Jakarta (ANTARA) - Seorang wanita domisili California, Amerika Serikat (AS) menggugat Tesla, menuduh bahwa cacat desain pada Model X memungkinkan putranya yang berusia dua tahun menyalakan kendaraan dan menabraknya ketika ia sedang hamil anak kedua.

Tesla menyangkal tuduhan tersebut, laman Carscoops, Jumat (12/4) melaporkan.

Mallory Harcourt adalah wanita yang menjadi pusat dari cerita ini. Dia dan suaminya membeli Model X pada tahun 2018, terutama karena fitur keamanan yang ditawarkan.

Baca juga: Tesla menangi gugatan atas kecelakaan Autopilot Model S

Namun, hanya dua hari setelah Natal, kecelakaan yang menimbulkan trauma mendorongnya untuk mengevaluasi kembali keputusan mereka untuk membeli mobil listrik.

Menurut gugatannya, Harcourt tiba di rumahnya pada hari kejadian, dan menyadari bahwa dia lupa meletakkan kunci rumahnya di klinik chiropraktik milik suaminya. Karena putranya membutuhkan popok baru, ia memutuskan untuk membuat tempat ganti popok di garasi rumahnya sebelum pulang.

Dia mengeluarkan tas popoknya dari mobil dan membiarkan pintu pengemudi terbuka. Sementara dia sibuk, putranya berjalan menjauh darinya dan naik ke dalam kendaraan. Setelah menyadari keberadaannya, dia memanggilnya dan mulai berjalan menuju Model X.

Baca juga: Hakim perintahkan persidangan baru dalam gugatan terkait pekerja Tesla

Tesla Model X (ANTARA/X/Tesla)
Saat berada di ruang kaki kendaraan, anak laki-laki itu menyentuh pedal rem dan menyalakan mobil, menurut gugatan tersebut. Dia kemudian menyentuh tuas persneling, memasukkan mobil ke dalam drive, dan menginjak pedal gas, menyebabkan crossover listrik itu mencapai kecepatan 8 mph (12 km/jam).

Harcourt mengatakan bahwa dia hampir tidak punya waktu untuk bereaksi, dan bahwa dia mendengar tulang-tulangnya patah saat kejadian.

Setelah tetangganya menelepon 911, baru diketahui bahwa panggulnya patah. Dalam keadaan hamil delapan setengah bulan pada saat itu, ia terpaksa menjalani persalinan prematur yang "menyiksa" seminggu kemudian.

Dia juga terpaksa menghabiskan waktu seminggu di rumah sakit, yang menghabiskan biaya pengobatan sebesar 73 ribu dolar AS (USD) (sekitar RP1,2 miliar), menurut pengacaranya.

Baca juga: Tesla gugat vlogger di China karena palsukan kerusakan Model 3

Meskipun luka-lukanya telah sembuh, ia mengatakan bahwa ia masih mengalami rasa sakit dan putranya mengalami trauma emosional akibat kecelakaan tersebut.

Pengacara Harcourt berpendapat bahwa meskipun wajar jika seorang balita memanjat masuk ke dalam kendaraan, tidak ada yang menyangka seorang anak dua tahun dapat menyebabkan mobil menyala.

Mereka lebih lanjut menuduh bahwa kecelakaan itu terjadi karena desain Tesla yang tidak aman. Produsen mobil tersebut menolak penjelasan tersebut, dan para pengacaranya berpendapat bahwa cedera yang dialami Harcourt diakibatkan oleh kelalaiannya sendiri karena meninggalkan putranya tanpa pengawasan.

Persidangan juri untuk kasus ini dimulai pada 11 April, dan Harcourt menuntut ganti rugi yang tidak disebutkan jumlahnya untuk biaya pengobatan, tekanan emosional, dan banyak lagi.

Baca juga: Hakim San Fransisco tolak gugatan terkait produksi Tesla Model 3

Baca juga: Tesla bayar 1,5 juta dolar AS selesaikan gugatan pelambatan baterai