Baterai 'blade' generasi ke-2 BYD akan diluncurkan tahun ini
9 April 2024 14:31 WIB
Foto Dokomen: Pengunjung melihat baterai berbentuk pisau yang diproduksi oleh produsen kendaraan energi baru (NEV) terkemuka China BYD selama sesi ke-130 Pameran Impor dan Ekspor China, juga dikenal sebagai Canton Fair di Guangzhou, Provinsi Guangdong, China selatan, 15 Oktober 2021. ANTARA/Xinhua/Deng Hua
Jakarta (ANTARA) - Anak perusahaan baterai BYD, yakni FinDreams akan meluncurkan versi generasi kedua dari baterai ‘blade’ miliknya yang diperkirakan pada bulan Agustus.
Adapun salah satu peningkatan penting pada baterai baru ini adalah kepadatan energi yang diprediksi mencapai 190 Wh/kg.
Melansir Carnewschina pada Senin (8/4), baterai ‘blade’ asli yang diperkenalkan pada tahun 2020 itu merevolusi industri kendaraan listrik dengan membuat baterai lithium iron phosphate (LFP) yang lebih murah tetapi memiliki kepadatan daya yang menjadikannya kompetitif dengan baterai NCM (nickel cobalt manganese).
Baca juga: Pabrik terintegrasi BYD mampu produksi 1.200 EV tiap hari
Baca juga: Menengok "dapur" baterai BYD di Pabrik FinDreams
Hal ini dilakukan dengan menyusun masing-masing sel menjadi susunan seperti pisau di dalam kemasan baterai sehingga dinamakan baterai ‘blade’.
Pengaturan seperti itu meningkatkan pemanfaatan ruang sebesar 50 persen dibandingkan baterai LFP yang ada pada saat itu.
Saat diperkenalkan, ‘blade’ generasi pertama memiliki kepadatan energi 140 Wh/kg yang kemudian ditingkatkan menjadi 150 Wh/kg.
Kepala BYD Wang Chuanfu mengungkapkan bahwa pengembangan baterai baru tersebut pada pertemuan komunikasi laporan keuangan baru-baru ini.
Wang Chuanfu mengatakan baterai blade generasi kedua akan memiliki ukuran lebih kecil dan bobot lebih ringan untuk daya tahan yang sama, serta konsumsi daya akan berkurang per 100 kilometer.
Fast Technology berspekulasi bahwa baterai blade generasi kedua akan membantu model listrik melampaui jangkauan CLTC 1.000 kilometer.
Kisaran seperti itu akan membuat mobil yang dilengkapi dengan baterai tersebut bersaing dengan baterai solid state yang digembar-gemborkan oleh IM Motors dan baterai semi-solid state yang sekarang diproduksi untuk Nio.
Jika memang baterai blade generasi kedua dapat mencapai kepadatan energi lebih dari 190 Wh/kg, maka ini akan menjadikannya baterai LFP dengan performa tertinggi hingga saat ini.
BYD mengklaim bahwa salah satu manfaat utama baterai blade adalah jauh lebih aman.
Perusahaan sangat tertarik untuk menunjukkan uji penetrasi paku di mana baterai NCM terbakar setelah ditembus paku tetapi baterai bilahnya tidak.
Baterai blade generasi kedua diyakini tidak hanya akan meningkatkan kepadatan energi, namun juga mengoptimalkan ukuran, berat, dan konsumsi daya paket baterai, sehingga semakin meningkatkan jangkauan dan kinerja kendaraan listrik.
Pada akhirnya, hal ini akan menghasilkan kendaraan listrik yang lebih murah dan membantu BYD dalam mencapai tujuannya untuk menjual NEV dengan harga lebih murah dibandingkan mobil bertenaga bahan bakar tradisional dan memberi BYD keunggulan lebih lanjut dalam perang harga.
Paket baterai akan lebih kecil dan ringan sehingga menghasilkan biaya yang lebih rendah.
Selain itu, dengan mengurangi ruang pada paket, akan ada lebih banyak ruang bagi penumpang mobil.
Diketahui, berita dari BYD tersebut muncul setelah pengumuman tentang sistem hybrid plugin DM-i generasi kelima BYD yang memungkinkan mobil mencapai jarak tempuh gabungan hampir 2.000 km.
Baca juga: BYD ingin bangun ekosistem EV dan teknologi di Indonesia
Baca juga: BYD akan bangun pabrik komponen baterai Rp4,3 triliun di Chile
Baca juga: BYD akan bangun pabrik baterai EV senilai Rp18 triliun di China
Adapun salah satu peningkatan penting pada baterai baru ini adalah kepadatan energi yang diprediksi mencapai 190 Wh/kg.
Melansir Carnewschina pada Senin (8/4), baterai ‘blade’ asli yang diperkenalkan pada tahun 2020 itu merevolusi industri kendaraan listrik dengan membuat baterai lithium iron phosphate (LFP) yang lebih murah tetapi memiliki kepadatan daya yang menjadikannya kompetitif dengan baterai NCM (nickel cobalt manganese).
Baca juga: Pabrik terintegrasi BYD mampu produksi 1.200 EV tiap hari
Baca juga: Menengok "dapur" baterai BYD di Pabrik FinDreams
Hal ini dilakukan dengan menyusun masing-masing sel menjadi susunan seperti pisau di dalam kemasan baterai sehingga dinamakan baterai ‘blade’.
Pengaturan seperti itu meningkatkan pemanfaatan ruang sebesar 50 persen dibandingkan baterai LFP yang ada pada saat itu.
Saat diperkenalkan, ‘blade’ generasi pertama memiliki kepadatan energi 140 Wh/kg yang kemudian ditingkatkan menjadi 150 Wh/kg.
Kepala BYD Wang Chuanfu mengungkapkan bahwa pengembangan baterai baru tersebut pada pertemuan komunikasi laporan keuangan baru-baru ini.
Wang Chuanfu mengatakan baterai blade generasi kedua akan memiliki ukuran lebih kecil dan bobot lebih ringan untuk daya tahan yang sama, serta konsumsi daya akan berkurang per 100 kilometer.
Fast Technology berspekulasi bahwa baterai blade generasi kedua akan membantu model listrik melampaui jangkauan CLTC 1.000 kilometer.
Kisaran seperti itu akan membuat mobil yang dilengkapi dengan baterai tersebut bersaing dengan baterai solid state yang digembar-gemborkan oleh IM Motors dan baterai semi-solid state yang sekarang diproduksi untuk Nio.
Jika memang baterai blade generasi kedua dapat mencapai kepadatan energi lebih dari 190 Wh/kg, maka ini akan menjadikannya baterai LFP dengan performa tertinggi hingga saat ini.
BYD mengklaim bahwa salah satu manfaat utama baterai blade adalah jauh lebih aman.
Perusahaan sangat tertarik untuk menunjukkan uji penetrasi paku di mana baterai NCM terbakar setelah ditembus paku tetapi baterai bilahnya tidak.
Baterai blade generasi kedua diyakini tidak hanya akan meningkatkan kepadatan energi, namun juga mengoptimalkan ukuran, berat, dan konsumsi daya paket baterai, sehingga semakin meningkatkan jangkauan dan kinerja kendaraan listrik.
Pada akhirnya, hal ini akan menghasilkan kendaraan listrik yang lebih murah dan membantu BYD dalam mencapai tujuannya untuk menjual NEV dengan harga lebih murah dibandingkan mobil bertenaga bahan bakar tradisional dan memberi BYD keunggulan lebih lanjut dalam perang harga.
Paket baterai akan lebih kecil dan ringan sehingga menghasilkan biaya yang lebih rendah.
Selain itu, dengan mengurangi ruang pada paket, akan ada lebih banyak ruang bagi penumpang mobil.
Diketahui, berita dari BYD tersebut muncul setelah pengumuman tentang sistem hybrid plugin DM-i generasi kelima BYD yang memungkinkan mobil mencapai jarak tempuh gabungan hampir 2.000 km.
Baca juga: BYD ingin bangun ekosistem EV dan teknologi di Indonesia
Baca juga: BYD akan bangun pabrik komponen baterai Rp4,3 triliun di Chile
Baca juga: BYD akan bangun pabrik baterai EV senilai Rp18 triliun di China
Penerjemah: Adimas Raditya Fahky P
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024
Tags: