Hari ini Korps Marinir TNI AL memperingati hari jadinya yang ke-68, dan Marsetio juga warga kehormatan korps pasukan pendarat TNI AL itu. Upacara peringatan itu di Lapangan Apel Hartono Kesatrian Marinir, Cilandak, Jakarta Selatan, Jumat.
Selesai upacara, peragaan olah kemampuan personel menjadi suguhan menarik. Mulai dari Marine Martial Art, perkelahian alias duel personel di atas tank amfibi BMP-3F, hingga demonstrasi simulasi serbuan infantri dan kavaleri memakai kendaraan-kendaran perang mereka.
Akan tetapi, warga kehormatan terbaru Korps Marinir TNI AL, Jenderal TNI Moeldoko, tidak hadir dalam peringatan hari jadi korps itu.
Selain kerapian, kesigapan, dan kesiapan ribuan personel Korps Marinir TNI AL yang dipertunjukkan kepada umum dalam upacara itu, juga berderet rapi kendaraan-kendaraan perang serta sistem kesenjatan lain yang dimiliki mereka.
Cuma sedikit negara di dunia yang memiliki korps marinir; di ASEAN cuma dimiliki Indonesia, Filipina, dan Thailand.
Segenap prajurit Marinir, kata Marsetio, dimanapun medan penugasannya, selama 68 tahun pengabdiannya selalu berkomitmen dan berusaha menjadi kekuatan strategis guna menjaga keutuhan Indonesia dan kewibawaan bangsa.
"Telah banyak sumbangsih yang diberikan Korps Marinir TNI AL. Hasil gemilang tentu tidak terlepas dari kerja keras sebagai prajurit tempur," kata dia.
Korps Marinir TNI AL telah berdiri sejak 15 November 1945, namun baru dikeluarkan surat keputusan dari petinggi militer Indonesia pada 9 Oktober 1948, melalui Surat Keputusan Menteri Pertahanan Nomor A/556/1948. Saat itu, namanya adalah Korps Komando AL alias KKO.
Sudah cukup banyak operasi militer dilaksanakan Korps Marinir TNI AL, di antaranya Perang Kemerdekaan, Operasi RMS, Operasi Penumpasan DI/TII, Operasi PRRI/Permesta, Operasi Trikora, Operasi Dwikora, Operasi G30S/PKI, hingga pengamanan pulau terluar serta operasi pembebasan sandera perompak Somalia pada 2011.
Belum lagi operasi militer selain perang yang sukse dilaksanakan mereka dengan pendekatan tersendiri kepada masyarakat umum. Di antaranya pengamanan Jakarta dan sekitarnya saat reformasi merebak dan mitigasi bencana alam tsunami Aceh pada akhir 2004 hingga awal 2005.
Beberapa puteranya juga sempat mewarnai perjalanan bangsa, di antaranya almarhum Letnan Jenderal Marinir TNI (Purnawirawan) Ali Sadikin, yang pernah menjadi menteri koordinator dan gubernur DKI Jakarta.