"Pilihan dari otoritas terkait, pertama melakukan intervensi di sisi nilai tukar agar tidak terdepresiasi lebih dalam," kata Yusuf kepada ANTARA di Jakarta, Jumat.
Ia menuturkan intervensi di pasar valas atau menggunakan berbagai instrumen seperti Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI), atau kebijakan suku bunga merupakan beberapa kombinasi kebijakan yang bisa dilakukan Bank Indonesia untuk memastikan nilai tukar rupiah tidak terdepresiasi lebih dalam.
Baca juga: Peneliti: Konflik Iran-Israel picu arus modal keluar di pasar keuangan
Sementara itu dari sisi pemerintah atau fiskal bisa melakukan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) ataupun subsidi BBM jika konflik tersebut mendorong kenaikan harga minyak terutama naik jauh dibandingkan asumsi harga minyak pada asumsi makro Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) saat ini.
Konflik Iran dan Israel yang memanas dapat menyebabkan pelemahan nilai tukar rupiah karena para pelaku pasar dan investor cenderung mengalihkan aset mereka ke safe haven atau aset lindung nilai seperti dolar AS dan emas.
Baca juga: Analis: Konflik Iran-Israel sebabkan penurunan di pasar ekuitas
"Selama libur Lebaran, pasar non delivareble forward (NDF) IDR di offshore juga sudah tembus di atas Rp16.000 atau sudah di sekitar Rp16.100, sehingga rupiah dibuka di sekitar angka tersebut," kata Kepala Departemen Pengelolaan Moneter (DPM) BI Edi Susianto kepada ANTARA di Jakarta, Selasa (16/4).
Baca juga: Ekonom: Konflik Iran-Israel picu investor beralih ke aset "safe haven"
Kemudian, BI akan melakukan koordinasi dan komunikasi dengan pemangku kepentingan terkait, seperti pemerintah, Pertamina dan lainnya.