Dalam kegiatan evakuasi atau penyelamatan orang utan ini, BKSDA Kalteng dibantu oleh Yayasan Orangutan Foundation International (OFI), Petugas Bandara Haji Asan Sampit, Manggala Agni Pondok Kerja Sampit dan komunitas reptil Sampit.
Evakuasi orangutan yang diberi nama Asan ini berlangsung di tengah guyuran hujan dan gelapnya malam. Ditambah adanya sejumlah kendala menyebabkan proses evakuasi berlangsung cukup lama, yakni dari pukul 18:37 WIB hingga 21:07 WIB.
Baca juga: Orang utan muncul di kawasan Bandara Sampit, BKSDA lakukan observasi
“Orangutan sempat tersangkut di pohon yang cukup tinggi, sekitar 25 meter, sehingga sulit dijangkau” sebutnya.
Di tengah proses evakuasi orang utan sempat tersadar sehingga dilakukan pembiusan kedua. Setelah berhasil diturunkan, orang utan dibawa ke tempat yang lebih lapang untuk dilakukan pemeriksaan oleh tim medis.
Orang utan tersebut memiliki berat 82,6 kilogram dengan perkiraan usia 30 tahun. Terdapat sejumlah bekas luka di tubuh satwa tersebut yang diduga akibat perkelahian sesama orang utan.
Baca juga: BKSDA Kalsel turunkan tim cari empat ekor orang utan di Tabalong
“Diduga kuat orang utan yang dievakuasi hari ini adalah orang utan yang sebelumnya muncul di dekat kantor BMKG,” ujarnya.
Hutan yang berjarak kurang dari 1 kilometer dari bandara diduga merupakan habitat dari orang utan, terlebih petugas bandara setempat mengaku beberapa kali melihat kemunculan orang utan di lokasi tersebut.
Mengalami cedera
Dokter hewan Ketut Prasojo yang terlibat dalam evakuasi mengatakan diperlukan 2 ½ dosis obat bius untuk melumpuhkan orang utan selama proses evakuasi. Bius diberikan secara bertahap. Setengah dosis bius terakhir disuntikkan ketika proses pemeriksaan medis, lantaran orang utan mulai menunjukkan tanda-tanda siuman.
Baca juga: BKSDA Kalsel pantau kemunculan orang utan di Desa Habau Tabalong
Terakhir, kelopak mata kiri sempat cedera tetapi mengalami penyembuhan alami yang tidak sempurna membuat mata kiri tertutup sebagian dan terus mengeluarkan lendir sehingga menyebabkan mata kiri hampir katarak.
“Kalau mata kirinya mau diselamatkan perlu dilakukan operasi, tapi untuk orang utan sebesar ini agak sulit pascaoperasinya. Jadi, keputusan nanti kami serahkan ke Kepala Balai,” ucap Ketut.
Ketut menambahkan dilihat dari kondisi gigi orang utan yang sebagian aus dapat diketahui bahwa satwa tersebut sering mengkonsumsi daun muda dan kulit pohon, artinya habitat yang ditinggali satwa tersebut jarang terdapat pohon buah.
Adapun, bekas luka yang terdapat di tubuh satwa tersebut diduga akibat perkelahian dengan orang utan jantan lainnya. Karena orang utan termasuk satwa yang saling memperebutkan wilayah kekuasaan.
Sementara itu, Petugas Senior PKP-PK Bandara Haji Asan Sampit, Milianoor Safitri menyampaikan terima kasih kepada BKSDA Kalteng dan pihak yang terlibat dalam evakuasi orang utan.
Keberadaan orang utan di kawasan bandara disebut dapat mempengaruhi keamanan dan keselamatan aktivitas penerbangan, sehingga dengan dilaksanakan evakuasi ini pihaknya merasa lebih tenang dalam melaksanakan tugas ke depannya.
Baca juga: Menteri ATR serahkan sertifikat untuk konservasi orang utan 685,9 Ha
Baca juga: BBKSDA melepasliarkan satu orang utan di Suaka Margasatwa Siranggas