OIKN gelar diskusi untuk susun Rencana Pemajuan Kebudayaan di IKN
5 April 2024 17:57 WIB
Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) mengadakan serangakain diskusi kelompok terfokus (FGD) untuk membuat Rencana Induk (Renduk) Pemajuan Kebudayaan di IKN di Balikpapan pada 3-4 April 2024. ANTARA/HO-OIKN.
Jakarta (ANTARA) - Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) mengadakan serangkaian diskusi kelompok terfokus (FGD) bersama tokoh adat, pelaku budaya, dan pakar kebudayaan di Kalimantan Timur untuk menyusun dokumen Rencana Induk (Renduk) Pemajuan Kebudayaan di IKN.
FGD yang berlangsung selama dua hari, mulai dari Rabu (3/4) hingga Kamis (4/4) di Balikpapan, bertujuan menghimpun berbagai masukan dan perspektif yang akan menjadi dasar dalam menyusun Renduk Pemajuan Kebudayaan di IKN, sekaligus memperkaya konten dan arah kebijakan pemajuan kebudayaan di ibu kota negara baru.
“FGD Penyusunan Renduk ini kelak bisa dijadikan sebagai pedoman bagi Otorita IKN untuk penyusunan program untuk mengembangkan kebudayaan di IKN, serta strategi yang akan disusun dalam kebijakan kebudayaan di Nusantara,” ujar Direktur Kebudayaan, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif OIKN Muhsin Palinrungi, dalam siaran pers OIKN, di Jakarta, Jumat.
Muhsin menegaskan pentingnya pemahaman bersama terhadap Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, yang mengakui dan menghormati keberadaan lebih dari 700 budaya yang ada di Indonesia, menunjukkan kekayaan dan keragaman budaya bangsa yang perlu dipromosikan dan dilestarikan secara aktif oleh semua pihak. Meskipun tidak semua pihak dapat diundang dalam FGD kali ini, kehadiran para peserta yang mewakili berbagai suku di Kalimantan Timur dinilai sangat penting.
Ini bertujuan untuk memastikan bahwa diskusi mengenai Penyusunan Rencana Induk Pemajuan Kebudayaan di IKN mencakup beragam perspektif dan kekayaan budaya. Dengan demikian, Renduk dapat dirumuskan secara inklusif dan mencerminkan kekayaan budaya, sekaligus mendorong pemajuan kebudayaan berkelanjutan di IKN.
Pada kesempatan yang sama, Sastri Sunastri, mewakili sektor rumpun ilmu Arkeologi, Bahasa, dan Sastra, menyatakan bahwa pihaknya telah melaksanakan penelitian yang berfokus terhadap identitas kebudayaan dan peradaban Nusantara. Hasil riset ini sangat beragam, termasuk kisah-kisah mengenai upaya pelestarian budaya di Sepaku.
Dia mengatakan, dalam penelitian tersebut terungkap berbagai cerita rakyat yang melibatkan suku Dayak, serta masyarakat Balik dan Paser. Kisah-kisah ini merefleksikan identitas komunal masyarakat setempat, termasuk legenda-legenda mengenai asal-usul dan tradisi perkawinan mereka.
Sastri mengatakan tim penelitian juga telah mengkaji vitalitas dan upaya mempertahankan Bahasa Dusun di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, dalam upaya penguatan identitas bangsa di IKN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bahasa Dusun berada dalam kondisi yang terancam punah.
Selain itu, hasil penelitian lain yang berfokus di wilayah Kalimantan Timur mencakup berbagai topik, seperti pelestarian warisan budaya tak benda terkait dengan pembangunan IKN, dilema yang dihadapi oleh minoritas Muslim Tionghoa di Kalimantan Barat, dan upaya menjaga kontinuitas nilai budaya dalam rangka membentuk identitas IKN.
Penelitian lain menunjukkan bahwa tanah di IKN diketahui lebih tua dibandingkan dengan tanah di Pulau Jawa. Selain itu, Bahasa Melayu, yang termasuk dalam rumpun Austronesia, tercatat telah menyebar melalui Pulau Kalimantan terlebih dahulu.
