Yogyakarta (ANTARA News) - Pemerintah harus mampu membuat kebijakan yang melindungi warganya dalam menghadapi kompetisi pada era globalisasi, kata Rektor Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Pratikno.

"Dengan demikian, warga bisa meningkatkan kemampuan daya saing dalam menghadapi kompetisi tersebut. Hal itu penting karena globalisasi telah memasuki semua sektor kehidupan secara masif," katanya di Yogyakarta, Selasa.

Dalam konteks itu, kata dia, para buruh harus bersinergi dengan pengusaha dalam membangun kemampuan daya saing, sedangkan perguruan tinggi bersama peneliti lain terus membangun pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kompetitif.

"Dengan cara itu, Indonesia punya peluang untuk bisa bersaing di tingkat global. Kemampuan menemukan inovasi baru agar bisa memberikan nilai lebih bagi ilmu pengetahuan dan teknologi tentu harus didukung oleh pelaku bisnis, buruh, dan pemerintah," katanya.

Menurut dia, dari sisi kemampuan penguasaan riset dan teknologi canggih, posisi Indonesia masih kalah jauh dibandingkan dengan negara maju, tetapi kemampuan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara mandiri jauh lebih penting.

"Mengharapkan negara maju dan perusahaan multinasional membagi-bagikan teknologi canggih mereka adalah sesuatu yang sia-sia. Jika teknologi canggih itu dibawa ke dunia ketiga, itu adalah teknologi fase keempat yang tidak lagi efisien, yang mengalami titik jenuh," katanya.

Ia mengatakan mata rantai perdagangan dunia bisa dimanfaatkan untuk ikut dalam kompetisi global. Namun, untuk bisa masuk ke rantai perdagangan dunia tersebut, tentu saja membutuhkan ilmu pengetahuan teknologi dan seni serta keterjangkauan pasar.

"Sepuluh tahun ke depan menjadi momentum bagi Indonesia untuk bisa menjadi negara yang bisa keluar dari perangkap negara berpenghasilan menengah ke bawah dengan harapan bisa menjadi negara maju. Hanya sedikit negara yang bisa keluar dari perangkap itu," katanya.(*)