Abu Dhabi (ANTARA) - Indonesia menekankan komitmen untuk pengembangan energi bersih (clean energy) guna memikat investasi dari rangkaian pertemuan di Sidang Majelis Umum ke-14 Badan Energi Terbarukan Internasional (Irena).

Pemenuhan kebutuhan investasi untuk pengembangan energi bersih di Indonesia perlu ditingkatkan sejalan dengan percepatan transisi energi menuju nol emisi pada 2060 atau lebih awal.

“Kita sampaikan komitmen kita untuk penurunan emisi gas rumah kaca, untuk mendorong kematangan energi yang terbarukan, untuk meningkatkan efisiensi energi, sehingga ini memberikan gambaran yang baik bahwa Indonesia ini adalah negara yang layak untuk investasi,” kata Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM RI Dadan Kusdiana kepada ANTARA sebelum Sidang Majelis Umum ke-14 Irena di Abu Dhabi, UEA, Rabu.

Baca juga: RI: Negara berkembang seharusnya didukung penuh pacu energi terbarukan

Dadan mengatakan sejak Selasa (16/4) atau masa pra-Sidang Majelis Umum Irena, dirinya sudah bertemu dengan banyak pimpinan sektor energi dunia seperti pimpinan dari Topsoe, perusahaan global asal Denmark yang bergerak di pemrosesan kimia, pemrosesan hidro, dan manajemen emisi.

Kemudian juga melakukan pertemuan dengan CEO Masdar Mohamed Jameel Al Ramahi yang bergerak di bidang energi terbarukan dan bermarkas di Abu Dhabi, UEA. Masdar sebelumnya sudah bekerja sama dengan BUMN Indonesia dalam proyek PLTS Terapung Cirata dan juga berinvestasi di PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE).

“Mereka (Masdar) sekarang kan sudah bekerja sama dengan Pertamina Geothermal. Sudah beli sahamnya. Jadi mulai memikirkan bagaimana mengembangkan panas bumi Indonesia dan juga di tempat yang lain. Secara bisnis memperbesar portfolio yang PGE untuk melihat Afrika. Tadi Masdar-nya ngomong juga ke Turki atau ke Filipina. Saya kira bagus memanfaatkan hal tersebut,” ujar dia.

Dalam laporan Irena edisi akhir Maret 2024, Indonesia memimpin penambahan kapasitas pada energi panas bumi dengan akumulasi 58 MW dalam total penambahan kapasitas energi terbarukan global.

Baca juga: Dukungan nyata negara maju dibutuhkan mempercepat transisi energi

Kementerian ESDM RI juga bertemu dengan Badan Energi Internasional (IEA) untuk membahas perkembangan kebijakan dan arah pengembangan energi dunia.

Sidang Majelis Umum ke-14 Irena bakal mengusung tema sesuai hasil KTT Iklim COP28 di Dubai, UEA, November 2023, yakni “Hasil COP28: Infrastruktur, Kebijakan, dan Kemampuan untuk Meningkatkan Energi Terbarukan Tiga Kali Lipat dan Mempercepat Transisi Energi”.

Dalam tema itu pula, Irena ingin global meningkatkan kapasitas energi baru terbarukan tiga kali lipat menjadi setidaknya 11 terawatt (TW) pada 2030. Merujuk pada dokumen Transisi Energi Outlook dari Irena, target itu untuk menjaga skenario kenaikan rata-rata suhu bumi tak lebih dari 1,5 derajat celcius.

Sidang itu akan dimulai dengan pernyataan tingkat tinggi dari Presiden Sidang Majelis Umum yakni Menteri Infrastruktur Rwanda Jimmy Gasore, Tuan Rumah Negara UEA dan Direktur Jenderal Direktur Jenderal Irena Francesco La Camera.

Baca juga: Menteri energi dunia berkumpul di UEA akselerasikan energi terbarukan

Setelah penyampaian pernyataan tingkat tinggi, sidang dilanjurkan dengan diskusi panel tingkat tinggi, dengan pembicara antara lain, Menteri Energi Azerbaijan Parviz Shahbazov, di mana Azerbaijan akan menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi Iklim Conference of the Parties (COP) 29 pada 2024.

Kemudian panelis lainnya, antara lain Wakil Menteri Energi & Perminyakan UEA Sharif Al Olama, Komisioner Energi Uni Eropa Kadri Simson, Komisioner Infrastruktur dan Energi Uni Afrika Amani Abou-Zeid, dan para pelaku industri serta pemimpin usaha seperti CEO Acciona, Jose Manuel Entrecanales, CEO Masdar, Mohamed Jameel Al ramhi dan lainnya.