Jakarta (ANTARA News) - Bentrokan tentara dengan polisi terjadi lagi di Karawang, Jawa Barat, antara sebagian personel TNI AD, Batalion Infantri Lintas Udara 305/Tengkorak, dengan Detasemen B Brigade Mobil Kepolisian Daerah Jawa Barat, Selasa lalu (19/11).


Satu tentara terluka dan enam polisi terluka cukup parah juga dari bentrokan yang menggegerkan masyarakat setempat. Ini sudah yang kesekian kali bentrokan antar personel satuan militer dan polisi terjadi di Indonesia.




Sebetulnya, apa sich yang jadi sebab?




Hal sepele, sebagaimana dikatakan Kepala Kepolisian Indonesia, Jenderal Polisi Sutarman, di Jakarta, Rabu, "Kadang-kadang masalahnya 'khan saat jalan, kemudian lihat-lihatan, sehingga terjadi benturan-benturan kecil di lapangan."




Sutarman mengistilahkan bentrokan seperti itu sebagai "benturan kecil", untuk hal yang menjadi menu pemberitaan nasional banyak media massa, lebih dari dua hari berturutan.




Dia lalu memberi "resep" untuk meredam, "Bisa lewat olahraga atau kegiatan apapun, sama-sama di lapangan sehingga menimbulkan keakraban, anjangsana, misal olahraganya di polres, lalu di batalion, gantian seperti itu."


Jika ada bentrokan seperti itu, kata kunci yang selalu diutarakan pejabat kepolisian atau milite adalah "salah paham", "kesalahpahaman", dan sejenisnya.




Begitu juga dengan Kepala Kepolisian Daerah Jawa Barat, Inspektur Jenderal Polisi Suhardi Alius, di Bandung.




"Itu awalnya karena saling pandangan-pandangan, oleh anggota Brimob di Cikole, yang di-BKO-kan di Karawang dan mengamankan unjuk rasa di sana. Kemudian ada warga sipil lewat, lalu warga sipil itu ternyata TNI. Jadi tidak benar seperti yg disebarkan masyarakat luas," kata dia.


"Jadi untuk yang TNI (yang terlibat bentrok) akan diberikan sanksi. Dan kami juga, yang di awalnya ada kesalahpahaman itu, termasuk kalau itu disiplin, kami akan disiplinkan (anggota polisi)," kata dia.