Ketua BKKBN Hasto Wardoyo menerangkan salah satu perilaku yang sulit diubah tersebut ialah budaya makan masyarakat Indonesia yang masih kurang peduli dan terbuka terhadap kandungan gizi dalam makanan, khususnya jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima maupun usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
“Menurut saya, tantangan terbesar adalah pada perubahan perilaku. Misalnya budaya makan, kalau kita itu budaya makannya agak menutup-menutupi, kalau bisa memalsu-malsukan sedikit lah. Jadi perilaku, budaya makan kita kurang mendukung juga,” kata Hasto usai Rapat Kerja Kesehatan Nasional 2024 di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Rabu.
Baca juga: BKKBN bekali TPK pembelajaran berbasis masalah untuk ukur balita
Di samping itu, sulitnya mengubah perilaku sanitasi masyarakat juga menjadi tantangan lain yang menyebabkan masih tingginya angka stunting di Indonesia.
Pihaknya menilai banyak masyarakat yang belum menggunakan MCK Standar Nasional sehingga masih mengandalkan bangunan bilik-bilik sederhana di pinggir sungai untuk kegiatan MCK. Sebagai akibatnya, air sungai yang dikonsumsi masyarakat sekitar menjadi tercemar, bahkan tidak layak konsumsi hingga membawa masalah kesehatan serius, mulai dari diare hingga TBC.
Oleh karena itu, pihaknya terus menggencarkan edukasi dan advokasi guna mempengaruhi perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat sehingga dapat menurunkan angka stunting di Indonesia.