Asita telusuri BPW bus masuk jurang
19 November 2013 20:04 WIB
Kecelakaan Mini Bus Sejumlah petugas melakukan evakuasi korban mini bus yang terjatuh ke Jurang, di kawasan pantai Suluban, Uluwatu, Bali, Senin (18/11). Mini Bus milik Happy Bali Travel dengan nopol. DK 9251 A mengangkut 15 penumpang, 13 warga negara China, 1 sopir dan 1 tour Guide. (ANTARA FOTO/Satua Baty) ()
Denpasar (ANTARA News) - Asosiasi Biro Perjalanan Wisata (Asita) masih menelusuri identitas biro perjalanan wisata yang busnya masuk jurang dan menewaskan empat wisatawan asal China di kawasan Pecatu, Kabupaten Badung, Bali, Senin (18/11).
"Kami masih menelusuri apakah BPW yang memiliki bus itu termasuk anggota Asita atau tidak. Saya mengetahui terjadinya kecelakaan bus itu kemarin sudah sore karena baru datang dari Sumatera," kata Ketua DPD Asita Provinsi Bali Ketut Ardana di Denpasar, Selasa.
Pihaknya juga akan mencari informasi detail apakah bus yang dipakai itu termasuk produksi baru atau lama. "Tidak jarang ada BPW yang menggunakan bus bodinya masih baru, tetapi mesinnya keluaran lama," ujarnya.
Menurut dia, peristiwa kecelakaan yang menewaskan empat wisatawan asal China, satu sopir, dan satu pemandu wisata itu sebenarnya sangat tidak diinginkan karena akan memberikan citra kurang bagus bagi wisatawan mancanegara yang hendak ke Bali.
"Wisatawan asing ketika berkunjung ke Bali tentu menginginkan keamanan dan kenyamanan, tetapi dengan kasus ini bisa berdampak menurunkan kepercayaan wisatawan," katanya.
Di sisi lain, Ardana mengatakan persaingan BPW untuk pasar wisatawan China selama ini memang cukup ketat sehingga perlu ditelusuri apakah sudah menggunakan bus dengan kondisi mesinnya yang masih bagus atau tidak.
"Secara umum, memang masing-masing BPW biasanya sudah menetapkan standar kualitas pelayanan, baik dari sisi armada yang digunakan maupun sumber daya manusianya dengan harapan dapat memberi kepuasan bagi wisatawan," ujarnya.
Sebelumnya Kepala Instalasi Forensik RSUP Sanglah, Denpasar, dr Dudut Rustiadi mengatakan korban tewas bus pariwisata yang terjun bebas ke jurang sedalam 20 meter akibat tidak mampu melewati tanjakan di kawasan Pecatu itu berjumlah enam orang.
Keenam jenazah tersebut sudah berhasil diidentifikasi di RSUP Sanglah, sebanyak empat di antaranya adalah wisatawan asal China yang menumpang bus nahas nomor polisi DK-9251-A itu, yakni Ding Guo Zeng (laki-laki berusia 52 tahun), Qin Ping Tao (laki-laki/56), Jin Li Tao (laki-laki/55), dan Bao Serang Liu (laki-laki/55).
Sementara dua korban lainnya telah dikenali lebih dulu, yakni Bachtiar Usman (sopir berusia 36 tahun) dan Priscilia Esther Budi Haryono (pemandu wisata berusia 40 tahun).
Pada kecelakaan tersebut, awalnya sebanyak 15 wisatawan asal China itu mengunjungi Pantai Suluban, Pecatu. Peristiwa kecelakaan terjadi saat bus berwarna abu-abu metalik itu hendak melanjutkan perjalanan menuju objek wisata Pura Uluwatu.
Namun bus tidak mampu melewati tanjakan dan secara tiba-tiba mesin mati sehingga meluncur mundur dan menghantam pembatas jalan sebelum terjun bebas ke jurang sedalam 20 meter sekitar pukul 15.00 Wita.(*)
"Kami masih menelusuri apakah BPW yang memiliki bus itu termasuk anggota Asita atau tidak. Saya mengetahui terjadinya kecelakaan bus itu kemarin sudah sore karena baru datang dari Sumatera," kata Ketua DPD Asita Provinsi Bali Ketut Ardana di Denpasar, Selasa.
Pihaknya juga akan mencari informasi detail apakah bus yang dipakai itu termasuk produksi baru atau lama. "Tidak jarang ada BPW yang menggunakan bus bodinya masih baru, tetapi mesinnya keluaran lama," ujarnya.
Menurut dia, peristiwa kecelakaan yang menewaskan empat wisatawan asal China, satu sopir, dan satu pemandu wisata itu sebenarnya sangat tidak diinginkan karena akan memberikan citra kurang bagus bagi wisatawan mancanegara yang hendak ke Bali.
"Wisatawan asing ketika berkunjung ke Bali tentu menginginkan keamanan dan kenyamanan, tetapi dengan kasus ini bisa berdampak menurunkan kepercayaan wisatawan," katanya.
Di sisi lain, Ardana mengatakan persaingan BPW untuk pasar wisatawan China selama ini memang cukup ketat sehingga perlu ditelusuri apakah sudah menggunakan bus dengan kondisi mesinnya yang masih bagus atau tidak.
"Secara umum, memang masing-masing BPW biasanya sudah menetapkan standar kualitas pelayanan, baik dari sisi armada yang digunakan maupun sumber daya manusianya dengan harapan dapat memberi kepuasan bagi wisatawan," ujarnya.
Sebelumnya Kepala Instalasi Forensik RSUP Sanglah, Denpasar, dr Dudut Rustiadi mengatakan korban tewas bus pariwisata yang terjun bebas ke jurang sedalam 20 meter akibat tidak mampu melewati tanjakan di kawasan Pecatu itu berjumlah enam orang.
Keenam jenazah tersebut sudah berhasil diidentifikasi di RSUP Sanglah, sebanyak empat di antaranya adalah wisatawan asal China yang menumpang bus nahas nomor polisi DK-9251-A itu, yakni Ding Guo Zeng (laki-laki berusia 52 tahun), Qin Ping Tao (laki-laki/56), Jin Li Tao (laki-laki/55), dan Bao Serang Liu (laki-laki/55).
Sementara dua korban lainnya telah dikenali lebih dulu, yakni Bachtiar Usman (sopir berusia 36 tahun) dan Priscilia Esther Budi Haryono (pemandu wisata berusia 40 tahun).
Pada kecelakaan tersebut, awalnya sebanyak 15 wisatawan asal China itu mengunjungi Pantai Suluban, Pecatu. Peristiwa kecelakaan terjadi saat bus berwarna abu-abu metalik itu hendak melanjutkan perjalanan menuju objek wisata Pura Uluwatu.
Namun bus tidak mampu melewati tanjakan dan secara tiba-tiba mesin mati sehingga meluncur mundur dan menghantam pembatas jalan sebelum terjun bebas ke jurang sedalam 20 meter sekitar pukul 15.00 Wita.(*)
Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013
Tags: