Ekonom perkirakan BI naikkan suku bunga BI-Rate untuk stabilkan rupiah
16 April 2024 14:33 WIB
Arsip foto - Petugas menata uang tunai di Mandiri Cash Center, Jakarta, Rabu (3/4/2024). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/wpa/pri.
Jakarta (ANTARA) - Ekonom Ibrahim Assuaibi memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan menaikkan suku bunga acuan atau BI-Rate untuk menstabilkan nilai tukar rupiah.
"Bank sentral Indonesia walaupun terus melakukan intervensi di pasar Domestic Non Deliverable Forward (DNDF) berupa valuta asing dan obligasi, kemungkinan terbesar tidak akan cukup kuat untuk menahan laju pelemahan mata uang rupiah," kata Ibrahim kepada awak media di Jakarta, Selasa.
Usai libur Lebaran 2024, rupiah melemah karena penguatan indeks dolar AS menyusul menguatnya data ekonomi Amerika Serikat (AS) dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah khususnya konflik Iran dan Israel. Rupiah turun hingga melampaui Rp16.000 per dolar AS.
"Sehingga dalam pertemuan di bulan ini Bank Indonesia harus menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin guna menstabilkan mata uang rupiah," ujar Ibrahim yang merupakan Direktur PT Laba Forexindo Berjangka.
Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 19-20 Maret 2024, BI mempertahankan suku bunga acuan atau BI-Rate di level 6 persen. Suku bunga deposit facility juga tetap ditahan di level 5,25 persen, dan suku bunga lending facility dipertahankan sebesar 6,75 persen.
Selanjutnya, BI akan menggelar RDG BI pada 23-24 April 2024 pekan depan, salah satunya untuk menetapkan besaran BI-Rate.
Selain itu, untuk menjaga stabilisasi nilai tukar rupiah, Ibrahim menuturkan pemerintah harus terus melakukan intervensi melalui operasi pasar di mana harga-harga bahan pokok yang terus mengalami kenaikan perlu dikendalikan sehingga inflasi dapat terus terjaga dalam kisaran sasaran.
Di sisi lain, pemerintah juga harus tetap menggelontorkan bantuan sosial (bansos), bantuan langsung tunai (BLT) dan bantuan lainnya agar konsumsi masyarakat terus berlanjut.
Ia mengatakan konsumsi masyarakat yang meningkat di momen Ramadhan dan Lebaran 2024, kemungkinan besar akan mengangkat pertumbuhan ekonomi 0,12 sampai 0,18 persen. Konsumsi domestik yang meningkat akan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Baca juga: Rupiah merosot setelah BI menahan suku bunga BI Rate
Baca juga: BI pastikan stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah konflik global
Baca juga: Ekonom: Spekulasi pasar terhadap The Fed sebabkan pelemahan rupiah
"Bank sentral Indonesia walaupun terus melakukan intervensi di pasar Domestic Non Deliverable Forward (DNDF) berupa valuta asing dan obligasi, kemungkinan terbesar tidak akan cukup kuat untuk menahan laju pelemahan mata uang rupiah," kata Ibrahim kepada awak media di Jakarta, Selasa.
Usai libur Lebaran 2024, rupiah melemah karena penguatan indeks dolar AS menyusul menguatnya data ekonomi Amerika Serikat (AS) dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah khususnya konflik Iran dan Israel. Rupiah turun hingga melampaui Rp16.000 per dolar AS.
"Sehingga dalam pertemuan di bulan ini Bank Indonesia harus menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin guna menstabilkan mata uang rupiah," ujar Ibrahim yang merupakan Direktur PT Laba Forexindo Berjangka.
Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 19-20 Maret 2024, BI mempertahankan suku bunga acuan atau BI-Rate di level 6 persen. Suku bunga deposit facility juga tetap ditahan di level 5,25 persen, dan suku bunga lending facility dipertahankan sebesar 6,75 persen.
Selanjutnya, BI akan menggelar RDG BI pada 23-24 April 2024 pekan depan, salah satunya untuk menetapkan besaran BI-Rate.
Selain itu, untuk menjaga stabilisasi nilai tukar rupiah, Ibrahim menuturkan pemerintah harus terus melakukan intervensi melalui operasi pasar di mana harga-harga bahan pokok yang terus mengalami kenaikan perlu dikendalikan sehingga inflasi dapat terus terjaga dalam kisaran sasaran.
Di sisi lain, pemerintah juga harus tetap menggelontorkan bantuan sosial (bansos), bantuan langsung tunai (BLT) dan bantuan lainnya agar konsumsi masyarakat terus berlanjut.
Ia mengatakan konsumsi masyarakat yang meningkat di momen Ramadhan dan Lebaran 2024, kemungkinan besar akan mengangkat pertumbuhan ekonomi 0,12 sampai 0,18 persen. Konsumsi domestik yang meningkat akan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Baca juga: Rupiah merosot setelah BI menahan suku bunga BI Rate
Baca juga: BI pastikan stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah konflik global
Baca juga: Ekonom: Spekulasi pasar terhadap The Fed sebabkan pelemahan rupiah
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2024
Tags: