Karachi (ANTARA News) - Bilawal Bhutto Zardari, putra mantan perdana menteri Pakistan yang terbunuh, Benazir Bhutto, bersumpah untuk menentang rencana swastanisasi besar-besaran oleh pemerintahan Perdana Menteri Nawaz Sharif.
Pria berusia 25 tahun itu yang digadang memimpin Partai Rakyat Pakistan (PPP) dan dikalahkan secara telak dalam jajak pendapat Mei lalu itu menuduh Sharif hanya mencari keuntungan pribadi dengan menjual lebih dari 30 perusahaan negara.
"Seratus persen kami menentang swastanisasi dan kami tidak akan membiarkannya terjadi," katanya dalam pidato di depan para anggota partai yang berkumpul untuk memperingati 47 tahun pendirian PPP.
"Ini bukan swastinisasi tetapi pribadisasi," tambahnya seraya menuduh ada nepotisme.
Daftar swastanisasi ini meliputi maskapai Pakistan International Air dan pabrik baja yang didirikan mantan PM Zulfikar Ali Bhutto, kakek Bilawal, pada 1970-an.
Ibunda Bilawal dibunuh dalam serangan bunuh diri pada Desember 2007, setelah berpidato di Rawalpindi.
Zulfikar Ali Bhutto, pendiri partai PPP dihukum gantung pada 1979 setelah didepak oleh kudeta dan ditangkap diktator Zia Ul Haq.
Bilawal digadang-gadangkan oleh ayahnya, Ali Zardari, yang menjadi presiden sejak 2008 hingga awal tahun ini.
Tapi Bilawal disebut-sebut tak bisa menyamai kharisma ibunya atau mewarisi kepemimpinan kakeknya yang pendiri partai itu pada 1967. Kemunculannya sangat dibatasi karena adanya ancaman dari Taliban.
(M007/C003)
Putra Benazir menentang swastanisasi
1 Desember 2013 10:55 WIB
Bilawal Bhutto Zardari (REUTERS)
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013
Tags: