Garudafood kelola maggot jadi peluang bisnis
5 April 2024 20:33 WIB
PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (Garudafood) saat mengadakan edukasi dan pelatihan mengelola maggot menjadi peluang bisnis kepada karyawan di Jakarta, Kamis (4/4/2024). ANTARA/HO-Garudafood.
Jakarta (ANTARA) - PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (Garudafood) menggandeng Biomagg mengelola sampah rumah tangga organik dengan memanfaatkan metode biokonversi maggot atau larva Black Soldier Fly (BSF) untuk menjadi peluang bisnis.
Direktur Garudafood Basuki Nur Rohman
dalam keterangan di Jakarta Jumat
mengatakan, pengelolaan sampah tersebut terutama dilakukan dengan mengajak karyawan Garudafood melalui edukasi dan pelatihan.
“Kemitraan kami dengan Biomagg merupakan sebuah langkah yang kreatif dan solutif untuk optimalisasi pengelolaan sampah organik dengan metode Biokonversi maggot,” katanya.
Karyawan Garudafood melalui edukasi dan pelatihan ini mendapatkan produk-produk turunan dari hasil budidaya maggot seperti pupuk kasgot, planter kit, hingga sayuran organik yang diberi pupuk kasgot.
Selain itu juga menghasilkan produk berupa lilin aromaterapi berbahan dasar minyak maggot dan maggot kering untuk pakan ikan hias.
Menurut Biomagg, 10.000 ekor maggot mampu mengurai habis sampah organik sebanyak satu kilogram dalam sehari sehingga membuat budidaya maggot menjadi sangat efektif untuk mengurai sampah organik rumah tangga.
Hingga Maret 2024, Garudafood pun telah mengolah dan mencegah timbulan sampah organik berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) sebesar 20,20 ton sampah serta menghasilkan lebih dari 6-ton maggot BSF yang bernilai ekonomis.
Upaya Garudafood selaras dengan pemerintah yang menargetkan Indonesia Bersih Sampah 2025 melalui 30 persen pengurangan sampah dan penanganan sampah dengan benar sebesar 70 persen dari total timbulan sampah.
Berdasarkan Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pada 2023 Indonesia menghasilkan 19 juta ton sampah dengan komposisi sampah terbesar berasal dari sampah sisa makanan yakni 41 persen.
Direktur Garudafood Basuki Nur Rohman
dalam keterangan di Jakarta Jumat
mengatakan, pengelolaan sampah tersebut terutama dilakukan dengan mengajak karyawan Garudafood melalui edukasi dan pelatihan.
“Kemitraan kami dengan Biomagg merupakan sebuah langkah yang kreatif dan solutif untuk optimalisasi pengelolaan sampah organik dengan metode Biokonversi maggot,” katanya.
Karyawan Garudafood melalui edukasi dan pelatihan ini mendapatkan produk-produk turunan dari hasil budidaya maggot seperti pupuk kasgot, planter kit, hingga sayuran organik yang diberi pupuk kasgot.
Selain itu juga menghasilkan produk berupa lilin aromaterapi berbahan dasar minyak maggot dan maggot kering untuk pakan ikan hias.
Menurut Biomagg, 10.000 ekor maggot mampu mengurai habis sampah organik sebanyak satu kilogram dalam sehari sehingga membuat budidaya maggot menjadi sangat efektif untuk mengurai sampah organik rumah tangga.
Hingga Maret 2024, Garudafood pun telah mengolah dan mencegah timbulan sampah organik berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) sebesar 20,20 ton sampah serta menghasilkan lebih dari 6-ton maggot BSF yang bernilai ekonomis.
Upaya Garudafood selaras dengan pemerintah yang menargetkan Indonesia Bersih Sampah 2025 melalui 30 persen pengurangan sampah dan penanganan sampah dengan benar sebesar 70 persen dari total timbulan sampah.
Berdasarkan Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pada 2023 Indonesia menghasilkan 19 juta ton sampah dengan komposisi sampah terbesar berasal dari sampah sisa makanan yakni 41 persen.
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2024
Tags: