FAO: Sekitar 282 juta orang alami kerawanan pangan akut pada 2023
25 April 2024 13:48 WIB
Orang-orang mengantri untuk mendapatkan makanan gratis di kota Rafah di Jalur Gaza selatan, pada 18 Maret 2024. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada hari Senin meminta pihak berwenang Israel untuk memastikan akses yang lengkap dan tidak terbatas terhadap barang-barang kemanusiaan di seluruh Gaza. ANTARA/Xinhua/Rizek Abdeljawad.
Roma (ANTARA) - Jumlah penduduk dunia yang menghadapi kerawanan pangan akut melonjak menjadi sekitar 282 juta orang pada 2023, kata Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) pada Rabu (24/4). Angka ini menunjukkan peningkatan 24 juta orang sejak 2022, sebut FAO dalam Laporan Krisis Pangan Global terbarunya.
Jumlah penduduk dunia yang berada di ambang kelaparan juga meningkat menjadi lebih dari 700.000 orang pada tahun lalu, hampir dua kali lipat dari angka yang tercatat pada 2022.
Badan PBB itu pun menyerukan "respons darurat".
"Salah satu temuan paling penting (dalam laporan tersebut) adalah bahwa persentase populasi yang dikaji untuk masalah kerawanan pangan akut masih sangat tinggi pada 2023," ucap Direktur FAO untuk Kedaruratan dan Ketahanan Rein Paulsen dengan nada memperingatkan.
Akar penyebabnya adalah perang, fenomena iklim ekstrem, dan krisis ekonomi yang disertai "aksi yang tidak memadai." Secara khusus, konflik Israel-Hamas dan perang di Sudan diidentifikasi sebagai faktor penyebab utama yang berkontribusi pada eskalasi keadaan darurat global ini.
Di sisi lain, situasi membaik di 17 negara lainnya, dengan jumlah orang yang menderita kerawanan pangan akut berkurang 7,2 juta orang pada periode yang sama.
"Jalur Gaza saat ini memiliki jumlah orang yang menghadapi bencana kelaparan tertinggi yang pernah tercatat dalam Laporan Krisis Pangan Global, bahkan di saat truk-truk bantuan yang diblokir mengantre di perbatasan," tekan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dalam kata pengantar laporan tersebut.
Lebih dari 281,6 juta orang, atau 21,5 persen dari populasi yang dikaji dalam laporan itu, menghadapi tingkat kerawanan pangan akut yang tinggi di 59 negara dan kawasan tahun lalu.
Di sisi lain, situasi membaik di 17 negara lainnya, dengan jumlah orang yang menderita kerawanan pangan akut berkurang 7,2 juta orang pada periode yang sama.
Meski demikian, laporan tersebut memperingatkan bahwa prospek tahun 2024 masih terbilang suram, tanpa perkiraan perbaikan yang substansial dan berlanjutnya konflik, cuaca ekstrem, lemahnya daya beli di negara-negara berpenghasilan rendah, serta penurunan dana kemanusiaan yang diperkirakan akan terus memengaruhi populasi yang sudah menderita kerawanan pangan.
Jumlah penduduk dunia yang berada di ambang kelaparan juga meningkat menjadi lebih dari 700.000 orang pada tahun lalu, hampir dua kali lipat dari angka yang tercatat pada 2022.
Badan PBB itu pun menyerukan "respons darurat".
"Salah satu temuan paling penting (dalam laporan tersebut) adalah bahwa persentase populasi yang dikaji untuk masalah kerawanan pangan akut masih sangat tinggi pada 2023," ucap Direktur FAO untuk Kedaruratan dan Ketahanan Rein Paulsen dengan nada memperingatkan.
Akar penyebabnya adalah perang, fenomena iklim ekstrem, dan krisis ekonomi yang disertai "aksi yang tidak memadai." Secara khusus, konflik Israel-Hamas dan perang di Sudan diidentifikasi sebagai faktor penyebab utama yang berkontribusi pada eskalasi keadaan darurat global ini.
Di sisi lain, situasi membaik di 17 negara lainnya, dengan jumlah orang yang menderita kerawanan pangan akut berkurang 7,2 juta orang pada periode yang sama.
"Jalur Gaza saat ini memiliki jumlah orang yang menghadapi bencana kelaparan tertinggi yang pernah tercatat dalam Laporan Krisis Pangan Global, bahkan di saat truk-truk bantuan yang diblokir mengantre di perbatasan," tekan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dalam kata pengantar laporan tersebut.
Lebih dari 281,6 juta orang, atau 21,5 persen dari populasi yang dikaji dalam laporan itu, menghadapi tingkat kerawanan pangan akut yang tinggi di 59 negara dan kawasan tahun lalu.
Di sisi lain, situasi membaik di 17 negara lainnya, dengan jumlah orang yang menderita kerawanan pangan akut berkurang 7,2 juta orang pada periode yang sama.
Meski demikian, laporan tersebut memperingatkan bahwa prospek tahun 2024 masih terbilang suram, tanpa perkiraan perbaikan yang substansial dan berlanjutnya konflik, cuaca ekstrem, lemahnya daya beli di negara-negara berpenghasilan rendah, serta penurunan dana kemanusiaan yang diperkirakan akan terus memengaruhi populasi yang sudah menderita kerawanan pangan.
Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2024
Tags: