AS: Peluncur rudal Tomahawk, SM-6 bakal dikerahkan di Indo-Pasifik
8 April 2024 10:54 WIB
Arsip Foto - Uji coba peluncuran rudal balistik antarbenua (ICBM) Hwasongpho-17 milik Korea Utara, yang disiarkan kantor berita Korea Utara KNA, Jumat (25/3/2022). ANTARA/Korean Central News Agency/Handout via Xinhua/tm/am.
Ankara (ANTARA) - AS akan mengerahkan peluncur darat yang mampu menembakkan rudal SM-6 dan Tomahawk di kawasan Indo-Pasifik “segera” untuk mengatasi “meningkatnya ancaman keamanan,” di tengah meningkatnya ketegangan di kawasan tersebut, Minggu (7/4).
Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Yonhap saat kunjungannya ke Korea Selatan, Jenderal Charles Flynn, komandan Angkatan Darat AS di Pasifik, mengatakan bahwa tentara AS telah mengembangkan "tembakan presisi jarak jauh."
Dia menyebutkan bahwa pencegat SM-6 dan serangan maritim Tomahawk merupakan rudal yang dapat diluncurkan dari sistem peluncuran baru.
Pengumuman tersebut, yang bertepatan dengan latihan kontramiliter yang dilakukan China, AS, dan sekutunya di Laut China Selatan yang disengketakan, menandai konfirmasi pertama mengenai jenis sistem persenjataan yang akan digunakan di wilayah tersebut pada tahun ini.
Sistem persenjataan itu akan dikerahkan di wilayah tersebut untuk pertama kalinya sejak AS dan bekas Uni Soviet menandatangani perjanjian pada tahun 1987 untuk menghapuskan Pasukan Nuklir Jarak Menengah (INF).
AS menarik diri dari perjanjian INF pada 2019, dengan alasan dugaan pelanggaran oleh Rusia.
Tentara AS telah mengembangkan dan mengerahkan rudal jarak menengah baru di tengah meningkatnya pengaruh China di kawasan Indo-Pasifik.
“Sistem itu akan segera diterapkan di wilayah tersebut. Ke mana dan kapan sistem itu akan dikirim, saya tidak akan membicarakannya sekarang,” kata Flynn.
SM-6 mampu mencegat rudal balistik dengan jangkauan lebih dari 240 kilometer, sedangkan Tomahawk, sebuah rudal jelajah subsonik, dapat menyerang sasaran sekitar 2.500 kilometer.
Flynn, yang juga berkunjung ke Jepang dan Thailand selama kunjungannya ke tiga negara di Asia, menyampaikan keprihatinan atas serangkaian uji coba rudal yang dilakukan Korea Utara baru-baru ini.
Dia menunjukkan kepercayaan terhadap "sistem pertahanan rudal yang terintegrasi dan berlapis" yang dimiliki aliansi tersebut.
“Pengujian yang berkelanjutan sangat memprihatinkan dan, dalam banyak hal, mengganggu stabilitas. Saya yakin, mengingat aktivitas kami baru-baru ini di kawasan ini, pertahanan rudal berlapis dari apa yang kami miliki,” katanya.
Korea Utara pada Rabu (3/4) melakukan uji coba rudal balistik jarak menengah hipersonik baru, serta mengeklaim semua rudalnya sekarang berbahan bakar padat dan berkemampuan nuklir dengan kemampuan kontrol hulu ledak.
Sumber: Anadolu
Baca juga: China, AS bahas situasi Semenanjung Korea akibat uji rudal Korut
Baca juga: KCNA: Korut sukses uji mesin darat untuk rudal hipersonik baru
Baca juga: Pemimpin G7 kecam ekspor rudal balistik Korea Utara ke Rusia
Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Yonhap saat kunjungannya ke Korea Selatan, Jenderal Charles Flynn, komandan Angkatan Darat AS di Pasifik, mengatakan bahwa tentara AS telah mengembangkan "tembakan presisi jarak jauh."
Dia menyebutkan bahwa pencegat SM-6 dan serangan maritim Tomahawk merupakan rudal yang dapat diluncurkan dari sistem peluncuran baru.
Pengumuman tersebut, yang bertepatan dengan latihan kontramiliter yang dilakukan China, AS, dan sekutunya di Laut China Selatan yang disengketakan, menandai konfirmasi pertama mengenai jenis sistem persenjataan yang akan digunakan di wilayah tersebut pada tahun ini.
Sistem persenjataan itu akan dikerahkan di wilayah tersebut untuk pertama kalinya sejak AS dan bekas Uni Soviet menandatangani perjanjian pada tahun 1987 untuk menghapuskan Pasukan Nuklir Jarak Menengah (INF).
AS menarik diri dari perjanjian INF pada 2019, dengan alasan dugaan pelanggaran oleh Rusia.
Tentara AS telah mengembangkan dan mengerahkan rudal jarak menengah baru di tengah meningkatnya pengaruh China di kawasan Indo-Pasifik.
“Sistem itu akan segera diterapkan di wilayah tersebut. Ke mana dan kapan sistem itu akan dikirim, saya tidak akan membicarakannya sekarang,” kata Flynn.
SM-6 mampu mencegat rudal balistik dengan jangkauan lebih dari 240 kilometer, sedangkan Tomahawk, sebuah rudal jelajah subsonik, dapat menyerang sasaran sekitar 2.500 kilometer.
Flynn, yang juga berkunjung ke Jepang dan Thailand selama kunjungannya ke tiga negara di Asia, menyampaikan keprihatinan atas serangkaian uji coba rudal yang dilakukan Korea Utara baru-baru ini.
Dia menunjukkan kepercayaan terhadap "sistem pertahanan rudal yang terintegrasi dan berlapis" yang dimiliki aliansi tersebut.
“Pengujian yang berkelanjutan sangat memprihatinkan dan, dalam banyak hal, mengganggu stabilitas. Saya yakin, mengingat aktivitas kami baru-baru ini di kawasan ini, pertahanan rudal berlapis dari apa yang kami miliki,” katanya.
Korea Utara pada Rabu (3/4) melakukan uji coba rudal balistik jarak menengah hipersonik baru, serta mengeklaim semua rudalnya sekarang berbahan bakar padat dan berkemampuan nuklir dengan kemampuan kontrol hulu ledak.
Sumber: Anadolu
Baca juga: China, AS bahas situasi Semenanjung Korea akibat uji rudal Korut
Baca juga: KCNA: Korut sukses uji mesin darat untuk rudal hipersonik baru
Baca juga: Pemimpin G7 kecam ekspor rudal balistik Korea Utara ke Rusia
Penerjemah: Cindy Frishanti Octavia
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2024
Tags: