Jakarta (ANTARA) - Partisipasi perempuan di sektor kewirausahaan terus mengalami peningkatan berkat kehadiran teknologi. Era digital menghadirkan ruang bagi para perempuan untuk lebih berani berkarya dan berdaya. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah mencatat bahwa 64,5 persen dari total pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di tanah air adalah perempuan.
Nendah Dewi Yuningsih, pemilik usaha hijab asal Cikampek adalah salah satu contohnya. Nendah merupakan pemudi asal Cikampek yang membangun bisnisnya bernama Dhinda Hijab setelah dirinya kehilangan pekerjaan di tengah pandemi COVID-19 di tahun 2020, saat ia berusia 19 tahun.
Dengan dua juta rupiah yang dimilikinya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Nendah memutuskan untuk menggunakannya sebagai modal awal bisnisnya yang dibangun agar kelak dapat melanjutkan dan membiayai pendidikannya di perguruan tinggi.
Sebagai pebisnis pemula, Nendah menghadapi berbagai macam tantangan operasional seperti kesulitan mempromosikan bisnisnya, penjualan sepi, hingga tantangan pribadi seperti minimnya dukungan dari orang tua, keluarga, dan teman-teman.
Baca juga: UMKM Pekalongan ungkap strategi tembus ekspor bersama Shopee
Meskipun begitu, Nendah tetap bertekad untuk meraih cita-cita dan harapan keluarganya agar ia bisa menjadi anak pertama dalam keluarganya yang meraih gelar sarjana.
“Awalnya aku jualan via media sosial, tapi hal tersebut nggak bertahan lama. Kemudian, aku coba berjualan di Shopee karena lihat kok kayaknya banyak orang di desa aku beli barang di Shopee. Aku juga berusaha mempelajari fitur-fitur dan program yang tersedia di Shopee. Setelah bergabung dengan Shopee, penjualanku meningkat secara signifikan dan omzet tahunan bisnisku bahkan bisa mencapai miliaran rupiah. Yang biasa aku pakai itu ada Iklan Shopee, program Gratis Ongkir, dan fitur interaktif seperti Shopee Live & Shopee Video yang sangat menarik buat pelanggan aku,” jelas Nendah.
Nendah menjadi contoh sosok Kartini masa kini inspiratif yang telah memberdayakan komunitas di sekitarnya. Memasuki tahun keempat bisnisnya, Nendah kini telah memiliki pabrik konveksi sendiri di Cikampek dan bekerja sama dengan dua pabrik konveksi di Jakarta dan Bandung yang secara khusus memproduksi produk Dhinda Hijab.
Saat ini, Nendah berhasil mempekerjakan lebih dari 150 karyawan, baik dari warga sekitar tempat tinggalnya hingga kota-kota lainnya.
Baca juga: Shopee HEB dukung promosi jenama fesyen lokal di pasar internasional
Perempuan muda kelahiran tahun 2001 ini menyampaikan ada tiga faktor pendorong utama yang membantunya dalam membangun Dhinda Hijab:
1. Percaya pada kemampuan diri sendiri
Awal mula membangun bisnis, Nendah dipandang sebelah mata oleh teman-teman dan bahkan keluarganya sendiri. Namun hal tersebut tidak membuatnya menyerah, Nendah tetap berusaha percaya pada kemampuannya sendiri dan berusaha mencari motivasi dari lingkungan luar.
“Aku maju mundur banget saat bangun bisnis ini karena tidak dapat dukungan dari orang-orang terdekatku. Aku bahkan sampai konseling ke psikolog. Tapi pengalaman inilah yang membuat aku makin termotivasi untuk membuktikan aku juga bisa sukses. Aku juga mencoba mencari inspirasi dari konten media sosial tentang sesama perempuan yang sukses membangun bisnis. Kuncinya sih kita harus percaya dulu sama kemampuan kita sendiri,” jelas Nendah.
Baca juga: Parfum Mezuca asal Kediri jadi top brand di Tik-Tok dan Shopee
2. Terus belajar untuk melakukan inovasi
Nendah menekankan pentingnya untuk terus berusaha mencoba eksplor dan mempelajari fitur maupun program baru yang bisa membantu mengembangkan bisnis. Seorang pebisnis harus cerdas melihat perkembangan tren yang sedang terjadi di komunitas pelanggannya.
“Aku modal nekad aja dulu, coba belajar fitur-fitur dan program yang ada di Shopee untuk disesuaikan dengan kebutuhan bisnis. Aku pakai Iklan Shopee untuk jangkau pembeli potensial, Shopee Live untuk hadirkan pengalaman belanja online yang lebih interaktif karena pembeli bisa tanya langsung, Shopee Video dan kerja sama dengan affiliates untuk bantu promosikan bisnisku. Aku juga ikut program Gratis Ongkir untuk hadirkan promo ongkos kirim yang menarik bagi para pelanggan,” tambahnya.
Baca juga: Lewat Shopee Affiliate dan Shopee Live, guru berhasil ubah hidup
3. Kegigihan untuk menjalani dan menikmati proses
Naik turun dalam sebuah bisnis adalah hal yang sangat wajar. Namun, Nendah percaya bahwa pengalaman bisnis itulah yang dapat membantunya meraih kesuksesan seperti sekarang ini. Setiap proses perjalanan dalam membangun Dhinda Hijab telah memberikan pembelajaran tersendiri bagi Nendah.
“Banyak temanku yang juga berniat membangun sebuah bisnis, tetapi mereka tidak berani memulai karena mereka takut mengalami kegagalan. Menurutku sebagai seorang pebisnis, kita harus bisa lebih berani menikmati setiap proses jatuh bangun dalam berbisnis. Kegagalan tersebut yang nantinya bisa dijadikan pembelajaran untuk kesuksesan kita nanti. InsyaAllah kalo kita menikmati prosesnya, hasil akhirnya pasti akan mengikuti kita,” tutup Nendah.
Untuk memajukan UMKM Indonesia dalam menjalankan bisnis online, Shopee memiliki program Kampus UMKM Shopee yang juga diikuti oleh banyak pelaku UMKM perempuan. Program ini menyediakan kurikulum pelatihan yang dapat diikuti secara offline maupun online.
Hingga saat ini, program Kampus UMKM Shopee telah memberikan pelatihan bagi ratusan ribu UMKM. Para penjual juga bisa memanfaatkan fasilitas gedung Kampus UMKM Shopee seperti foto dan livestream studio untuk meningkatkan performa bisnis. Kampus UMKM Shopee tersedia di beberapa kota termasuk Jakarta, Solo, Bali, dan beberapa kota lainnya.
Baca juga: Cerita penjual mukena dapat penghargaan di Shopee Super Awards 2023
Baca juga: INDEF sebut Kampus UMKM Shopee jadi program terpopuler untuk UMKM
Kartini masa kini, rintis bisnis di usia 19 dan punya 150 karyawan
22 April 2024 17:13 WIB
Nendah Dewi Yuningsih, pemilik usaha Dhinda Hijab asal Cikampek, Jawa Barat. (Dok. Istimewa)
Pewarta: Maria Rosari Dwi Putri
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2024
Tags: