Presiden Maladewa tinggalkan negaranya jelang pemilu
16 November 2013 03:43 WIB
Polisi pengaman kerusuhan berjaga untuk memblokir pendukung mantan Presiden Maladewa Mohamed Nasheed dalam sebuah aksi protes di Male, Kamis (30/8). Pendukung mantan presiden Maladewa tumpah ke jalanan ibukota saat liburan di pulau pada jari Kamis kemarin untuk menolak laporan dukungan internasional yang mengatakan penggantian presiden di awal tahun ini secara konstitusional bukanlah merupakan kudeta. (REUTERS/Adnan Abidi)
New Delhi (ANTARA News) - Presiden Maladewa meninggalkan negara menjelang pemilihan umum yang sudah tiga kali ditunda, kata juru bicara kepresidenan, Jumat, sehingga menyebabkan kekosongan kepemimpinan di tengah krisis konstitusional.
Mohamed Waheed yang berkuasa setelah pemindahan kepemimpinan pada Februari 2012, menuju Hong Kong dan Singapura pada Kamis petang untuk menemani istrinya melakukan pemeriksaan medis, kata juru bicaranya Masood Imad, lapor AFP.
Pemilihan presiden akan digelar pada Sabtu.
"Saya yakin rencana ini sudah dibuat beberapa waktu sebelumnya sehingga mereka menilai tidak perlu ditunda lagi," kata Imad seraya menambahkan istri Waheed mengalami masalah pada matanya.
Wahid, yang sebagai presiden mengendalikan angkatan bersenjata negara itu, tidak akan pulang selama sebulan, imbuh dia.
Mantan pejabat PBB itu mendapat tekanan dari negara-negara Barat serta India, dan Uni Eropa memperingatkan akan mengambil "tindakan pantas" pekan ini jika negara kepulauan di Samudera Hindia itu gagal menggelar pemilu yang bebas.
Berdasar aturan konstitusi, masa jabatan Waheed secara resmi berakhir akhir pekan lalu namun ia mengatakan akan tetap berkuasa untuk memungkinkan dilaksanakan pemilihan untuk penggantinya.
Negara yang bergantung pada sektor pariwisata itu dilanda gelombang protes dan ketidakstabilan sejak Februari tahun lalu ketika presiden yang untuk pertamakalinya terpilih secara demokratis, Mohamed Nasheed mengundurkan diri.
Ia mengatakan dipaksa turun setelah menjalani masa kepemimpinan selama empat tahun oleh aksi pemberontakan pejabat keamanan atas perintah mantan otokrat Maumoon Abdul Gayoom dan Waheed, bekas wakil presidennya.
Kedua figur yang disebut namanya tersebut membantah tuduhan itu.
Putaran pertama pemilihan presiden digelar pada 7 September yang dimenangi oleh Nasheed --sosok pro-demokrasi yang sering dipenjara saat Gayoom berkuasa-- dengan 45 persen suara.
Dalam pemilu putaran kedua ia akan berhadapan dengan saudara tiri Gayoom, Abdulla Yameen, yang sebelumnya mengajukan keberatan atas dugaan penyimpangan pemilu dan segera dikabulkan Mahkamah Agung.
Dua kali jadual pemilu yang diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum dibatalkan.
Nasheed yang berjanji akan membawa dalang "kudeta" terhadapnya ke pengadilan jika ia terpilih nanti, akan berhadapan dengan Yameen dalam pemilu pada Sabtu.
Penerjemah: Sri Haryati
Mohamed Waheed yang berkuasa setelah pemindahan kepemimpinan pada Februari 2012, menuju Hong Kong dan Singapura pada Kamis petang untuk menemani istrinya melakukan pemeriksaan medis, kata juru bicaranya Masood Imad, lapor AFP.
Pemilihan presiden akan digelar pada Sabtu.
"Saya yakin rencana ini sudah dibuat beberapa waktu sebelumnya sehingga mereka menilai tidak perlu ditunda lagi," kata Imad seraya menambahkan istri Waheed mengalami masalah pada matanya.
Wahid, yang sebagai presiden mengendalikan angkatan bersenjata negara itu, tidak akan pulang selama sebulan, imbuh dia.
Mantan pejabat PBB itu mendapat tekanan dari negara-negara Barat serta India, dan Uni Eropa memperingatkan akan mengambil "tindakan pantas" pekan ini jika negara kepulauan di Samudera Hindia itu gagal menggelar pemilu yang bebas.
Berdasar aturan konstitusi, masa jabatan Waheed secara resmi berakhir akhir pekan lalu namun ia mengatakan akan tetap berkuasa untuk memungkinkan dilaksanakan pemilihan untuk penggantinya.
Negara yang bergantung pada sektor pariwisata itu dilanda gelombang protes dan ketidakstabilan sejak Februari tahun lalu ketika presiden yang untuk pertamakalinya terpilih secara demokratis, Mohamed Nasheed mengundurkan diri.
Ia mengatakan dipaksa turun setelah menjalani masa kepemimpinan selama empat tahun oleh aksi pemberontakan pejabat keamanan atas perintah mantan otokrat Maumoon Abdul Gayoom dan Waheed, bekas wakil presidennya.
Kedua figur yang disebut namanya tersebut membantah tuduhan itu.
Putaran pertama pemilihan presiden digelar pada 7 September yang dimenangi oleh Nasheed --sosok pro-demokrasi yang sering dipenjara saat Gayoom berkuasa-- dengan 45 persen suara.
Dalam pemilu putaran kedua ia akan berhadapan dengan saudara tiri Gayoom, Abdulla Yameen, yang sebelumnya mengajukan keberatan atas dugaan penyimpangan pemilu dan segera dikabulkan Mahkamah Agung.
Dua kali jadual pemilu yang diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum dibatalkan.
Nasheed yang berjanji akan membawa dalang "kudeta" terhadapnya ke pengadilan jika ia terpilih nanti, akan berhadapan dengan Yameen dalam pemilu pada Sabtu.
Penerjemah: Sri Haryati
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013
Tags: