Nusa Dua, Bali (ANTARA News) - Peraih Nobel Amartya Sen menilai Indonesia cocok jika mengambil peran kepemimpinan di era globalisasi.

Amartya Sen yang menjadi pembicara utama Forum Budaya Dunia di Bali (25/11) mengemukakan peran kepemimpinan tersebut cocok karena Indonesia memiliki kemakmuran multikultural yang berkembang sejak dahulu kala.

Peraih Nobel bidang Ilmu Ekonomi tahun 1998 tersebut juga menyambut pemikiran Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam sambutan pada forum tersebut.

Presiden Yudhoyono mengemukakan perubahan-perubahan seiring globalisasi menuntut budaya menjadi agen perubahan dan rekonsiliasi dalam menghadapi globalisasi.

Amartya Sen menilai pemikiran Yudhoyono tersebut menginspirasi sekaligus sebagai konstruksi utama.

"Kita harus menyelamatkan globalisasi dari eksploitasi memecah-belah dan terjadinya permusuhan antarkelompok," katanya Amartya Sen.

Dia mengusulkan interaksi budaya global digunakan untuk menyongsong masa depan.

Hal tersebut menurut Amartya penting guna memahami kemampuan manusia untuk hidup dalam damai.

Kedua, hal tersebut penting untuk menghargai kemampuan umat manusia berbicara dan menggantikan konfrontasi dengan dialog.

"Ketiga, dunia yang damai memungkinkan pembangunan ekonomi dan sosial," kata profesor bidang ekonomi dan filosofi di Universitas Harvard ini.

Pembangunan, menurut dia, dapat dipengaruhi oleh teknologi namun pemahaman sejarah dasar sangat penting untuk kemajuan sosial, ekonomi, dan budaya masih sangat relevan.

"Keempat, diperlukan dialog global yang bertujuan untuk pembangunan berkelanjutan. Semua ini adalah bagian dari tantangan yang kita hadapi saat ini," ujarnya. (*)