Jakarta (ANTARA) - Rektor Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Prof Komarudin menyampaikan kiprah pahlawan nasional asal Aceh Teuku Muhammad Hasan sejalan dengan Kurikulum Merdeka yang digagas oleh Mendikbudristek Nadiem Makarim.

"Melalui lembaga Taman Siswa dan Muhammadiyah, Teuku Muhammad Hasan telah meletakkan pentingnya pendidikan dan agama sebagai instrumen pembebasan dari belenggu penjajah, pendidikan yang memerdekakan, hingga pendidikan nasionalisme, yang tentu sejalan dengan Kurikulum Merdeka," kata Komarudin dalam diskusi daring yang diikuti di Jakarta, Senin.

Komarudin mengatakan hal tersebut dalam forum diskusi budaya tentang kiprah Teuku Muhammad Hasan, seorang pahlawan nasional yang juga pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1948-1949, yang diselenggarakan oleh Pusat Riset Masyarakat dan Budaya Badan Riset dan Inovasi Nasional (PMB BRIN).

Teuku Muhammad Hasan dinobatkan sebagai pahlawan nasional pada tahun 2006 dengan Surat Keputusan Presiden tanggal 3 November 2006.

Baca juga: Rektor terpilih UNJ siap optimalkan Program MBKM

Menurut Komarudin, kiprah pahlawan nasional yang juga pernah menjabat sebagai Gubernur Sumatera Utara tersebut sangat lengkap dan komprehensif, sejak awal hingga mengisi masa-masa kemerdekaan Indonesia.

"Ada beberapa peninggalan penting dari Teuku Muhammad Hasan dalam kaitannya dengan dunia pendidikan. Oleh karena itu kita wajib mengetahui dan menularkannya," kata dia.

Peninggalan pertama, lanjutnya, melalui Aceh Studi Fund atau Dana Pelajar Aceh dan Perkumpulan Usaha Sama Akan Kemajuan Anak (Pusaka).

"Teuku Muhammad Hasan merupakan salah satu pelopor adanya bantuan biaya pendidikan yang sekarang kita kenal dengan beasiswa pendidikan," ucapnya.

Baca juga: UNJ rancang ulang kurikulum untuk penerapan Kampus Merdeka

Kedua, dengan mendirikan Universitas Serambi Mekah, dimana Teuku Muhammad Hasan juga memandang pentingnya lembaga pendidikan tinggi sebagai pencetak sumber daya manusia unggul yang dapat mengisi pembangunan nasional.

"Kemudian meletakkan kepemimpinan pendidikan sebagai pusat dari kerja-kerja politiknya, sehingga keteladanan beliau perlu terus kita tularkan," paparnya.

Bagi UNJ, kata dia, pengalaman dan peninggalan Teuku Muhammad Hasan sangat penting, utamanya dalam membangun kesadaran sejarah bagi generasi milenial.

"Selain itu, mendekonstruksi pemikiran Teuku Muhammad Hasan, khususnya di bidang pendidikan, merupakan sebuah keniscayaan dalam menyusun cetak biru desain pendidikan nasional masa depan yang tak lepas dari akar budaya dan jati diri bangsa," tuturnya.

Baca juga: DPRA: Rp1,3 triliun dana abadi pendidikan Aceh mengendap di bank