BMKG: Radio berperan penting dalam mengurangi risiko bencana
18 April 2024 17:56 WIB
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono. ANTARA/Erlangga Bregas Prakoso
Jakarta (ANTARA) - Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan siaran radio berperan penting dalam mengurangi risiko bencana alam di Indonesia.
Dalam sebuah diskusi tentang peran radio di Jakarta, Kamis, Daryono mengatakan siaran radio di Indonesia harus dapat lebih dioptimalkan untuk dapat memitigasi bencana alam, seperti dengan mengolaborasikan siaran radio dengan sistem peringatan dini atau early warning system yang sudah dikembangkan oleh BMKG.
"Tidak hanya sebagai sarana hiburan dan sumber informasi, tetapi mampu memiliki sebuah pelayanan lebih beraneka ragam lagi seperti dalam mitigasi besar dan pengurangan risiko bencana," katanya.
Daryono mengungkapkan adanya korban jiwa dan materi dalam suatu bencana alam dapat dimitigasi, jika radio bisa berfungsi sebagai media yang menyiarkan informasi dan edukasi soal mitigasi bencana kepada masyarakat (end user).
Terlebih, masih terdapat sejumlah wilayah di Indonesia yang belum dapat terjangkau sinyal internet atau televisi, dan hanya mengandalkan radio sebagai salah satu sumber informasi terpercaya.
Ia menyebut selama ini terdapat sejumlah kendala dalam menyampaikan informasi peringatan dini, di mana pada beberapa lokasi, informasi peringatan dini hanya sampai pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dikarenakan terbatasnya sarana dan prasarana.
"Kita memiliki informasi peringatan cuaca ekstrem ya, akan ada badai, ada hujan deras yang bakal memicu banjir dan longsor (dalam waktu) satu hingga enam jam ke depan. Ini sangat sulit sekali kalau kita sampaikan kepada stakeholder, BPBD misalnya ya, waktu yang singkat ini tidak bisa mereka tangani untuk sampai kepada pihak-pihak yang akan terpapar," jelasnya.
Untuk itu, Daryono menekankan adanya siaran radio yang lebih optimal dapat menjadi upaya mitigasi bencana di Indonesia, sehingga kerusakan dan kerugian jiwa dan materi dapat berkurang.
Salah satunya, kata dia, melalui siaran Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPP RRI) yang siarannya mampu menjangkau hingga daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
Menurutnya, RRI memiliki jangkauan yang luas dalam memberikan informasi kebencanaan yang dapat diinformasikan melalui berita sela atau "breaking news" kapan saja.
"Jadi, bagaimana upaya untuk penyelamatan daerah yang berpotensi bencana itu bisa melibatkan RRI, karena lembaga-lembaga terkait dengan Safe and Rescue itu memiliki peran, karena mereka berhubungan dengan radio," tutur Daryono.
Baca juga: Ilmuwan identifikasi keberadaan 75 sesar aktif di Pulau Jawa
Baca juga: Indonesia serukan strategi mitigasi bencana laut dalam forum PBB
Baca juga: Menteri ESDM perintahkan Badan Geologi maksimalkan mitigasi bencana
Dalam sebuah diskusi tentang peran radio di Jakarta, Kamis, Daryono mengatakan siaran radio di Indonesia harus dapat lebih dioptimalkan untuk dapat memitigasi bencana alam, seperti dengan mengolaborasikan siaran radio dengan sistem peringatan dini atau early warning system yang sudah dikembangkan oleh BMKG.
"Tidak hanya sebagai sarana hiburan dan sumber informasi, tetapi mampu memiliki sebuah pelayanan lebih beraneka ragam lagi seperti dalam mitigasi besar dan pengurangan risiko bencana," katanya.
Daryono mengungkapkan adanya korban jiwa dan materi dalam suatu bencana alam dapat dimitigasi, jika radio bisa berfungsi sebagai media yang menyiarkan informasi dan edukasi soal mitigasi bencana kepada masyarakat (end user).
Terlebih, masih terdapat sejumlah wilayah di Indonesia yang belum dapat terjangkau sinyal internet atau televisi, dan hanya mengandalkan radio sebagai salah satu sumber informasi terpercaya.
Ia menyebut selama ini terdapat sejumlah kendala dalam menyampaikan informasi peringatan dini, di mana pada beberapa lokasi, informasi peringatan dini hanya sampai pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dikarenakan terbatasnya sarana dan prasarana.
"Kita memiliki informasi peringatan cuaca ekstrem ya, akan ada badai, ada hujan deras yang bakal memicu banjir dan longsor (dalam waktu) satu hingga enam jam ke depan. Ini sangat sulit sekali kalau kita sampaikan kepada stakeholder, BPBD misalnya ya, waktu yang singkat ini tidak bisa mereka tangani untuk sampai kepada pihak-pihak yang akan terpapar," jelasnya.
Untuk itu, Daryono menekankan adanya siaran radio yang lebih optimal dapat menjadi upaya mitigasi bencana di Indonesia, sehingga kerusakan dan kerugian jiwa dan materi dapat berkurang.
Salah satunya, kata dia, melalui siaran Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPP RRI) yang siarannya mampu menjangkau hingga daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
Menurutnya, RRI memiliki jangkauan yang luas dalam memberikan informasi kebencanaan yang dapat diinformasikan melalui berita sela atau "breaking news" kapan saja.
"Jadi, bagaimana upaya untuk penyelamatan daerah yang berpotensi bencana itu bisa melibatkan RRI, karena lembaga-lembaga terkait dengan Safe and Rescue itu memiliki peran, karena mereka berhubungan dengan radio," tutur Daryono.
Baca juga: Ilmuwan identifikasi keberadaan 75 sesar aktif di Pulau Jawa
Baca juga: Indonesia serukan strategi mitigasi bencana laut dalam forum PBB
Baca juga: Menteri ESDM perintahkan Badan Geologi maksimalkan mitigasi bencana
Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024
Tags: