Tiga mantan presiden Ukraina dukung protes
5 Desember 2013 03:38 WIB
Pengunjuk rasa berusaha menerobos barisan polisi dekat gedung kepresidenan dalam aksi yang diusung pendukung integrasi Uni Eropa di Kiev, Minggu (1/12). Pemimpim oposisi Ukraina menyerukan kepada Presiden Viktor Yanukovich dan pemerintahannya untuk mengundurkan diri melalui aksi yang diikuti 350.000 warga, protes terbesar di ibukota Kiev sejak "Revolusi Oranye" sembilan tahun lalu. (REUTERS/Gleb Garanich )
Kiev (ANTARA News) - Tiga mantan presiden Ukraina pasca- Soviet, Rabu, menyuarakan dukungannya pada aksi protes massa yang mewarnai ibu kota Kiev menentang keputusan pemerintah untuk menolak perjanjian bersejarah dengan Uni Eropa .
"Kami mengungkapkan solidaritas dengan aksi damai sipil dari ratusan ribu pemuda Ukraina," kata sebuah pernyataan dari Leonid Kravchuk, Leonid Kuchma dan Viktor Yushchenko, yang diunggah di laman partai Yushchenko yang dilansir AFP.
"Untuk pertama kalinya, rakyat Ukraina keluar di jalan-jalan dengan permintaan apolitis yang didukung massa yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata pernyataan itu .
Pernyataan itu mengutuk "penggunaan berlebihan (kekuatan kepolisian) terhadap aksi unjuk rasa damai itu" dan meminta semua pihak untuk menahan diri dari kekerasan lebih lanjut.
Lebih lanjut mereka mendesak para pemimpin protes dan pemerintah untuk terlibat dalam dialog yang juga memperhitungkan "kebutuhan Eropa akan rakyat Ukraina".
Kravchuk, 79 , memimpin Ukraina sebagai presiden pertama pasca - Uni Soviet dari tahun 1991 sampai tahun 1994 .
Ia digantikan oleh Kuchma, 75, yang pada gilirannya mengangkat presiden saat ini Viktor Yanukovych sebagai penggantinya pada tahun 2004.
Kemenangan Yanukovych dipandang sebagai kecurangan pemilu atas Yushchenko pada tahun 2004 yang memicu Revolusi Mawar pro-demokrasi tahun itu.
Yuschenko, 59, memenangkan kembali pemilihan umum ulang terhadap Yanukovych pada tahun 2005, sebelum kalah dalam pemilihan umum presiden 2010 atas saingan lamanya itu.
Kuchma khususnya diyakini telah mempertahankan pengaruh politiknya yang luas di Ukraina, dan pernyataan bersama oleh tiga mantan pemimpin dengan pandangan politik yang kontras itu mengancam mempermalukan pemerintah Yanukovych.
(Uu.G003/Z002)
"Kami mengungkapkan solidaritas dengan aksi damai sipil dari ratusan ribu pemuda Ukraina," kata sebuah pernyataan dari Leonid Kravchuk, Leonid Kuchma dan Viktor Yushchenko, yang diunggah di laman partai Yushchenko yang dilansir AFP.
"Untuk pertama kalinya, rakyat Ukraina keluar di jalan-jalan dengan permintaan apolitis yang didukung massa yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata pernyataan itu .
Pernyataan itu mengutuk "penggunaan berlebihan (kekuatan kepolisian) terhadap aksi unjuk rasa damai itu" dan meminta semua pihak untuk menahan diri dari kekerasan lebih lanjut.
Lebih lanjut mereka mendesak para pemimpin protes dan pemerintah untuk terlibat dalam dialog yang juga memperhitungkan "kebutuhan Eropa akan rakyat Ukraina".
Kravchuk, 79 , memimpin Ukraina sebagai presiden pertama pasca - Uni Soviet dari tahun 1991 sampai tahun 1994 .
Ia digantikan oleh Kuchma, 75, yang pada gilirannya mengangkat presiden saat ini Viktor Yanukovych sebagai penggantinya pada tahun 2004.
Kemenangan Yanukovych dipandang sebagai kecurangan pemilu atas Yushchenko pada tahun 2004 yang memicu Revolusi Mawar pro-demokrasi tahun itu.
Yuschenko, 59, memenangkan kembali pemilihan umum ulang terhadap Yanukovych pada tahun 2005, sebelum kalah dalam pemilihan umum presiden 2010 atas saingan lamanya itu.
Kuchma khususnya diyakini telah mempertahankan pengaruh politiknya yang luas di Ukraina, dan pernyataan bersama oleh tiga mantan pemimpin dengan pandangan politik yang kontras itu mengancam mempermalukan pemerintah Yanukovych.
(Uu.G003/Z002)
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013
Tags: