Bandung (ANTARA) - Gabungan perusahaan BUMN bidang pertahanan, Defense Industry Indonesia (Defend ID), mengakui perang di beberapa belahan dunia memang membuka peluang bagi bisnis, tetapi juga menghadirkan ragam tantangan salah satunya terganggunya rantai pasok global yang dapat menghambat produksi.

Direktur Umum Defend ID, sekaligus Direktur Umum PT Len Industri, Bobby Rasyidin, menjelaskan, perang dan konflik bersenjata di beberapa wilayah dunia turut berpengaruh pada naiknya anggaran pertahanan sejumlah negara dari rata-rata dua persen menjadi tiga persen.

“Ini tentunya peluang yang luas sekali buat Defend ID untuk mengembangkan pasar globalnya. Itu adalah kesempatannya. Sementara tantangannya buat kami adalah terganggunya rantai pasok dunia,” kata dia, saat jumpa pers pada sela-sela acara puncak peringatan HUT Ke-2 Defend ID di Kantor Pusat PT Pindad, Bandung, Jawa Barat, Sabtu.

Baca juga: Pindad fokus selesaikan tank Harimau hingga produk industrial 2023

Ia menjelaskan terganggunya rantai pasok akibat konflik turut berpengaruh pada naiknya biaya logistik.

“Konflik di Laut Merah itu menyebabkan biaya logistik akan tinggi. Yang tadinya komponen yang kami impor dari Eropa itu lewat Terusan Suez, sekarang terpaksa dia memutar,” kata dia.

Genosida dan gempuran terus-menerus militer Israel ke Gaza memicu aksi balasan dari kelompok-kelompok paramiliter seperti Houthi di Yaman yang mengincar kapal-kapal di Laut Merah yang terafiliasi dengan Israel ataupun militer Israel.

Tidak hanya itu, dia melanjutkan konflik juga membuat banyak negara berhati-hati, misalnya Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed, mempertahankan suku bunganya dalam waktu cukup panjang. “Ini mengakibatkan ongkos dari komponen, ongkos dari material, ongkos dari produksi kami akan terdampak juga,” kata dia.

Baca juga: Kemenhan teken kontrak Rp2,24 triliun beli produk dalam negeri

Ia menjelaskan situasi itu sulit dihindari industri pertahanan dalam negeri, termasuk Defend ID, karena mayoritas bahan baku masih diimpor dari luar negeri.

“Bahan-bahan baku kami ini masih impor. Kalau di Pindad seperti mesin, itu kita masih impor. Di PT PAL seperti mesin dan beberapa jenis baja masih impor. PT DI itu bahan-bahan komposit untuk mesin pesawat terbang kami masih impor. Jadi, memang ketergantungan kami terhadap jejaring pasokan dunia di komponen ini masih tinggi. Nah, ini tantangan buat Defend ID untuk menurunkan tingkat ketergantungan itu,” kata dia.

Situasinya saat ini, dia melanjutkan, tingkat kandungan komponen dalam negeri untuk alutsista-alutsista buatan dalam negeri rata-rata masih 40 persen. Dia berharap dalam 2–3 tahun ke depan, rata-rata TKDN itu meningkat sampai 55 persen.

“Tentunya akan kami tingkatkan seiring dengan penguasaan teknologi, seiring juga dengan peningkatan kapasitas produksi,” sambung dia.

Baca juga: Dirut Dahana sambut positif rencana relokasi Pindad dan PT DI ke Subang

Defend ID, perusahaan gabungan BUMN bidang pertahanan, mencakup PT Len Industri sebagai perusahaan induk yang membawahi PT Pindad (Persero), PT PAL Indonesia, PT Dirgantara Indonesia, dan PT Dahana. Perusahaan induk itu diresmikan Presiden Joko Widodo pada 20 April 2022.

Defend ID merayakan HUT ke-2 secara terpusat di Bandung, Sabtu, dengan menghadirkan ragam acara hiburan, penampilan musik, bazar kuliner, dan pernak-pernik. Tidak hanya itu, Defend ID dalam rangkaian acara HUT-nya juga menggelar bakti sosial dan turnamen olahraga.

"Pelaksanaan HUT tahun ini sebagai wujud kolaborasi di antara anggota Defend ID. Ini tercermin dari peran aktif direksi hingga ke karyawan di seluruh entitas," kata Wakil Direktur Utama PT Pindad, Syaifuddin, yang bertugas sebagai ketua Panitia HUT ke-2 Defend ID, saat puncak perayaan HUT di Bandung.

Baca juga: PT Pindad terus mematangkan rencana pindah ke Subang

Dalam acara itu, seluruh direktur utama yang tergabung dalam perusahaan gabungan Defend ID hadir. Selain Rasyidin, ada juga Direktur Utama PT DI, Gita Amperiawan, Direktur Utama PT Pindad, Abraham Mose, Direktur Utama PT PAL Indonesia, Kaharuddin Djenod, dan Direktur Utama PT Dahana, Wildan Widarman.