Baca juga: OIKN diskusi dengan tokoh adat Kaltim susun rencana induk kebudayaan
Baca juga: OIKN dan Forum Komunikasi Pengusaha IKN permudah investor tanam modal
Baca juga: OIKN komitmen fasilitasi warga Sepaku maju seiring perkembangan IKN
Baca juga: OIKN tunggu pemindahan status ibu kota dari Jakarta ke Nusantara
FGD yang berlangsung selama dua hari, mulai dari Rabu (3/4) hingga Kamis (4/4) di Balikpapan, bertujuan menghimpun berbagai masukan dan perspektif yang akan menjadi dasar dalam menyusun Renduk Pemajuan Kebudayaan di IKN, sekaligus memperkaya konten dan arah kebijakan pemajuan kebudayaan di ibu kota negara baru.
“FGD Penyusunan Renduk ini kelak bisa dijadikan sebagai pedoman bagi Otorita IKN untuk penyusunan program untuk mengembangkan kebudayaan di IKN, serta strategi yang akan disusun dalam kebijakan kebudayaan di Nusantara,” ujar Direktur Kebudayaan, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif OIKN Muhsin Palinrungi, dalam siaran pers OIKN, di Jakarta, Jumat.
Muhsin menegaskan pentingnya pemahaman bersama terhadap Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, yang mengakui dan menghormati keberadaan lebih dari 700 budaya yang ada di Indonesia, menunjukkan kekayaan dan keragaman budaya bangsa yang perlu dipromosikan dan dilestarikan secara aktif oleh semua pihak. Meskipun tidak semua pihak dapat diundang dalam FGD kali ini, kehadiran para peserta yang mewakili berbagai suku di Kalimantan Timur dinilai sangat penting.
Ini bertujuan untuk memastikan bahwa diskusi mengenai Penyusunan Rencana Induk Pemajuan Kebudayaan di IKN mencakup beragam perspektif dan kekayaan budaya. Dengan demikian, Renduk dapat dirumuskan secara inklusif dan mencerminkan kekayaan budaya, sekaligus mendorong pemajuan kebudayaan berkelanjutan di IKN.
Pada kesempatan yang sama, Sastri Sunastri, mewakili sektor rumpun ilmu Arkeologi, Bahasa, dan Sastra, menyatakan bahwa pihaknya telah melaksanakan penelitian yang berfokus terhadap identitas kebudayaan dan peradaban Nusantara. Hasil riset ini sangat beragam, termasuk kisah-kisah mengenai upaya pelestarian budaya di Sepaku.
Dia mengatakan, dalam penelitian tersebut terungkap berbagai cerita rakyat yang melibatkan suku Dayak, serta masyarakat Balik dan Paser. Kisah-kisah ini merefleksikan identitas komunal masyarakat setempat, termasuk legenda-legenda mengenai asal-usul dan tradisi perkawinan mereka.
Sastri mengatakan tim penelitian juga telah mengkaji vitalitas dan upaya mempertahankan Bahasa Dusun di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, dalam upaya penguatan identitas bangsa di IKN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bahasa Dusun berada dalam kondisi yang terancam punah.
Selain itu, hasil penelitian lain yang berfokus di wilayah Kalimantan Timur mencakup berbagai topik, seperti pelestarian warisan budaya tak benda terkait dengan pembangunan IKN, dilema yang dihadapi oleh minoritas Muslim Tionghoa di Kalimantan Barat, dan upaya menjaga kontinuitas nilai budaya dalam rangka membentuk identitas IKN.
Penelitian lain menunjukkan bahwa tanah di IKN diketahui lebih tua dibandingkan dengan tanah di Pulau Jawa. Selain itu, Bahasa Melayu, yang termasuk dalam rumpun Austronesia, tercatat telah menyebar melalui Pulau Kalimantan terlebih dahulu.
Baca juga: OIKN diskusi dengan tokoh adat Kaltim susun rencana induk kebudayaan
Baca juga: OIKN dan Forum Komunikasi Pengusaha IKN permudah investor tanam modal
Baca juga: OIKN komitmen fasilitasi warga Sepaku maju seiring perkembangan IKN
Baca juga: OIKN tunggu pemindahan status ibu kota dari Jakarta ke Nusantara
Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2024
Tags: