Mendes PDTT: Masyarakat desa tambang di Indonesia miskin
29 April 2024 19:44 WIB
Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal Dan Transmigrasi (PDTT) Abdul Halim Iskandar bersama Forkopimda Kepulauan Babel dan Bangka Tengah makan bedulang di Pesta Murok Jerami Desa Namang, Senin (29/4/2024). ANTARA/HO-Aprionis.
Bangka Tengah (ANTARA) - Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) Abdul Halim Iskandar menyatakan hampir seluruh masyarakat di desa pertambangan di Indonesia tidak ada yang kaya atau miskin, karena terfokus sektor tambang tersebut.
"Kalau saya meninjau daerah pertambangan, hampir warga desanya tidak ada yang kaya tetapi yang kaya, karena yang kaya ada di Jakarta," kata Abdul Halim Iskandar saat menghadiri Pesta Murok Jerami di Desa Namang Bangka Tengah, Senin.
Ia menyatakan sebaliknya, masyarakat desa yang mengembangkan sektor pertanian maka yang kaya orang-orang desa tersebut. Oleh karena itu, ia minta kepala desa di desa-desa tambang untuk mengembangkan sektor pertanian seperti Desa Namang Kabupaten Bangka Tengah ini.
"Di Kalimantan kekayaan batu bara sangat luar biasa, tetapi yang kaya siapa hanya orang-orang di Jakarta bukan orang Kalimantan," katanya.
Baca juga: Mendes PDTT meresmikan Wisata Sawah Desa Namang di Babel
Ia menegaskan kepala desa untuk mengembangkan sektor pertanian. Apapun gerakan bawah tanah tersebut tidak bagus, tidak akan membawa kesejahteraan kepada masyarakat desa.
"Kalau sektor pertanian ini dikembangkan maka orang-orang Jakarta tidak akan kaya, tetapi warga desa yang kaya," katanya.
Menurut dia model pembangunan desa adalah replikasi dengan modifikasi sesuai kondisi daerahnya. Desa tambang di Indonesia sangat banyak sekali, tetapi tidak banyak yang mampu mewujudkan pelestarian lingkungan seperti Desa Namang ini.
"Inilah poin yang harus kita munculkan di mana-mana, sehingga diharapkan semua desa tambang di Indonesia harus memiliki model pengembangan pertanian yang arahnya adalah pelestarian lingkungan yang berkesinambungan untuk masa mendatang," katanya.
Ia menambahkan apabila tambang yang dikedepankan tentu tidak bagus, karena pasti ada kerusakan lingkungan.
"Masalah pertimahan di Bangka Belitung sekarang, itu yang paling tinggi dan krusial adalah kerusakan lingkungan akibat penambangan timah tersebut," katanya. ***3***
"Kalau saya meninjau daerah pertambangan, hampir warga desanya tidak ada yang kaya tetapi yang kaya, karena yang kaya ada di Jakarta," kata Abdul Halim Iskandar saat menghadiri Pesta Murok Jerami di Desa Namang Bangka Tengah, Senin.
Ia menyatakan sebaliknya, masyarakat desa yang mengembangkan sektor pertanian maka yang kaya orang-orang desa tersebut. Oleh karena itu, ia minta kepala desa di desa-desa tambang untuk mengembangkan sektor pertanian seperti Desa Namang Kabupaten Bangka Tengah ini.
"Di Kalimantan kekayaan batu bara sangat luar biasa, tetapi yang kaya siapa hanya orang-orang di Jakarta bukan orang Kalimantan," katanya.
Baca juga: Mendes PDTT meresmikan Wisata Sawah Desa Namang di Babel
Ia menegaskan kepala desa untuk mengembangkan sektor pertanian. Apapun gerakan bawah tanah tersebut tidak bagus, tidak akan membawa kesejahteraan kepada masyarakat desa.
"Kalau sektor pertanian ini dikembangkan maka orang-orang Jakarta tidak akan kaya, tetapi warga desa yang kaya," katanya.
Menurut dia model pembangunan desa adalah replikasi dengan modifikasi sesuai kondisi daerahnya. Desa tambang di Indonesia sangat banyak sekali, tetapi tidak banyak yang mampu mewujudkan pelestarian lingkungan seperti Desa Namang ini.
"Inilah poin yang harus kita munculkan di mana-mana, sehingga diharapkan semua desa tambang di Indonesia harus memiliki model pengembangan pertanian yang arahnya adalah pelestarian lingkungan yang berkesinambungan untuk masa mendatang," katanya.
Ia menambahkan apabila tambang yang dikedepankan tentu tidak bagus, karena pasti ada kerusakan lingkungan.
"Masalah pertimahan di Bangka Belitung sekarang, itu yang paling tinggi dan krusial adalah kerusakan lingkungan akibat penambangan timah tersebut," katanya. ***3***
Pewarta: Aprionis
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024
Tags: