Jakarta (ANTARA) - “Selamat datang kembali di Jakarta,” kata Panglima Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) Laksda TNI Hudiarto Krisno Utomo di Dermaga Markas Komando (Mako) Kolinlamil, Jakarta, saat menyambut 810 pemilir yang memanfaatkan program “Mudik Gratis Naik Kapal Perang”.
Sebanyak 810 pemilir tersebut melakukan perjalanan arus balik dengan Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) jenis landing platform dock (LPD), KRI Banda Aceh-593 rute Surabaya-Semarang-Jakarta.
Perjalanan dimulai dengan 310 pemilir yang berangkat dari Surabaya pada Sabtu, 13 April 2024. Kemudian, singgah di Semarang pada Minggu, 14 April 2024. Perjalanan lalu dilanjutkan kembali dengan estimasi tiba di Jakarta, pada Senin, 15 April 2024, dan membawa 810 pemilir serta 181 sepeda motor.
Kisah pemilir
Sekitar pukul 13.50 WIB KRI Banda Aceh-593 memasuki wilayah perairan Dermaga Mako Kolinlamil, namun kapal perang tersebut baru benar-benar merapat sekitar pukul 14.10 WIB yang ditandai dengan dibukanya pintu masuk kapal yang langsung terhubung dengan dermaga.
Setelah itu, Komandan KRI Banda Aceh-593 Kolonel Laut (P) Sulthon M Firdaus memberikan laporan kepada Panglima Kolinlamil di dermaga. Selanjutnya, Panglima Kolinlamil memasuki kapal untuk menyapa para pemilir yang telah memadati pintu masuk kapal dengan membawa sejumlah barang pribadi dan oleh-oleh.
Secara beraturan, para pemilir yang tidak membawa sepeda motor keluar kapal perang terlebih dahulu.
Mereka ada yang langsung menuju jalan raya untuk melanjutkan perjalanan pulang ke rumah masing-masing. Ada juga yang berhenti sebentar di sekitar kapal untuk menunggu anggota keluarga yang sedang dalam proses keluar kapal.
Bahkan, ada juga yang menyempatkan berfoto bersama untuk mengabadikan momen perjalanan arus balik menggunakan kapal perang.
Setelah ratusan pemilir tanpa sepeda motor keluar dengan tertib, antrean berikutnya adalah para pemilir yang mengendarai sepeda motor. Sebanyak 181 sepeda motor kemudian keluar kapal dengan tertib dan diarahkan petugas untuk melewati jalan yang berbeda dengan pemilir sebelumnya.
Salah satu dari 810 pemilir tersebut adalah Zuhudi, yang berangkat dari Surabaya dengan istri dan empat orang anaknya. Selanjutnya, mereka melanjutkan perjalanan ke Tangerang, Banten.
Pengalaman kembali ke Jakarta menggunakan kapal perang diakuinya sebagai pengalaman pertama. Untungnya, mudik gratis tersebut memiliki pelayanan yang bagus dan perjalanan yang ditempuh pun terhitung lancar.
Anak-anaknya disebut antusias, sehingga berlari-larian di dalam kapal, tetapi tetap dengan pemantauan. Petugas kapal memberikan peringatan agar para pemilir yang membawa anak-anak tetap menjaga anaknya, sehingga tidak berada di jalur bahaya.
Selain Zuhudi, ada juga Kuntisah, seorang ibu yang berangkat dari Semarang untuk kembali ke rumahnya di Cililitan, Jakarta, bersama suami dan empat anaknya.
Perjalanan kapal disebut membutuhkan waktu lama, tetapi dia dan keluarga menikmatinya. Meskipun lama berada di dalam kapal, Kuntisah dan anak-anaknya juga mengaku bahagia menikmati pelayaran.
Anak-anaknya disebut antusias dan banyak bertanya. Selain itu, berpendapat bahwa kapal perang yang dinaiki memiliki ukuran yang besar. Bahkan, hadir di dalamnya bagaikan sedang berada di rumah.
Hal senada juga diakui pemilir dengan sepeda motor, Dais, yang berasal dari Ambon, Maluku, dan berangkat dari Surabaya bersama istri dan tiga orang anak. Mereka kembali ke Jakarta dan melanjutkan perjalanan ke Serang, Banten. Dais dan anak-anaknya menikmati dengan antusias mengikuti pelayaran mudik dan milir dengan kapal perang.
Terlebih dalam perjalanannya kali ini, terdapat kemudahan dari pemerintah, khususnya TNI Angkatan Laut, selama melaksanakan perjalanan arus balik menggunakan KRI Banda Aceh-593.
Cerita nakhoda
Tahun ini, Komandan KRI Banda Aceh-593 Kolonel Laut (P) Sulthon M Firdaus tidak sempat mudik.
Perwira menengah itu fokus menakhodai kapal perang tersebut dari Jakarta-Semarang-Surabaya, dan siaga di Mako Komando Armada II, Surabaya. Kemudian, kembali ke Jakarta dengan rute Surabaya-Semarang-Jakarta.
Perjalanan Surabaya ke Semarang dimulai pada pukul 11.00 WIB pada 13 April dan tiba sekitar pukul 08.00 WIB pada 14 April. Perjalanan dilanjutkan kembali pukul 12.00 WIB, dan tiba di Jakarta pada pukul 14.10 WIB.
Untung saja, cuaca selama perjalanan sangat mendukung dan ombak perairan pun kurang dari setengah meter.
Euforia anak-anak pemudik maupun pemilir juga menjadi hiburan bagi awak KRI itu.
Para awak KRi itu lumayan sibuk mengawasi para penumpang, khususnya anak-anak, dengan melaksanakan ronda setiap 30 menit sekali, sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama pelayaran.
Selain 139 personel KRI Banda Aceh-539, TNI AL juga mengerahkan 15 orang personel dari Polisi Militer Angkatan Laut (Pomal), dinas penerangan, Dinas Pembinaan Mental Angkatan Laut, hingga Komando Pasukan Katak (Kopaska) untuk membantu pengamanan selama berlayar.
Di luar angkutan mudik di masa Lebaran, tugas utama KRI Banda Aceh-539 sebenarnya adalah melaksanakan pergeseran pasukan maupun material ke daerah-daerah operasi, seperti Papua dan lainnya. KRI itu juga digunakan sebagai kapal VVIP maupun untuk kegiatan-kegiatan SAR bila diperlukan, seperti evakuasi kecelakaan pesawat udara dan lainnya.
Oleh sebab itu, komandan kapal dan anak buahnya akan kembali berlayar sesuai dengan tugasnya pada akhir April nanti, yakni mengangkut para taruna dan taruni Alademi TNI dan Polri untuk melaksanakan kegiatan Latihan Integrasi Taruna Wreda (Lasitarda) Nusantara di Ibu Kota Nusantara (IKN).
Harapan
Panglima Kolinlamil Laksda TNI Hudiarto Krisno Utomo berharap program tahunan yang pada 2024 merupakan tahun kedua berjalan pasca-COVID dapat menambah KRI yang dimanfaatkan untuk angkutan mudik maupun arus balik ke depannya.
Mudik maupun balik menggunakan kapal perang dinilai dapat menekan angka kecelakaan pemudik sepeda motor. Selain itu, dapat juga memperkenalkan kepada generasi muda mengenai kapal perang yang dinaiki, kebaharian, kemaritiman, hingga mengenai TNI Angkatan Laut.
Dengan demikian, masyarakat dapat memahami bahwa tugas TNI AL tidak sebatas operasi militer saja, tetapi meliputi operasi kemanusiaan maupun angkutan arus mudik dan arus milir.
Masyarakat juga dapat memahami bahwa TNI merupakan bagian dari rakyat, dan kapal perang dibeli menggunakan pajak rakyat, sehingga masyarakat berhak mencobanya di momen Lebaran.
Dalam rangka memberikan kenyamanan, para prajurit KRI Banda Aceh-539 memberikan pelayanan yang optimal untuk para pemudik dan pemilir, misalnya, akomodasi dan hiburan.
Oleh sebab itu, pada arus mudik maupun balik tahun depan ditargetkan ada penambahan KRI, karena pada tahun ini telah disiapkan dua KRI lain, yakni KRI Teluk Parigi dan KRI Teluk Youtefa yang disiagakan di Surabaya, dan Satuan Lintas Laut Militer (Satlinlamil) 3 Makassar, Sulawesi Selatan.
Arus Balik
Selamat datang di Jakarta; pemilir dengan kapal perang
Oleh Rio Feisal
17 April 2024 21:48 WIB
Sejumlah pemilir KRI Banda Aceh-593 di Dermaga Mako Kolinlamil, Jakarta, Senin (15/4/2024). (ANTARA/Rio Feisal) (ANTARA/Rio Feisal)
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2024
Tags: