Jakarta (ANTARA News) - Peragaan menenun kain dengan alat tenun tradisional menarik perhatian pengunjung di acara Pekan Produk Kreatif Indonesia (PPKI) 2013, Sabtu.


Nana (53) tertegun cukup lama saat kedua matanya melihat wanita berbaju biru sibuk menenun kain khas Buton, Sulawesi Tenggara, pada salah sisi tenda di acara PPKI 2013. Ia sontak teringat masa 46 tahun lalu, saat pertama kali belajar menenun kain di kampung halamannya, Bone, Sulawesi Selatan.



"Jadi ingat waktu umur tujuh tahun dulu, pertama kali belajar nenun sama saudara-saudara di kampung," ujarnya seraya tersenyum.




Sementara itu, Nurhayati (43), wanita berbaju biru yang sibuk menenun kain khas Buton terlihat serius melanjutkan pekerjaannya. Ia bahkan tak merasa terganggu saat sejumlah pasang mata menatap padanya atau saat sorotan kamera membidiknya.




Jari jemari Nurhayati begitu terampil menenun benang-benang biru mengkilat pada alat tenun tradisional bernama Tapua (dalam bahasa Buton). Maklum, wanita yang sehari-harinya bekerja sebagai ibu rumah tangga ini mengaku sudah 34 tahun melakukan hal ini.




"Saya menenun sejak 1979 sampai sekarang," ujarnya. Menurut Nurhayati, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu kain dengan panjang empat meter ini ialah sekitar empat hari hingga satu minggu.



"Kalau dikerjakan terus menerus bisa empat hari, tapi kalau ditinggal-tinggak bisa satu minggu,"ujarnya.




Kabupaten Buton, adalah salah satu wilayah penghasil kain tenun di Indonesia. Kain tenun khas Buton memiliki keunikan pada corak dan warna dan fungsinya sebagai media pelekat hubungan sosial bagi masyarakat Buton.



Bagi masyarakat Buton, kain tenun Buton juga menjadi identitas diri dan sosial, ritual agama, juga sebagai media untuk memahami lingkungan alam tempat mereka tinggal.