Lima stasiun pendeteksi tsunami diefektifkan usai letusan Gunung Ruang
30 April 2024 22:31 WIB
Seorang petugas melakukan pemantauan muka laut Gununng Ruang melalui sistem aplikasi PGN-InaTEWS di Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara, Selasa (30/4/2024) ANTARA/HO-Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG
Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memastikan sebanyak lima stasiun pendeteksi tsunami difungsikan secara efektif setelah erupsi fase kedua Gunung Ruang, di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara, terjadi pada Selasa.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono di Jakarta, Selasa, mengatakan bahwa kelima stasiun tersebut memiliki sumber daya teknologi berupa peralatan Tide Gauge, dan Automatik Weather System Maritim. Masing-masing berada di wilayah Kepulauan Sangihe, Bitung dan Kepulauan Siau Kabupaten Sitaro.
BMKG bersama dengan Badan Informasi Geospasial dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memastikan seluruh peralatan pemantauan tersebut terintegrasi dalam Sistem Indonesia Tsunami Non Tektonik (InaTNT).
InaTNT merupakan sebuah sistem yang mengintegrasikan berbagai data observasi muka laut sekaligus dilengkapi algoritma detektor yang mampu mendeteksi anomali muka laut, yang merupakan fitur penting dalam deteksi dini tsunami.
"Jadi dari hasil pemantauan sepanjang hari ini menunjukkan bahwa erupsi Gunung Ruang tidak mengakibatkan perubahan signifikan muka air laut," kata Daryono.
Meskipun hasil pemantauan muka laut masih normal, namun ia menyatakan, semua pihak mulai dari pemerintah, otoritas penanggulangan bencana dan masyarakat harus tetap meningkatkan kewaspadaan mengacu pada standar operasional prosedur kedaruratan yang telah disepakati bersama sebelumnya.
Baca juga: BMKG imbau warga pakai masker waspadai abu vulkanik Gunung Ruang
Baca juga: Pemprov Gorontalo imbau warga tetap tenang terkait dampak Gunung Ruang
Baca juga: Gunung Ruang tiga kali meletus sepanjang Selasa siang-petang
Hal demikian dikarenakan berdasarkan data sejarah BMKG letusan Gunung Ruang pernah menimbulkan dampak tsunami setinggi 25 meter dan menewaskan sekitar 400 orang warga Kepulauan Sitaro pada tahun 1871.
Menurut dia, tsunami yang mengakibatkan ratusan orang meninggal dunia itu terjadi akibat adanya fenomena flank collapse atau runtuhnya sebagian atau keseluruhan badan Gunung Ruang. Fenomena tersebut patut diwaspadai berpotensi terulang seiring aktivitas vulkanologi Gunung Ruang yang kembali meningkat dalam beberapa pekan terakhir.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) resmi menetapkan status Gunung Ruang naik menjadi level IV (Awas) dari sebelumnya berada pada level III, Siaga.
Peningkatan status tersebut dilakukan setelah gunung stratovolcano itu kembali meletus dan mengeluarkan kolom erupsi mencapai 2.000 meter dari atas puncak yang disertai suara gemuruh dan gempa yang dirasakan secara terus menerus, Selasa pagi pukul 02.35 WITA.
Bahkan, tim Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) di Pulau Ruang, Kabupaten Kepulauan Sitaro mencatat Gunung Ruang kembali mengalami tiga kali erupsi pada periode pengamatan mulai dari pukul 12.00 - 18.00 WITA.
Ketiga letusan tersebut melontarkan material erupsi dengan warna asap kelabu dan hitam setinggi 800-1.500 meter.
PVMBG merekomendasikan untuk segera mengevakuasi warga yang berada pada radius enam-tujuh kilometer dari pusat kawah aktif Gunung Ruang (Tagulandang dan sekitarnya) yang sama sekali tidak boleh ada aktivitas apapun.
Khususnya bagi mereka yang bermukim di dekat kawasan pantai yang berpotensi terdampak lontaran batuan pijar, luruhan awan panas (surge), dan potensi tsunami akibat runtuhnya sebagian tubuh gunung ke dalam laut.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono di Jakarta, Selasa, mengatakan bahwa kelima stasiun tersebut memiliki sumber daya teknologi berupa peralatan Tide Gauge, dan Automatik Weather System Maritim. Masing-masing berada di wilayah Kepulauan Sangihe, Bitung dan Kepulauan Siau Kabupaten Sitaro.
BMKG bersama dengan Badan Informasi Geospasial dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memastikan seluruh peralatan pemantauan tersebut terintegrasi dalam Sistem Indonesia Tsunami Non Tektonik (InaTNT).
InaTNT merupakan sebuah sistem yang mengintegrasikan berbagai data observasi muka laut sekaligus dilengkapi algoritma detektor yang mampu mendeteksi anomali muka laut, yang merupakan fitur penting dalam deteksi dini tsunami.
"Jadi dari hasil pemantauan sepanjang hari ini menunjukkan bahwa erupsi Gunung Ruang tidak mengakibatkan perubahan signifikan muka air laut," kata Daryono.
Meskipun hasil pemantauan muka laut masih normal, namun ia menyatakan, semua pihak mulai dari pemerintah, otoritas penanggulangan bencana dan masyarakat harus tetap meningkatkan kewaspadaan mengacu pada standar operasional prosedur kedaruratan yang telah disepakati bersama sebelumnya.
Baca juga: BMKG imbau warga pakai masker waspadai abu vulkanik Gunung Ruang
Baca juga: Pemprov Gorontalo imbau warga tetap tenang terkait dampak Gunung Ruang
Baca juga: Gunung Ruang tiga kali meletus sepanjang Selasa siang-petang
Hal demikian dikarenakan berdasarkan data sejarah BMKG letusan Gunung Ruang pernah menimbulkan dampak tsunami setinggi 25 meter dan menewaskan sekitar 400 orang warga Kepulauan Sitaro pada tahun 1871.
Menurut dia, tsunami yang mengakibatkan ratusan orang meninggal dunia itu terjadi akibat adanya fenomena flank collapse atau runtuhnya sebagian atau keseluruhan badan Gunung Ruang. Fenomena tersebut patut diwaspadai berpotensi terulang seiring aktivitas vulkanologi Gunung Ruang yang kembali meningkat dalam beberapa pekan terakhir.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) resmi menetapkan status Gunung Ruang naik menjadi level IV (Awas) dari sebelumnya berada pada level III, Siaga.
Peningkatan status tersebut dilakukan setelah gunung stratovolcano itu kembali meletus dan mengeluarkan kolom erupsi mencapai 2.000 meter dari atas puncak yang disertai suara gemuruh dan gempa yang dirasakan secara terus menerus, Selasa pagi pukul 02.35 WITA.
Bahkan, tim Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) di Pulau Ruang, Kabupaten Kepulauan Sitaro mencatat Gunung Ruang kembali mengalami tiga kali erupsi pada periode pengamatan mulai dari pukul 12.00 - 18.00 WITA.
Ketiga letusan tersebut melontarkan material erupsi dengan warna asap kelabu dan hitam setinggi 800-1.500 meter.
PVMBG merekomendasikan untuk segera mengevakuasi warga yang berada pada radius enam-tujuh kilometer dari pusat kawah aktif Gunung Ruang (Tagulandang dan sekitarnya) yang sama sekali tidak boleh ada aktivitas apapun.
Khususnya bagi mereka yang bermukim di dekat kawasan pantai yang berpotensi terdampak lontaran batuan pijar, luruhan awan panas (surge), dan potensi tsunami akibat runtuhnya sebagian tubuh gunung ke dalam laut.
Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2024
Tags: