BNI salurkan kredit hijau Rp67,4 triliun per Maret 2024
29 April 2024 21:15 WIB
Tangkapan layar Direktur Risk Management BNI David Pirzada saat konferensi pers virtual di Jakarta, Senin (29/4/2024). ANTARA/Rizka Khaerunnisa
Jakarta (ANTARA) - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI menyalurkan kredit hijau mencapai Rp67,4 triliun per akhir Maret 2024 dibandingkan akhir Desember 2020 yang sebesar Rp29,5 triliun, dengan rata-rata pertumbuhan setiap tahun (CAGR) 23 persen.
Direktur Risk Management BNI David Pirzada mengatakan, penyaluran kredit hijau tersebut memiliki porsi 14,2 persen dari keseluruhan wholesale loan. Diketahui pada Desember 2020, porsi kredit hijau baru sebesar 7,8 persen.
"Salah satu bentuk penyaluran kredit hijau tersebut adalah pembiayaan akuisisi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap di Sulawesi Selatan dengan kapasitas 75 Megawatt Peak (MwP) senilai Rp1,6 triliun," kata David saat konferensi pers virtual di Jakarta, Senin.
Pada sisi yang lain, lanjut David, BNI berhasil mengoptimalkan penyaluran green bond sebesar Rp5 triliun ke sektor energi terbarukan, transportasi ramah lingkungan, pengolahan sampah, bangunan berwawasan lingkungan, dan pengelolaan sumber daya alam.
Melalui penyaluran green bond, David menyampaikan bahwa BNI telah berhasil memberikan kontribusi dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, memproduksi energi bersih, menghemat energi, mendaur ulang sejumlah limbah, serta memelihara keberlanjutan sumber daya alam.
Tak hanya itu, BNI juga memiliki perhatian khusus pada risiko transisi yang dihadapi debitur dan telah menerapkan sustainability linked loan (SLL) untuk mendorong pelaksanaan prinsip ESG termasuk di dalamnya transisi energi debitur.
"Sampai dengan akhir Maret 2024, BNI telah menyalurkan SLL senilai Rp4,9 triliun kepada perusahaan-perusahaan top tier di sektor industri pengolahan semen, baja, dan agroindustri," ujar David.
David menyebutkan, BNI pada akhir Maret 2024 berhasil mempertahankan Rating A dari MSCI dan Rating Medium Risk dari Sustainalytics dengan skor 21,4. Hal ini menjadi bukti pencapaian BNI dalam pengelolaan keuangan berkelanjutan.
Sebagai bank milik negara yang menjadi motor penggerak pelaksana keuangan berkelanjutan atau sustainable finance di Indonesia, imbuh David, BNI terus berkomitmen menginternalisasi prinsip keuangan berkelanjutan.
David mengatakan, keberlanjutan telah menjadi jantung dari bisnis BNI. Salah satu inisiatif yaitu menetapkan target emisi nol bersih (net zero emission/NZE) aktivitas operasional BNI pada 2028 dan aktivitas pembiayaan pada 2060. BNI pun akan mendorong sejumlah inisiatif baik dari sisi operasional maupun pembiayaan.
Baca juga: BNI kantongi laba bersih Rp5,33 triliun pada kuartal I 2024
Baca juga: Kredit konsumer BNI tumbuh 13,6 persen di sepanjang kuartal I 2024
Baca juga: Bank Himbara di Bali buka layanan terbatas libur Lebaran 2024
Direktur Risk Management BNI David Pirzada mengatakan, penyaluran kredit hijau tersebut memiliki porsi 14,2 persen dari keseluruhan wholesale loan. Diketahui pada Desember 2020, porsi kredit hijau baru sebesar 7,8 persen.
"Salah satu bentuk penyaluran kredit hijau tersebut adalah pembiayaan akuisisi Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap di Sulawesi Selatan dengan kapasitas 75 Megawatt Peak (MwP) senilai Rp1,6 triliun," kata David saat konferensi pers virtual di Jakarta, Senin.
Pada sisi yang lain, lanjut David, BNI berhasil mengoptimalkan penyaluran green bond sebesar Rp5 triliun ke sektor energi terbarukan, transportasi ramah lingkungan, pengolahan sampah, bangunan berwawasan lingkungan, dan pengelolaan sumber daya alam.
Melalui penyaluran green bond, David menyampaikan bahwa BNI telah berhasil memberikan kontribusi dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, memproduksi energi bersih, menghemat energi, mendaur ulang sejumlah limbah, serta memelihara keberlanjutan sumber daya alam.
Tak hanya itu, BNI juga memiliki perhatian khusus pada risiko transisi yang dihadapi debitur dan telah menerapkan sustainability linked loan (SLL) untuk mendorong pelaksanaan prinsip ESG termasuk di dalamnya transisi energi debitur.
"Sampai dengan akhir Maret 2024, BNI telah menyalurkan SLL senilai Rp4,9 triliun kepada perusahaan-perusahaan top tier di sektor industri pengolahan semen, baja, dan agroindustri," ujar David.
David menyebutkan, BNI pada akhir Maret 2024 berhasil mempertahankan Rating A dari MSCI dan Rating Medium Risk dari Sustainalytics dengan skor 21,4. Hal ini menjadi bukti pencapaian BNI dalam pengelolaan keuangan berkelanjutan.
Sebagai bank milik negara yang menjadi motor penggerak pelaksana keuangan berkelanjutan atau sustainable finance di Indonesia, imbuh David, BNI terus berkomitmen menginternalisasi prinsip keuangan berkelanjutan.
David mengatakan, keberlanjutan telah menjadi jantung dari bisnis BNI. Salah satu inisiatif yaitu menetapkan target emisi nol bersih (net zero emission/NZE) aktivitas operasional BNI pada 2028 dan aktivitas pembiayaan pada 2060. BNI pun akan mendorong sejumlah inisiatif baik dari sisi operasional maupun pembiayaan.
Baca juga: BNI kantongi laba bersih Rp5,33 triliun pada kuartal I 2024
Baca juga: Kredit konsumer BNI tumbuh 13,6 persen di sepanjang kuartal I 2024
Baca juga: Bank Himbara di Bali buka layanan terbatas libur Lebaran 2024
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2024
Tags: