Yogyakarta (ANTARA News) - Ratusan armada angkutan perkotaan Yogyakarta yang tergabung dalam koperasi Kobutri, Kopata, Aspada, Damri dan Puskopkar melakukan aksi mogok dengan memarkirkan bus-bus mereka di Terminal Giwangan Yogyakarta, Senin.

"Hari ini semua angkutan dari lima koperasi memilih mogok hingga ada penjelasan dan penyelesaian dari pernyataan yang dinyatakan salah satu anggota DPRD DIY," kata Koordinator Aksi Mogok Bus Perkotaan Benny Wijaya di sela aksi.

Para awak bus perkotaan antara lain menuntut pemerintah daerah tidak menghapus keberadaan bus kota, yang merupakan sumber pendapatan untuk keluarga mereka.

Mereka juga meminta klarifikasi dari anggota DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Arif Rahman Hakim yang menyatakan bahwa seluruh bus kota tidak lagi beroperasi pada 2015 dan harus dibawa ke Karsuli, bengkel bus kota.

"Pernyataan tersebut meresahkan seluruh awak bus perkotaan. Beliau harus meminta maaf atas pernyataan itu," katanya.

Ia mengatakan, bila bus perkotaan benar-benar dihapus maka akan ada sekitar 600 hingga 800 kru bus yang terkena dampak dan kemudian menjadi pengangguran. "Belum termasuk jumlah keluarga yang menjadi tanggungan kami," katanya.

Selain itu, kru bus perkotaan juga menentang penambahan jalur bus Transjogja dan meminta penghapusan halte portable Transjogja.

Awak bus perkotaan selanjutnya akan meneruskan aksi ke kantor DPRD DIY untuk menyampaikan tuntutan hingga ada penyelesaian yang tidak merugikan kru bus perkotaan.

"Aksi akan dilakukan sepanjang hari dan mungkin hingga esok hari apabila tidak ada kesepakatan apapun dalam pertemuan dengan DPRD DIY," katanya.

Kru bus bahkan mengancam akan membawa massa yang lebih besar lagi apabila pertemuan dengan DPRD DIY tidak mencapai kesepakatan.

"Kami akan ajak kru bus Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) yang terdampak rencana pelebaran jalur Transjogja untuk mogok," katanya.

Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelola Terminal Yogyakarta Bekti Zunanta mengatakan informasi mengenai rencana mogok kru bus perkotaan tersebut telah disampaikan sejak Minggu (10/11) sore.

"Kami pun meminta agar mereka tidak mogok di jalan tetapi memasukkan bus ke terminal saja agar tidak mengganggu lalu lintas," katanya.

Menurut data dari UPT Terminal Yogyakarta, jumlah penumpang bus perkotaan rata-rata mencapai sekitar 3.000 orang per hari.

"Kami berharap, aksi mogok hanya dilakukan sehari saja dan besok mereka sudah kembali beroperasi," katanya.