Hamas-intelijen Mesir bahas upaya gencatan senjata di Gaza
8 April 2024 14:25 WIB
Ribuan masyarakat berkumpul memperingati 100 hari genosida Gaza di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jakarta Pusat, Sabtu (13/01/2024) ANTARA/Lifia Mawaddah Putri
Gaza City (ANTARA) - Delegasi dari gerakan pejuang Palestina, Hamas, mengadakan pembicaraan dengan Kepala Intelijen Mesir Abbas Kamel di Kairo pada Minggu (7/4) untuk mendiskusikan upaya mencapai gencatan senjata di Jalur Gaza serta kesepakatan pertukaran sandera dengan Israel.
“Delegasi tersebut menekankan tuntutan Hamas, yaitu keinginan untuk mencapai kesepakatan yang akan mengarah pada penghentian permusuhan sepenuhnya, dan penarikan pasukan pendudukan dari Jalur Gaza," kata Hamas dalam keterangan tertulisnya.
Hamas juga menuntut pemulangan dengan sukarela pada pengungsi ke wilayah tempat tinggal mereka, bantuan bagi warga Palestina, dan dimulainya rekonstruksi berbagai infrastruktur yang hancur akibat serangan Israel.
Kelompok itu menegaskan perlunya mencapai kesepakatan pertukaran sandera di mana warga Palestina yang dipenjara dibebaskan, dengan imbalan pembebasan warga Israel yang ditahan oleh Hamas.
“Hamas menegaskan tekadnya--bersama dengan semua kekuatan dan faksi Palestina--untuk mencapai tujuan nasional kami dan mendirikan negara Palestina dengan kedaulatan penuh dan ibu kotanya di Yerusalem, hak untuk kembali dan menentukan nasib sendiri," katanya.
Sebelumnya pada Minggu (7/4), media Israel melaporkan bahwa Dewan Perang Israel memutuskan untuk mengirim delegasi ke Kairo guna berpartisipasi dalam perundingan dalam rangka mencapai kesepakatan pertukaran sandera dengan Hamas.
Baca juga: Sisi: Mesir akan berupaya segalanya untuk akhiri permusuhan di Gaza
Qatar, Mesir, dan AS berupaya mencapai kesepakatan pertukaran sandera dan gencatan senjata di Gaza, karena jeda pertama pertempuran hanya berlangsung sepekan pada akhir November 2023.
Singkatnya periode gencatan senjata sebelumnya menyebabkan terbatasnya jumlah bantuan yang masuk ke Jalur Gaza dan terhambatnya proses pertukaran sandera.
Israel menahan sedikitnya 9.100 warga Palestina di penjara-penjaranya, sementara diperkirakan ada 134 warga Israel yang disandera di Jalur Gaza.
Hamas telah mengumumkan kematian 70 orang warga Israel yang disandera, akibat terkena serangan udara Israel.
Baca juga: Lebih dari 600 ribu anak di Rafah kelaparan di tengah serangan Israel
Israel telah melancarkan serangan militer mematikan di Jalur Gaza sejak serangan lintas batas awal Oktober lalu oleh Hamas. Sekitar 1.200 orang dilaporkan tewas dalam serangan itu.
Sementara itu, hampir 33.200 warga Palestina telah terbunuh dan 75.900 orang terluka akibat kehancuran massal dan kekurangan kebutuhan pokok.
Israel juga memberlakukan blokade yang melumpuhkan Jalur Gaza, menyebabkan penduduknya--khususnya penduduk Gaza utara--berada di ambang kelaparan.
Perang Israel menyebabkan 85 persen penduduk Gaza terpaksa mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB.
Baca juga: Pasukan Israel sengaja targetkan perempuan dan anak-anak Palestina
Baca juga: AS dibuat frustrasi oleh tindakan Israel di Jalur Gaza
Baca juga: Gaza lebih butuh gencatan senjata, bukan senjata
Sumber: Anadolu
“Delegasi tersebut menekankan tuntutan Hamas, yaitu keinginan untuk mencapai kesepakatan yang akan mengarah pada penghentian permusuhan sepenuhnya, dan penarikan pasukan pendudukan dari Jalur Gaza," kata Hamas dalam keterangan tertulisnya.
Hamas juga menuntut pemulangan dengan sukarela pada pengungsi ke wilayah tempat tinggal mereka, bantuan bagi warga Palestina, dan dimulainya rekonstruksi berbagai infrastruktur yang hancur akibat serangan Israel.
Kelompok itu menegaskan perlunya mencapai kesepakatan pertukaran sandera di mana warga Palestina yang dipenjara dibebaskan, dengan imbalan pembebasan warga Israel yang ditahan oleh Hamas.
“Hamas menegaskan tekadnya--bersama dengan semua kekuatan dan faksi Palestina--untuk mencapai tujuan nasional kami dan mendirikan negara Palestina dengan kedaulatan penuh dan ibu kotanya di Yerusalem, hak untuk kembali dan menentukan nasib sendiri," katanya.
Sebelumnya pada Minggu (7/4), media Israel melaporkan bahwa Dewan Perang Israel memutuskan untuk mengirim delegasi ke Kairo guna berpartisipasi dalam perundingan dalam rangka mencapai kesepakatan pertukaran sandera dengan Hamas.
Baca juga: Sisi: Mesir akan berupaya segalanya untuk akhiri permusuhan di Gaza
Qatar, Mesir, dan AS berupaya mencapai kesepakatan pertukaran sandera dan gencatan senjata di Gaza, karena jeda pertama pertempuran hanya berlangsung sepekan pada akhir November 2023.
Singkatnya periode gencatan senjata sebelumnya menyebabkan terbatasnya jumlah bantuan yang masuk ke Jalur Gaza dan terhambatnya proses pertukaran sandera.
Israel menahan sedikitnya 9.100 warga Palestina di penjara-penjaranya, sementara diperkirakan ada 134 warga Israel yang disandera di Jalur Gaza.
Hamas telah mengumumkan kematian 70 orang warga Israel yang disandera, akibat terkena serangan udara Israel.
Baca juga: Lebih dari 600 ribu anak di Rafah kelaparan di tengah serangan Israel
Israel telah melancarkan serangan militer mematikan di Jalur Gaza sejak serangan lintas batas awal Oktober lalu oleh Hamas. Sekitar 1.200 orang dilaporkan tewas dalam serangan itu.
Sementara itu, hampir 33.200 warga Palestina telah terbunuh dan 75.900 orang terluka akibat kehancuran massal dan kekurangan kebutuhan pokok.
Israel juga memberlakukan blokade yang melumpuhkan Jalur Gaza, menyebabkan penduduknya--khususnya penduduk Gaza utara--berada di ambang kelaparan.
Perang Israel menyebabkan 85 persen penduduk Gaza terpaksa mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB.
Baca juga: Pasukan Israel sengaja targetkan perempuan dan anak-anak Palestina
Baca juga: AS dibuat frustrasi oleh tindakan Israel di Jalur Gaza
Baca juga: Gaza lebih butuh gencatan senjata, bukan senjata
Sumber: Anadolu
Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2024
Tags: