Singgah di Narmada serasa menapak kembali ke masa lalu, di mana jejak-jejak sejarah bertebaran di setiap sudut dan lekuk, menguarkan aura silam yang tak pernah luruh tergilas waktu.
Taman Narmada berada di sebelah timur Kota Mataram, tepatnya di Desa Narmada, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB). Letaknya tepat di seberang Pasar Narmada.
Jarak Kota Mataram menuju Taman Narmada kurang lebih 11 km menuju arah timur. Apabila menggunakan kendaraan pribadi, maka perjalanan akan melewati rute: Mataram, Cakranegara, Sweta, Bertais dan akhirnya tiba di Narmada.
Taman ini luasnya kurang lebih dua hektare dan memiliki bagian, antara lain: Pura Narmada, Bale Terang, Bale Loji, Telaga Kembar, Telaga Padmawangi, Bale Bancingah, Bale Pamerajan dan beberapa bagian lainnya.
Objek wisata ini sekarang berada di bawah naungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan NTB dan telah ditetapkan sebagai benda cagar budaya. Antara kurun waktu 1980-1988, taman ini sudah mengalami beberapa kali renovasi.
Beberapa bagian yang sudah lapuk dan rusak, seperti tebing-tebing kolam, taman, pagar, dan pura telah diperbaiki, namun tetap dipertahankan keasliannya. Salah satu bangunan yang kondisinya masih terjaga adalah vila peristirahatan Raja, yang disebut Bale Loji.
Air Awet Muda
Tersohornya objek wisata Narmada, salah satunya karena keberadaan Bale Petirtan, di mana di dalamnya terdapat sebuah mata air yang merupakan pertemuan tiga sumber mata air: Suranadi, Lingsar dan Narmada sendiri.
Bagi umat Hindu, air ini disakralkan sebagai tirta atau air suci. Pengunjung Narmada mempercayai air suci tersebut sebagai air awet muda.
Bagi pengunjung yang ingin bersembahyang (umat Hindu) di Bale Petirtan, akan dikenakan pembayaran Rp50 ribu sebagai ganti uang banten, yang akan disiapkan penjaga. Selanjutnya, dengan berselendang di pinggang, pengunjung akan dipersilahkan memasuki bale untuk menghaturkan bakti.
Pada Bale Petirtan ini, air suci mengalir bening, yang bisa digunakan untuk membasuh muka atau bisa diminum langsung pengunjung usai bersembahyang. Apabila pengunjung tidak memiliki banyak waktu dan tidak sempat bersembahyang, bisa membeli air tersebut dengan harga Rp10 ribu per jerigen kecil.
Mangku Komang Puji, pemangku di Pura Narmada dan sehari-hari bertugas di Bale Petirtan, menyebutkan air suci itu sudah lama tersohor di kalangan wisatawan.
"Setiap ada wisatawan berkunjung, hampir selalu mencari air suci untuk oleh-oleh bagi kerabatnya. Malah, beberapa kali saya bertemu artis Jakarta yang sengaja membawa air suci untuk dibawa pulang," kata Mangku Komang Puji.
Pantangan yang berlaku di Bale Petirtan, kata Mangku Komang Puji, adalah menggunakan air suci untuk mencuci kaki. Selain itu, perempuan yang sedang berhalangan dilarang memasuki bale itu.
"Setiap pengunjung yang masuk Bale Petirtan, tujuan utamanya adalah membasuh wajah dan minum air suci. Bukan hanya pengunjung lokal, turis asing juga banyak yang tertarik dengan air suci ini," ujarnya.
Bale Terang
Taman Narmada dibangun oleh Raja Anak Agung Ngurah Karangasem pada tahun 1727 M. Dahulu kala, setiap tiba musim kemarau, sang raja memboyong keluarganya untuk menikmati pemandangan alam Narmada yang terlihat menawan dari Bale Terang.
Bale Terang berbentuk rumah panggung yang terdiri atas ruang bawah yang berfungsi sebagai gudang. Bagian atasnya terbagi atas tiga bagian, yakni dua bagian pada ujungnya (utara dan selatan) sebagai tempat tidur raja. Sementara, ruang tengahnya merupakan area terbuka sebagai tempat raja melihat pemandangan ke arah timur menuju arah meru.
Bukan hanya meru, dari Bale Terang pengunjung pun dapat dinikmati kolam berair bening dan di kejauhan terlihat pepohonan berbunga merah tua, yang menghembuskan aroma segar khas bunga-bunga hutan.
Keindahan panorama Taman Narmada, menjadikan objek wisata digunakan sebagai tempat upacara Pakelem yang biasa diselenggarakan setiap purnama kelima tahun Caka ini menjadi salah satu favorit tempat berlibur bagi wisatawan. Baik wisatawan lokal maupun mancanegara.
Selain Bale Terang, juga terdapat Bale Pawedayan yang berfungsi sebagai tempat membaca kitab Wedha dan Bale Loji, yakni bangunan rumah yang memiliki serambi terbuka, berfungsi sebagai tempat peristirahan raja dan permaisuri.
Sementara, bangunan suci Pura Narmada juga tidak kurang mendapat perhatian dari pengunjung. Pura ini merupakan salah satu dari delapan pura tertua di Pulau Lombok. Tempat suci ini disebut-sebut sebagai miniatur Gunung Rinjani, yang dikitari tanaman menghijau yang mengesankan hutan belantara dan hamparan danau membentang.
Mengunjungi Taman Narmada, menghadirkan ketenangan batin yang mendamaikan. Biaya masuk objek wisata ini sebesar Rp5 ribu. Begitu juga jika wisatawan ingin merasakan air dingin menyegarkan di kolam pemandian, akan diwajibkan membayar Rp5 ribu per orang.
Kalau ingin cendera mata, silahkan memilih beragam kalung dan gelang yang dijajakan pedagang di dekat Bale Petirtan. Beragam warna dan corak aksesoris itu terlihat memikat pandang.
"Harganya hanya berkisar Rp5 ribu sampai Rp10 ribu. Kalung dan gelang ini dijamin tahan lama dan warnanya tidak luntur," kata Udin, salah seorang pedagang.
*) Penulis buku dan artikel
Tebaran sejarah di Taman Narmada
12 November 2013 13:54 WIB
Taman Narmada adalah taman air yang merupakan replika Gunung Rinjani dan danau Segara Anak. Taman ini termasuk salah satu tempat yang dikeramatkan oleh masyarakat Lombok, Taman yang dibangun oleh Raja Anak Agung Gde Ngurah Karang Asem pada tahun 1727 bertujuan agar dapat berziarah dan beribadah tanpa harus berjalan ke Puncak Gunung Rinjani. (lombokbaratkab.go.id)
Oleh Tri Vivi Suryani*
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013
Tags: