Singapura (ANTARA News) - Pelaku usaha industri pulp dan kertas Indonesia menyatakan, perkembangan teknologi informasi yang terus terjadi saat ini dinilai tidak akan berdampak pada tergerusnya pemasaran kertas putih dunia.

"Kami tetap optimis pemakaian kertas putih akan tetap tumbuh, meski media cetak seperti koran dan majalah telah beralih menggunakan teknologi yang lebih maju yakni digital," ujar Presiden Direktur PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Kusnan Rahmin di Singapura, Kamis.

Hal itu disampaikan pada saat persentasi "Gambaran Global Industri Pulp dan Kertas" usai pelaksanaan workshop jurnalis yang berlangsung di Universitas Teknologi Nanyang, Singapura 19-20 November 2013.

Saat ini, lanjut Kusnan, memang terjadi penurunan sekitar 30 persen pemakaian kertas putih karena turunnya oplah koran, baik media nasional ataupun lokal disebabkan berkembangan teknologi informasi.

Namun disisi lain, pertumbuhan penduduk dunia yang semakin besar dan membuat pemakaian kertas putih seperti untuk kerah pakaian dan lain sebagainya kian butuhkan dari tahun ke tahun.

"Pasar kertas putih kian menjanjikan dan tetap prospektif, meski penggunaan e-paper pada industri kian media marak seperti menjamurnya komputer tablet dan telepon cerdas," katanya.

Anderson Tanoto, anak pemilik industri pulp dan kertas Sukanto Tanoto di sela-sela peninjauan ke lahan pembibitan akasia di Pangkalan Kerinci, Pelalawan, Riau, pada pertengahan tahun ini menyatakan pasar kertas untuk negara China dan India terus tumbuh.

Sementara di negara AS dan Eropa cenderung stabil. "Konsumsi kertas di AS sangatlah tinggi mencapai 250 kilo gram per kapita per tahun, sementara di China dan India 12-15 kilo gram per tahun yang membuat konsumsi kertas juga besar," ujarnya.

Dunia saat ini membutuhkan kertas sebesar 391 juta ton per tahun. Dari jumlah itu, sebesar 156 ton atau 40 persen dihasilkan oleh Asia dengan konsumsi hanya 24 persen atau 46 juta ton.

Dari produksi tersebut, pabrik RAPP yang berlokasi di Kabupaten Pelalawan, Riau, berkontribusi memasok antara 8-10 juta ton per tahun.