Istanbul (ANTARA) - Sejumlah peneliti dari Universitas Flinders Australia pada Senin (15/4) mengumumkan bahwa mereka telah menemukan tiga spesies kanguru baru yang hidup di Australia antara 5 juta dan 40.000 tahun yang lalu.

Tim peneliti tersebut menemukan tiga spesies dari genus protemnodon yang telah punah dengan membandingkan temuan museum dengan fosil yang ditemukan di sekitar Danau Callabonna di Australia Selatan, menurut sebuah artikel yang diterbitkan di jurnal Megataxa.

Spesies-spesies baru tersebut yang telah teridentifikasi adalah protemnodon viator, protemnodon mamakurra dan protemnodon dawsonae, dengan spesies viator menjadi yang terbesar di antara ketiganya dengan berat 170 kilogram, dua kali lipat ukuran kanguru merah yang ada saat ini.

“Kanguru itu mungkin mirip kanguru merah, tapi tulangnya lebih tebal dan berotot,” kata ketua peneliti Isaac Kerr.

Penelitian tersebut melibatkan fosil dari 14 koleksi di empat museum di seluruh Inggris, Amerika Serikat dan Papua Nugini selama lima tahun, jelas Kerr.

Foto rinci Kerr dan hasil pemindaian 3D menunjukkan bahwa protemnodon viator mungkin tinggal di danau dan sungai besar di Australia Tengah.

Kerr membandingkan spesies protemnodon dawsonae, yang informasinya paling sedikit tersedia, dengan “walabi rawa atau walabi leher merah yang ada saat ini.”

Sementara spesies protemnodon mamakurra mungkin hidup di pegunungan di pantai selatan Australia, di wilayah Tasmania, dan di pantai timur wilayah New South Wales, menurut penelitian tersebut.

Dilaporkan bahwa spesies-spesies tersebut "lebih cenderung bergerak dengan tangan dan kakinya daripada melompat."

Namun, alasan mengapa spesies protemnodon yang baru ditemukan ini punah sekitar 40.000 tahun yang lalu belum dapat ditentukan, menurut ahli paleontologi.

Berbeda dengan hewan-hewan besar tertentu, tidak ada indikasi bahwa kanguru menderita bencana besar terkait iklim atau diburu secara aktif.

“Mereka punah begitu manusia tiba…tetapi tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa orang Aborigin memburu protemnodon,” kata Kerr.

Namun, penelitian ini menyajikan kumpulan data spesies protemnodon yang lebih luas dibandingkan dengan data yang dapat diakses sebelumnya. Basis data yang ditingkatkan memiliki potensi untuk memberikan wawasan yang lebih luas mengenai identifikasi fosil.

Sumber: Anadolu

Baca juga: Australia hadapi pro kontra pemusnahan jutaan kanguru
Baca juga: Polisi gagalkan penyelundupan hewan endemik asal Papua
Baca juga: Metode "kontak kanguru" atasi hipotermia akibat paparan cuaca ektsrem