Ahli tekankan skrining hipotiroid kongenital saat anak baru dilahirkan
25 April 2024 16:58 WIB
Arsip - Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono saat menghadiri peluncuran ulang (relaunching) program Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) bayi baru lahir di Puskesmas Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Rabu (31/8/2022). ANTARA/HO-Kemenkes
Jakarta (ANTARA) - Ahli Ilmu Kesehatan Anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dr Bambang Tridjaja menekankan kepada orang tua untuk melakukan skrining hipotiroid kongenital kepada anak saat anak baru dilahirkan.
Penyakit hipotiroid kongenital merupakan penyakit kelainan yang merupakan bawaan sejak lahir, yang dapat mempengaruhi produksi hormon tiroid yang mengganggu perkembangan otak seseorang.
"Hipotiroid kongenital bisa dicegah kalau bisa terdeteksi, obatnya murah. Maka itulah pentingnya deteksi dini untuk mencegah perlambatan perkembangan otak pada anak," katanya dalam diskusi tentang hipotiroid kongenital yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.
Bambang mengatakan penyakit tersebut dapat menyebabkan retardasi mental pada anak saat beranjak dewasa jika tidak mendapatkan penanganan dengan baik sejak kecil.
Ia mengungkapkan anak yang tumbuh dengan hipotiroid kongenital memiliki tingkat kecerdasan (IQ) rata-rata sebesar 77.
"Jika dilakukan skrining di bawah tiga bulan setelah kelahiran, lalu ditemukan hipotiroid kongenital dan disembuhkan, rata-rata IQ-nya bisa berkembang di atas 77. Kalau di atas 3 bulan udah pasti terlambat," tegasnya.
Bambang mengatakan gejala pasti terkait penyakit hipotiroid kongenital belum ditemukan, namun ia mengungkapkan ciri-ciri umumnya, seperti sulit buang air besar meski sudah berusia satu bulan, badan berbintik dan seperti merasa kedinginan, serta bentuk wajah yang tidak memiliki kecenderungan untuk mirip dengan orang tuanya di usia 4-6 minggu.
Ia mengungkapkan saat ini terdapat 1:3000 kelahiran anak di seluruh dunia yang terkena hipotiroid kongenital sejak lahir.
Untuk itu, Bambang mengimbau kepada para orang tua untuk melakukan skrining hipotiroid kongenital sejak usia kelahiran 2-3 hari, guna menjaga pertumbuhan anak tetap normal.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan Kementerian Kesehatan akan mengintensifkan ekspansi skrining 14 jenis penyakit, termasuk di antaranya skrining hipotiroid kongenital.
Hal tersebut dibahas dalam Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) 2024, di mana Undang-Undang Kesehatan menitikberatkan strategi kesehatan pada upaya mencegah masyarakat jatuh sakit, atau menjaga agar masyarakat tetap sehat melalui program promotif dan preventif.
"Ekspansi pemeriksaan hipotiroid kongenital akan terus diperluas, untuk ibu hamil diperiksa kehamilannya enam kali dan intensifikasi program imunisasi nasional," kata Menkes.
Baca juga: Dokter: Hipotiroid kongenital tidak bergejala saat bayi lahir
Baca juga: Dokter: Semua bayi bisa mengalami hipotiroid kongenital
Baca juga: Bayi usia 48-72 jam wajib SHK antisipasi keterlambatan pertumbuhan
Penyakit hipotiroid kongenital merupakan penyakit kelainan yang merupakan bawaan sejak lahir, yang dapat mempengaruhi produksi hormon tiroid yang mengganggu perkembangan otak seseorang.
"Hipotiroid kongenital bisa dicegah kalau bisa terdeteksi, obatnya murah. Maka itulah pentingnya deteksi dini untuk mencegah perlambatan perkembangan otak pada anak," katanya dalam diskusi tentang hipotiroid kongenital yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.
Bambang mengatakan penyakit tersebut dapat menyebabkan retardasi mental pada anak saat beranjak dewasa jika tidak mendapatkan penanganan dengan baik sejak kecil.
Ia mengungkapkan anak yang tumbuh dengan hipotiroid kongenital memiliki tingkat kecerdasan (IQ) rata-rata sebesar 77.
"Jika dilakukan skrining di bawah tiga bulan setelah kelahiran, lalu ditemukan hipotiroid kongenital dan disembuhkan, rata-rata IQ-nya bisa berkembang di atas 77. Kalau di atas 3 bulan udah pasti terlambat," tegasnya.
Bambang mengatakan gejala pasti terkait penyakit hipotiroid kongenital belum ditemukan, namun ia mengungkapkan ciri-ciri umumnya, seperti sulit buang air besar meski sudah berusia satu bulan, badan berbintik dan seperti merasa kedinginan, serta bentuk wajah yang tidak memiliki kecenderungan untuk mirip dengan orang tuanya di usia 4-6 minggu.
Ia mengungkapkan saat ini terdapat 1:3000 kelahiran anak di seluruh dunia yang terkena hipotiroid kongenital sejak lahir.
Untuk itu, Bambang mengimbau kepada para orang tua untuk melakukan skrining hipotiroid kongenital sejak usia kelahiran 2-3 hari, guna menjaga pertumbuhan anak tetap normal.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan Kementerian Kesehatan akan mengintensifkan ekspansi skrining 14 jenis penyakit, termasuk di antaranya skrining hipotiroid kongenital.
Hal tersebut dibahas dalam Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) 2024, di mana Undang-Undang Kesehatan menitikberatkan strategi kesehatan pada upaya mencegah masyarakat jatuh sakit, atau menjaga agar masyarakat tetap sehat melalui program promotif dan preventif.
"Ekspansi pemeriksaan hipotiroid kongenital akan terus diperluas, untuk ibu hamil diperiksa kehamilannya enam kali dan intensifikasi program imunisasi nasional," kata Menkes.
Baca juga: Dokter: Hipotiroid kongenital tidak bergejala saat bayi lahir
Baca juga: Dokter: Semua bayi bisa mengalami hipotiroid kongenital
Baca juga: Bayi usia 48-72 jam wajib SHK antisipasi keterlambatan pertumbuhan
Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024
Tags: