Media jenuh beritakan korupsi"
6 Desember 2013 20:50 WIB
Direktur Pemberitaan LKBN ANTARA Akhmad Kusaeni (ANTARA/Akhmad Kusaeni)
Pewarta: Erafzon SAS
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013
Tags: