Ia dikirim untuk berdakwah di wilayah Kelurahan Kroy, Distrik Kaimana, Kabupaten Kaimana, Provinsi Papua Barat, selama Ramadhan 2024 ini.
"Dalam berdakwah sudah tentu ada tantangan dan rintangannya, maka sudah tentu jalan yang terbaik ditempuh ialah bersabar. Melaluinya di sisi lain mencarikan solusi agar tidak berkepanjangan," ujar Musyawir dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
Persentase penduduk Kabupaten Kaimana yang non-Muslim dengan yang Muslim hampir seimbang, 53 persen non-Muslim dan 47 persen Muslim.
Baca juga: Kisah dai 3T bereskan persoalan internal umat Islam di Mentawai
Di samping itu, dai juga harus siap berkorban materi yang besar karena biaya perjalanan dakwah ke lokasi-lokasi terpencil tidak murah.
Baca juga: Dai 3T ungkap masih banyak potensi dakwah di daerah terpencil
"Ikuti arus tapi jangan terbawa arus. Ikuti kebiasaannya yang tidak melanggar syariat, dan mengingatkan di saat melakukan kesalahan," kata dia.
Musyawir berpandangan berdakwah di daerah 3T menyenangkan dan sekaligus menantang. Menurutnya, kondisi tersebut mengingatkannya dengan perjuangan Nabi Muhammad yang mengalami banyak kesulitan dan risiko saat menyampaikan dakwah.
Ke depan, Pengurus Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kaimana ini berharap program pengiriman dai tidak hanya dilakukan selama sebulan saja agar dai bisa melakukan pembinaan secara maksimal, para dai lokal dibekali dengan buku-buku panduan, dan anak-anak di wilayah 3T dibina oleh Kemenag.
Baca juga: Kemenag kirim 500 dai ke wilayah 3T selama Ramadhan, ini tujuannya