Qatar evaluasi ulang perannya sebagai mediator Israel-Hamas
Arsip foto - Duta Besar Palestina untuk Indonesia Zuhair Al Shun (kanan) berbincang dengan Duta Besar Qatar untuk Indonesia Fawziya Edrees Salman Al Sulaiti (tengah) dan Duta Besar Yaman untuk Indonesia Abdulghani Nassr Ali Al Shamiri (kiri) di Kedutaan Besar Palestina, Jakarta, Selasa (10/10/2023). Dalam pertemuan yang dihadiri sejumlah Duta Besar Negara Arab tersebut sebagai tanda solidaritas terhadap penduduk dan negara Palestina yang terjajah dan tertindas oleh Israel. ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/tom (ANTARA FOTO/ASPRILLA DWI ADHA)
Pernyataan Al Thani disampaikan dalam konferensi pers yang diadakan di Doha bersama Menlu Turki Hakan Fidan, lapor Kantor Berita Qatar.
Dia mengatakan "pertemuan" terjadi pada waktu yang sensitif di wilayah itu, menyusul eskalasi terbaru, "mengacu pada tanggapan militer Iran atas serangan 1 April Israel di kawasan diplomatik negara itu di ibukota Suriah.
Al Thani mengatakan sedang berkonsultasi dengan menlu Turki dan mereka sepakat tentang “perlunya bagi semua pihak untuk melakukan deeskalasi, dialog, dan menyelesaikan permasalahan di kawasan secara logis, bukan melalui senjata dan kekerasan.”
Al Thani mencatat bahwa “koordinasi dengan Turki sedang berlangsung, dan kami menghargai posisi Turki yang mendukung Palestina.”
Dia menambahkan bahwa pertemuan itu juga mencakup "konsultasi mengenai perkembangan terakhir perang di Jalur Gaza dan menekankan pentingnya bagi masyarakat internasional meningkatkan tanggung jawab untuk mengakhiri eskalasi Israel, serta mendiskusikan perkembangan terkini dalam negosiasi gencatan senjata di Jalur Gaza.”
Mengenai perundingan gencatan senjata di Gaza, dia mengatakan “Doha telah memberikan kontribusi positif dalam membangun perundingan, berusaha menjembatani kesenjangan antara pihak-pihak, dan hal ini memakan waktu berbulan-bulan, dan terdapat perbedaan pendapat yang luas, dan kami mencoba dengan mitra di Mesir dan Amerika Serikat untuk menjembatani kesenjangan tersebut dan memberikan usulan.”
Baca juga: Qatar dan PBB bahas langkah fasilitasi bantuan kemanusiaan masuk Gaza
Dia mencatat bahwa peran mediator terbatas dan tidak dapat menawarkan hal-hal yang tidak dapat dilakukan oleh para pihak,” tanpa menjelaskan lebih lanjut.
“Sayangnya, terdapat penyalahgunaan mediasi ini untuk kepentingan politik yang sempit, sehingga memerlukan evaluasi komprehensif terhadap peran mediasi.”
Dia menekankan bahwa “Doha berkomitmen terhadap perannya, namun ada batasan dalam peran ini.”
Dia mengindikasikan bahwa “Qatar akan mengambil keputusan yang tepat (mengenai evaluasi ini) pada waktu yang tepat.”
Mengenai kemungkinan peningkatan eskalasi antara Israel dan Iran baru-baru ini di wilayah tersebut, Al Thani mengatakan “cara terbaik untuk mengurangi eskalasi adalah dengan menghentikan perang di Gaza.”
Qatar, Mesir, dan AS berupaya mencapai kesepakatan pertukaran sandera dan gencatan senjata di Gaza, karena jeda pertama hanya berlangsung seminggu pada akhir November tahun lalu, yang mengakibatkan terbatasnya bantuan yang masuk ke Jalur Gaza serta pertukaran sandera Israel dengan tahanan Palestina, yang sebagian besar adalah wanita dan anak-anak yang ditahan di penjara Israel.
Melalui mediasi negara-negara tersebut, kesepakatan gencatan senjata sementara dicapai antara para pihak yang berlangsung selama seminggu hingga awal Desember.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Pembicaraan tak langsung Israel dan Hamas temui jalan buntu
Baca juga: PM Belanda apresiasi Qatar karena mediasi konflik Israel dan Hamas
Baca juga: Hamas tuding Israel sabotase perundingan gencatan senjata di Qatar
Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2024